Status Siaga Banjir, Hanya Islam Solusi Tuntasnya


Oleh Khatimah

Pegiat Dakwah


Musim hujan tiba, masyarakat pun antusias menyambut setelah sebelumnya mengalami kemarau yang panjang. Namun masalah baru mulai menghampiri, saat ancaman banjir dan longsor mulai menghantui.

Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mulai menetapkan status siaga darurat sejak tanggal 27 November lalu. Uka Suska selaku Kepala Pelaksana menyatakan bahwa penetapan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Bupati. Diduga,  peningkatan bencana alam seperti angin kencang dan longsor akan terjadi di beberapa kecamatan. Dengan adanya kesepakatan perwakilan dari OPD (Operasi Perangkat Desa) dan kecamatan, pihaknya akan selalu meminta dilakukan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. (JabarEkspres.com 28/11/2023) 

Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Bandung yang selalu menjadi langganan banjir tiap tahunnya. Misalnya daerah Soreang, Kutawaringin, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Ciwidey, Cangkuang, dan Kertasari. Selain kecamatan tersebut kompleks Perkantoran Pemkab Bandung juga terendam. Diduga banjir terjadi akibat drainase yang tersumbat dan menyebabkan air meluap. Bahkan ada beberapa OPD terdampak tapi tidak parah.  

Pada musim kemarau ataupun musim hujan, Kabupaten Bandung tidak pernah lepas dari status siaga darurat bencana. Hal ini terus berulang  setiap tahunnya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan antisipasi  masih belum memberi pengaruh yang berarti. Karena solusi belum menyentuh akar pesoalan selain hanya di permukaan. Rakyat hanya diminta siap siaga karena negara tak berdaya.

Pembangunan makin masif tanpa mempertimbangkan dampak. Dipandang sebagai sebuah kemajuan padahal banyak rakyat yang menderita. Adanya prinsip kebebasan kepemilikan menyebabkan para investor dan pemilik modal leluasa menguasai lahan. Mereka melakukan alih fungsi lahan tanpa peduli rakyat dan kelestarian lingkungan. Daerah resapan air terus berkurang, digunakan untuk properti, pariwisata, infrastruktur, dan transportasi tambahan. Semua proyek di atas demi meraup keuntungan.

Demikian penerapan sistem kapitalisme sekular. Prinsip untuk meraih sebanyak-banyaknya keuntungan telah memunculkan keserakahan. Dari sini nampak jelas bahwa maraknya musibah yang terjadi selama ini semata-mata bukan karena bencana alam semata, tetapi lebih banyak karena ulah tangan manusia. Oleh karenanya,  kapitalisme jelas menyengsarakan dan harus segera dihentikan, untuk kemudian diganti dengan sistem Islam yang dapat memberikan rahmat bagi seluruh alam. 

Islam memosisikan seorang pemimpin sebagai pelayan dan pengayom umat.  Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:"Setiap kepala negara adalah raa'in (pengurus rakyat), dan bertanggung jawab atas kepengurusan rakyatnya" (HR. Al-Bukhari) 

Terkait masalah banjir dan semisalnya, negara akan melakukan upaya antisipasi sebelum terjadinya bencana. Melakukan kebijakan dengan memetakan daerah rendah yang rawan terkena genangan air akibat daya serap yang minim.  Pemerintah akan melarang warga untuk membangun pemukiman di daerah tersebut, pun jika sudah terlanjur maka  akan direlokasi ke tempat yang lebih aman, nyaman dan tepat agar memudahkan  menjangkau akses kebutuhan sehari-harinya. 

Untuk hutan ataupun gunung, penguasa tidak akan membiarkan beralih fungsi, dengan penggunaan berlebihan yang berakibat merusak lingkungan. Negara tidak akan menyerahkan pengelolaan hutan dan milik umum lainnya kepada swasta terlebih asing. Pembangunan diperuntukkan untuk kemaslahatan rakyat bukan semata-mata keuntungan. Tidak akan ada perampasan lahan rakyat yang menyebabkan rakyat sengsara. Selain itu semua serapan air akan dibuat seperti membangun bendungan, kanal dan sejenisnya guna menampung air hujan yang berlebih. 

Jika segala upaya telah dilakukan namun, qadha Allah tetap terjadi, maka negara akan melakukan langkah evakuasi terhadap korban bencana dan memindahkan ke tempat yang lebih aman dan nyaman. Kemudian akan meminta para ulama untuk membina warga agar dikuatkan menerima qadha Allah. Sehingga para korban tetap sabar dan ikhlas menerima ujian yang datang dari Rabb-Nya. Inilah upaya kepala negara dalam mengatasi sebelum terjadinya banjir ataupun sudah terjadi, untuk memberi kenyamanan dan keselamatan kepada rakyatnya

Jika telah tampak kerusakannya, masih kah kita berharap dengan sistem kapitalis yang saat ini diterapkan? Apakah masih ada rasa enggan kita untuk hijrah kepada Islam yang jelas memberi solusi tuntas bagi seluruh permasalahan manusia?

Wallahu a'lam bish shawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post