Fenomena Bunuh diri kini kian meresahkan, pasalnya kasus ini bukan hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga menghampiri remaja hingg anak kecil.
Seperti kejadian yang dialami oleh seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Korban ditemukan sudah tidak bernyawa didalam kamarnya. Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP. (Dilansir dari detik 23/11/2023).
Menurut Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dirilis oleh Republika 6 November 2023 lalu menunjukkan, sepanjang 2023 terdapat 17 kasus anak mengakhiri hidup atau bunuh diri. Jumlah tersebut diperkirakan masih belum menunjukkan jumlah yang sebenarnya.
Fenomena diatas bukan lah satu-satunya melainkan ada banyak kasus bunuh diri yang terjadi mulai dari dewasa, remaja bahkan anak-anak. penyebabnya pun berbagai macam, mulai dari percintaan, perundungan hingga masalah dengan orang terdekat, seperti keluarga.
Namun, terdapat faktor besar yang mendorong seseorang melakukan bunuh diri, yaitu depresi, gangguan kejiwaan yang muncul akibat adanya tekanan.
Ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut-bisa dari mana saja- membuatnya tidak mampu untuk berpikir jernih. Alhasil mereka berani melakukan tindakan keji yang dianggap dapat mengurangi depresi, seperti melukai dirinya bahkan bunuh diri.
Dalam hal ini anak-anak merupakan fase penting dalam pertumbuhan. Hal-hal yang mereka terima dan konsumsi selama fase ini akan mempengaruhi mereka dalam setiap keputusannya. Oleh karena itu, peristiwa diatas haruslah menjadi tamparan yang keras bagi semua pihak.
Dalam rumah, orang tua perlu menyadari bahaya ketika membiarkan anak terlarut dalam bermain handphone bahkan hingga kecanduan. Ketika penggunaannya tidak terkontrol dengan baik, anak tentu bisa menjelajahi semua informasi yang disajikan didalamnya, apalagi saat ini banyak sekali game yang tidak mendidik bahkan mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir anak.
Selain handphone atau gedget, lingkungan juga berperan penting dalam mendidik anak. semua pihak dalam hal ini harus mengetahui kondisi anak ketika bergaul di sekolah atau luar sekolah, siapa saja temannya, circle-nya seperti apa, dan sebagainya.
Selain faktor lingkungan yang perlu diperhatikan, Negara juga berperan penting dalam mewujudnya generasi yang cemerlang dan soleh soleha. dalam hal ini seyogyanya negara wajib mengusut detail penyebab maraknya bunuh diri di kalangan anak. semua ini dilakukan agar dapat menemukan solusi yang tuntas dan menuntaskan.
Bunuh diri bukan hanya terjadi pada anak bahkan sampai dewasa-tua. Apabila kita renungi lebih dalam, semua ini dilakukan karena pola pikir dan hidup yang mengikuti barat atau sekulerisme (memisahkan agama dengan kehidupan).
Dalam hal ini negara semestinya menjadi tameng pertama untuk tidak bisa masuknya pemikiran dan budaya barat, namun saat ini fungsi negara tidak berjalan. Yang lebih parah negara menjadi pionir dalam penerapan sistem Kapitalisme-sekulerisme Barat.
Negara juga menerapkan sistem demokrasi liberalisme yang mengafirmasi segala kebebasan, mulai dari kepemilikan, beragama, berpendapat, hingga bertingkah laku. Kebebasan inilah yang mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku/sikap generasi saat ini.
Belum selesai, sistem pendidikan yang berasaskan pada sekulerisme juga turut andil mewarnai pembentukan keperibadian generasi. Mereka menjadi generasi yang jauh dari agama. Akibatnya mereka memaknai kebahagiaan itu hanya kesenangan dunia, seperti gawai/gedget, uang, makan-makan, musik, percintaan, ingin serba instan, dan lain-lain.
Semua ini membuat mereka menjadi generasi stroberi yang nampak bagus diluar, tapi lembek didalam. Apabila keinginannya tidak dituruti maka seolah dunia runtuh. Pemikiran yang pendek inilah yang membuat mereka mencari jalan keluar yang salah, ujung-ujungnya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Solusi hakiki yang bisa menuntaskan berbagai masalah yang terjadi hanyalah Islam. Dalam hal ini Islam memberikan perhatikan besar pada generasi.
Negara dalam Islam mampu menjadikan generasi memiliki kepribadian Islam alhasil pola pikir dan pola sikap juga Islam. Dengan begitu mereka akan menjadi pribadi yang kuat dan tidak gampang depresi.
Sistem pendidikan Islam yang diterapkan mulai dari tingkat dasar hingga tinggi. Sekolah dasar akan menanamkan akidah Islam dan segala pemahaman Islam lainnya yang dapat menjadikan mereka punya pola pikir dan pola sikap yang Islami. Saat pendidikan tinggi, mereka baru bisa diajarkan tsaqofah asing agar tau mana yang benar dan salah.
Akidah Islam inilah yang akan menjaga kewarasan mental generasi saat ini. Mereka akan mampu berpikir realistis, bisa menempatkan mana yang berada di wilayah yang dikuasai manusia dan mana yang tidak.
Mereka juga akan memaknai kebahagiaan tertinggi adalah meraih Ridho Allah SWT, bukan sebatas kesenangan dunia.
Sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Rad 28)
Wallahua’lam Bishawab..
Post a Comment