Gempa, Waktunya Muhasabah


Oleh : Gien Rizuka


Fenomena gempa yang terjadi di kabupaten Sumedang di malam pergantian tahun kemarin tepatnya nya pada tanggal 31 Desember 2023 lalu cukup menggemparkan warga. Pasalnya, menurut data Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), terdapat 14 desa di Sumedang terdampak karena gempa tersebut. 


Tegalsari, Cipameungpeuk dan Babakanbukit menjadi tiga wilayah yang mengalami kerusakan parah akibat gempa tersebut . 84 unit rumah rusak parah atas kejadian ini. Dua bangunan rumah sakit besar yang berada di Sumedang pun tak luput dari kerusakan, yakni RSUD sumedang dan RS Pakuwon.


Fenomena alam seperti gempa bumi ini, bukan hal yang pertama kali terjadi. Hampir setiap tahunnya Indonesia diterpa gempa bumi. Meski fenomena gempa bumi tak selalu menimbulkan korban jiwa serta kerugian besar, namun tak selayaknya kita menyepelekan fenomena gempa bumi ini. 


Menganalisis penyebab terjadinya gempa, kita tidak boleh hanya melihat dari kacamata ilmiah saja. Misalnya gempa disebabkan masalah pergeseran lempengan bumi. Namun, jika ditelaah dalam sejarah, terdapat kisah serupa yang mesti kita petik ibrahnya. Gempa pernah terjadi di zaman Rasulullah dan di masa kepemimpinan sahabat Umar bin khatab r.a.


Kala itu, khalifah Umar bin khatab r.a menegur penduduk Madinah pasca gempa melanda wilayahnya. Sang pemimpin Madinah tersebut langsung bertanya pada rakyatnya tentang maksiat apa yang telah diperbuat oleh mereka. Sebab, Umar menyadari bahwasanya gempa merupakan bentuk teguran dari Allah SWT pada manusia.


Begitu pula di masa Rasulullah, ketika Rasulullah sedang mendaki gunung Tsabir bersama tiga sahabatnya. Gunung tersebut sempat bergetar. Rasulullah lantas segera menghentakkan kaki dan berbicara pada gunung Tsabir, bahwa orang-orang yang sedang berada di gunung Tsbir ialah orang-orang yang taat pada Allah SWT, kemudian gunung tersebut diam.


Sungguh kisah ini telah cukup menjabarkan bahwasanya adanya gempa dan bencana lainnya tidak lain karena memang terdapat peran tindak-tanduk manusia. Demikian pun alam bisa kembali tenang asalkan manusia mampu menjamin untuk taat pada Rabbnya. 


Oleh karenanya, kita tidak boleh lengah untuk terus bermuhasabah. Sebab, Rasulullah yang dimaksum saja seolah masih merasa khawatir ketika terjadinya gempa. Maka pantas sahabat Umar bin khatab pun spontan marah pada rakyatnya saat terjadi gempa di Madinah.


Apalagi saat ini, hampir setiap tahun gempa terjadi di Indonesia. Ini artinya, ada sesuatu hal yang mesti segera dievaluasi. Apakah ini hanya bentuk peringatan dari Allah, atau Apakah Allah memang murka terhadap mahluknya?


Seperti yang kita tau dalam sistem kehidupan sekarang yang secara terang-terangan memisahkan aturan agama dari  kehidupan, banyak akhirnya masyarakat dengan mudah bisa meninggalkan hukum-hukum Allah SWT.  Dari mulai ranah individu, keluarga, masyarakat hingga negara. Kondisi ini jelas menjadi salah satu penyebab suburnya kemaksiatan. Seperti pergaulan bebas, Narkoba, perzinahan, pembunuhan, korupsi, kedzaliman penguasa dalam membuat hukum atau pun pembiaran terhadap keberadaan kaum pelangi (L9bete) dan berbagai maksiat lainnya bisa menjadi penyebab adanya gempa. 


Gempa atau pun bencana alam lainnya sesungguhnya merupakan sinyal dari Allah yang sedang menunggu pertaubatan kita. Jangan biarkan Allah kembali geram atas ulah kita. Sehingga, Allah mempersilahkan bumi terus bergoncang karena  lelah melihat tingkah laku manusia. Maka, terbayangkan apa yang akan terjadi jika bumi ini terus-menerus merasa jengah kepada kita.


Wallahu'alam bishawab…

Post a Comment

Previous Post Next Post