Oleh Suci Halimatussadiah
Ibu Pemerhati Umat
Seruan boikot produk yang mendukung entitas Zionis Yahudi adalah wujud kesadaran individu masyarakat untuk membela Palestina. Umat melakukan apa yang mereka bisa, terlebih ketika negara tidak melakukan pembelaan yang lebih nyata atas nasib muslim Palestina.
Seruan boikot umat mampu mendorong ormas untuk bergerak seperti dikutip dari media online Republika.co.id (11/11/2023). Aksi boikot terhadap produk-produk yang terkait dengan entitas Zionis I5rael diserukan di hampir semua negara mayoritas muslim termasuk Indonesia. Bahkan baru-baru ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa haram membeli produk yang pro terhadap entitas Zionis I5rael. Salah satu seruan untuk memboikot terhadap perusahaan yang diduga terkait dengan entitas Zionis I5rael adalah Gerakan Boycott, Divestment, Sanction (BDS) atau Boikot, Divertasi, Sanksi adalah gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan yang dipimpin Palestina. BDS menjunjung tinggi prinsip bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti umat manusia lainnya. MUI pun menegaskan, muslim diharamkan membeli produk dari produsen yang secara langsung terafiliasi dan mendukung agresi entitas Zionis I5rael ke Palestina.
Melihat kekejaman entitas Zionis, perasaan bercampuraduk antara marah, sedih, dan kesal muncul dalam benak ketika melihat saudara-saudara kita tertimbun reruntuhan bangunan, terluka, dan tewas karena menjadi sasaran tembakan ataupun roket-roket laknatullah. Namun, lebih miris lagi, tidak ada satu pun pemimpin muslim yang membantu pejuang Hamas memerangi entitas Zionis I5rael.
Pemimpin kaum muslim saat ini hanya bisa mengecam, mengutuk, dan memberikan sumbangan untuk korban di Palestina. Memberikan dana untuk pembangunan yang telah hancur, memberi makanan pada rakyat Palestina yang kelaparan, serta banyak seruan untuk boikot produk I5rael beserta penyokongnya. Boikot dilakukan oleh masyarakat karena Amerika secara terang-terangan mendukung entitas Zionis I5rael. Melakukan boikot sama dengan kita tidak memberikan keuntungan pada pihak terkait yang di kemudian hari keuntungan tersebut bisa digunakan untuk menyokong keberlangsungan penjajah I5rael.
Membeli produk mereka, sama halnya dengan memberikan amunisi pengeboman di Palestina. Produk-produk mereka sangat mudah kita jumpai di sekitar kita, sebab mereka sudah menjadi produsen raksasa yang menguasai industri perdagangan. Memang tak terlalu signifikan dampak dari pemboikotan tetapi diharapkan, lambat laun akan mengalami defisit dan dapat melemahkan ekonomi mereka. Namun, sesungguhnya boikot, gencatan senjata, solusi dua negara, bukanlah solusi hakiki yang mampu menghentikan penjajahan entitas Zionis I5rael di tanah Palestina.
Sesungguhnya hanya jihad dan khilafah yang mampu mengakhiri Perang Palestina–I5rael.
Sejarah pernah menjelaskan tentang pembebasan Masjid Al-Aqsa. Maka tidak bisakah kita belajar dari pembebasan Al-Quds terdahulu? Mengembalikan hak tanah kaum muslimin dan meninggikan kalimat tauhid. Hanya seruan jihadlah yang dapat membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah.
Seruan jihad hanya bisa dilakukan oleh seorang khalifah yang menegakkan syariat Islam secara kafah.
Sejarah mencatat, terdapat dua pahlawan pembebas Al-Quds. Pertama, Khalifah Abu Bakar As-syiddiq yang dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab. Pada saat itu, Palestina hidup aman dan damai di bawah kepemimpinan Islam. Kedua, Khalifah Shalahuddin Al-Ayyubi yang pada 1187 M membebaskan Al-Quds dari cengkeraman pasukan salib, dan Islam kembali memimpin tanah Palestina.
Dari sejarah kita dapat belajar bahwa hanya ada satu cara membebaskan Al-Quds, yaitu dengan mengirim pasukan perang untuk berjihad, menyiapkan tentara terbaik dan mempunyai strategi perang yang paripurna, serta memiliki iman dan takwa kepada Allah Swt. Atas izin Allah, Islam akan kembali membebaskan Al-Quds dari cengkeraman penjajah.
Hari ini, ketiadaan seorang raa’in sebagai perisai umat menyebabkan tidak adanya seruan untuk berjihad, tidak ada bantuan pasukan perang, tidak ada pula kemenangan yang hakiki. Sudah barang tentu tidak pula ada solusi tuntas untuk kesejahteraan dan keadilan bagi umat. Hal yang ada hanya derita melihat umat muslim terpecah dan tertindas di mana pun mereka berada.
Hanya dalam naungan Islamlah, umat Islam dapat hidup aman, termasuk agama diluar Islam bisa hidup rukun dan damai. Bila Islam berkuasa niscaya semua penganut agama dalam kondisi aman dan nyaman. Sebab Islam diturunkan agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Allahu Akbar!
Wallahualam bissawab.
Post a Comment