Aktivis Dakwah
“Naik kereta api tut tut tut siapa hendak ikut ke Bandung Surabaya ayolah naik dengan percuma.” Itulah sepenggal lirik lagu di masa era 80'an. Kereta api adalah sarana yang banyak sekali diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, bahkan orang tua. Namun sayangnya, alat transportasi ini tidak luput dari berbagai kendala dan permasalahan, salah satunya adalah berulangnya kecelakaan.
Pada Jumat (5/1/2024) pukul 06.30 WIB telah terjadi tabrakan maut antara KA Turangga relasi Surabaya Gubeng dengan Commuter Line Bandung Raya, tepatnya di wilayah Cicalengka Kabupaten Bandung. Tabrakan tersebut mengakibatkan 4 orang kru tewas dan 33 orang luka-luka. (detikcom jabar, 06 Januari 2024)
Menurut Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Gusnaedi Rachmanas, penyebab terjadinya tabrakan masih dalam proses penyelidikan dan pengumpulan data faktual. Tim investigasi tengah berupaya mencari informasi petunjuk logger apakah keterangan tersebut tersedia atau tidak, begitu juga terkait dengan bukti persinyalan. Ia pun menyatakan bahwa pihaknya tengah mengumpulkan keterangan dari para saksi maupun pihak yang terkait dengan pengoprasian kereta.
Menurut Direktur eksekutif Institusi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang, penyebab kecelakaan diduga akibat dari kelalaian manusia (human error). Selain itu, ia juga menuturkan bahwa Stasiun Cicalengka sendiri masih menggunakan perangkat sinyal secara mekanik atau manual. Sementara petunjuk di Stasiun Haurpugur sudah menggunakan persinyalan elektrik, sedangkan jalur yang digunakan masih tunggal.
Tragedi tabrakan maut berulang mencerminkan betapa jaminan keselamatan transportasi umum masih sangat minim, sehingga membutuhkan peningkatan agar masyarakat terhindar dari rasa khawatir. Kalau masalahnya di peralatan harus segera diganti dengan yang lebih canggih, atau segera membentuk dua jalur. Kecelakaan kereta sebelumnya sepantasnya menjadi pelajaran agar ke depannya kecelakaan tidak berulang.
Minimnya perlindungan terhadap keselamatan rakyat tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem kapitalisme sekular. Kapitalisme yang menitikberatkan pada keuntungan menjadikan negara abai dalam pelayanan dan pengawasan. Keamanan masyarakat belum menjadi prioritas utama jika dibandingkan dengan pembangunan yang kian pesat, yang belum tentu bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara umum.
Lain halnya dengan Islam, dalam pengaturan keselamatan dan kenyamanan rakyat, menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara. Maka dari itu penguasa akan bersungguh-sungguh melindungi dan menjaga warga masyarakatnya. Dalam hal transportasi perkeretaapian negara akan benar-benar membangunnya mulai dari sumber daya manusianya, alat untuk berkomunikasi, jalan yang akan dilintasi, termasuk hal-hal kecil seperti palang pintu yang ada di gerbang lintasan, semua tidak akan luput dari perhatian penguasa.
Islam tidak menolak kemajuan. Andaikan kecanggihan teknologi mampu meningkatkan keamanan, maka negara akan mengusahakannya sebagai bentuk pelayanan dan perlindungan terbaik untuk rakyat.
Selain itu, seorang pemimpin dalam Islam senantiasa memiliki rasa takut terhadap Allah Swt. sehingga benar-benar akan memperhatikan dan melindungi rakyatnya berdasar keimanannya. Seorang imam pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir.
“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hal inilah yang tidak ditanamkan dalam sistem kapitalisme sekular. Ketika rasa takut kepada Sang Pencipta tergerus akibat meminggirkan peran agama dalam pengaturan kehidupan, maka amanah kepemimpinan hanya dipandang sebagai sesuatu yang mudah mendatangkan keuntungan.
Di masa kepemimpinan Umar bin Khaththab, kemanan transportasi menjadi perhatian besar, bahkan bukan hanya jaminan bagi keselamatan manusia. Begitu khawatirnya Khalifah Umar mendapati jalan berlubang karena keledai bisa tergelincir. Ketika ada seseorang yang berkata kepada Umar terkait kekhawatirannya padahal hanya sekadar binatang bukan manusia, Umar marah dengan alasan bagaimana kelak menghadapi pertanyaan Allah Swt. ketika ditanya tentang tugas kepemimpinannya. Maa syaa Allah, betapa rasa takut kepada Allah senantiasa tetpatri dalam diri beliau.
Maka solusi agar keselamatan umat terjamin haruslah ada pemimpin amanah yang menjalankan seluruh aturan Islam.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment