(Aktivis Muslimah)
"Tahun baruan yuk, tahun baruan kemana nih? tahun baruan mau bakar apa nih?".
Itulah kata-kata yang sering terdengar di masyarakat ketika bulan Desember sudah berada di penghujung. Memang kalau berbicara masalah tahun baru masehi tidak bisa dipungkiri lagi dari jauh-jauh hari sudah tercium aromanya. Berbagai tempat sudah masuk kedalam agenda. Ada yang berlibur ke pantai, ke gunung, ke kafe dan lain sebagainya. Berbicara tahun baru masehi tidak luput dari banyaknya yang berjualan kembang api, terompet. Dimana yang menyalakan kembang api dan meniup terompet kebanyakan orang yang beragama Islam. Padahal jelas sekali dalam islam tidak ada contohnya sama sekali. Tapi faktanya di masyarakat malam tahun baru disambut dengan suka cita yang paling miris sampai menyalakan kembang api, bahkan ada yang mengisi malam tahun baru dengan hal yang negatif. Seperti yang terjadi di Jakarta, malam tahun baru dipadati untuk menyaksikan semaraknya kembang api. Selain dengan maraknya pesta kembang api, di sebagian kota banyak juga yang berhura-hura dan seks bebas.
Bagi sebagian orang momen tahun baru adalah saatnya manusia melakukan muhasabah (perhitungan) atas apa yang telah mereka lakukan selama setahun kemarin. Agar semakin hari mereka bisa semakin berproses menjadi lebih baik dan bisa menjadi Muslim sejati.
Namun muhasabah dan resolusi seseorang itu jelas beda-beda, tergantung dengan mindset yang dia miliki. Orang yang bermindset kapitalisme berbeda dengan orang yang bermindset Islam.
Mindset kapitalisme-sekulerisme memandang bahwa tahun baru adalah momen untuk mewujudkan kehidupan yang lebih bahagia dari tahun kemarin. Hal tersebut wajar, karena mereka memandang bahwa tujuan hidup di dunia memang untuk mencari kebahagiaan sebesar-besarnya bagi mereka, kebahagiaan tersebut diukur dengan seberapa banyak materi yang sudah dimiliki.
Maka resolusi mereka di tahun baru pun tidak akan jauh dari materi, seperti bagaimana caranya mendapatkan pemasukan yang jauh lebih besar dari tahun kemarin agar bisa keliling dunia, bagaimana caranya naik jabatan, dapat tabungan emas, rumah, tanah, mobil bertambah, wajah glowing dan lain-lain.
Sedangkan orang yang memiliki mindset Islam, jangankan tahun baru, pergantian hari saja bisa dijadikan momen untuk muhasabah diri. Karena sebagai seorang Muslim kita harus menyadari bahwa setiap detik, menit jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun yang telah berlalu tidak akan bisa terulang lagi dan akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Ta'ala kelak.
Maka dari itu, bagi seorang Muslim sejati tahun baru akan dijadikan momen untuk semakin menjalani kehidupan sesuai dengan misi penciptaan, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Beribadah disini artinya ibadah secara total, bukan hanya memperbaiki jadwal sholat saja, akan tetapi semuanya, mulai dari gaya hidupnya, pergaulannya, pakaiannya, lisannya, kesibukannya, kebiasaannya dan lain-lain.
Alhasil, dia akan senantiasa mengisi hari-harinya dengan melakukan amal-amal ibadah, muhasabah dan bertaubat. Agar tidak terus terjebak dalam kubangan kemaksiatan.
Masalahnya, perubahan tidaklah segampang itu. Tekad yang bulat tersebut bisa saja kempes ditengah jalan lantaran lingkungan masyarakat sekuler yang biasanya justru menilai negatif orang-orang yang ingin berubah taat dengan panggilan fanatik, sok suci, aliran sesat, radikal hingga dianggap bibit teroris. Sedangkan kalau sama kemaksiatan justru mereka diamkan, seperti pacaran, kumpul kebo, berzina, tidak menutup aurat, miras, narkoba, judi dan lain-lain dianggap urusan pribadi masing-masing.
Terlihat sekali, hidup di sistem sekularisme kapitalisme ini tidak memberi kemudahan manusia untuk berubah menjadi Muslim yang taat. Jadi, resolusi menjadi Muslim yang taat tidak akan bisa terwujud kalau masyarakatnya masih sekuler. Berarti kita butuh lingkungan masyarakat yang suportif, yaitu masyarakat yang Islami.
Masyarakat yang Islami akan senantiasa beramar ma’ruf nahi mungkar, menyeru kepada kebaikan (ketaatan), mencegah dari kemungkaran. Jadi, mereka akan saling mensuasanakan satu sama lain dengan Islam. Misalnya, saat tahun baruan, akan mengajak bermuhasabah bersama-sama. Apa saja yang seharusnya ditingkatkan sebagai masyarakat agar lingkungan menjadi Islami dan taat berjamaah, bukan justru mengundang murka Allah SWT.
Sayangnya, munculnya masyarakat Islami hanya akan kita dapatkan dari negara yang mau menerapkan aturan Islam secara kaffah, yaitu Khilafah Islamiyah. Karena masyarakat akan diedukasi dengan pendidikan yang berbasis aqidah Islam supaya sadar bahwa ketaatan hanyalah kepada Allah SWT dan selalu ingat akan hari pertanggung jawaban, dan standar hidup adalah syariat Allah. Sehingga pendidikan tersebut akan dapat melahirkan individu-individu yang berkepribadian Islam sekaligus masyarakat Islam. Tidakkah kita merindukannya?.
Wallahu a'lam bish shawab.
Post a Comment