Solusi Hakiki Membebaskan Bumi Palestina


Oleh : Eli Marlina


Sudah hampir  dua bulan  kaum muslim  Palestina terutama di Gaza di bantai secara brutal oleh zionis yahudi yang mengakibatkan jatuh korban syahid. Kantor Media Pemerintah Hamas di Gaza pada Selasa (5/12/2023) melaporkan, perang Israel-Hamas telah menewaskan sedikitnya 16.248 orang di Jalur Gaza sejak dimulai pada 7 Oktober lalu. Dari jumlah tersebut, disebutkan, lebih dari 7.000 orang di antaranya adalah anak-anak dan hampir 5.000 adalah Perempuan (kompas 06/12/2023).  Ratusan gedung hancur rata dengan tanah. Sejumlah rumah sakit tak lepas dari sasaran bom zionis yahudi. Bahkan instalasi listrik, internet dan air yang amat vital bagi kebutuhan rakyat Palestina turut dihancurkan. 


Dimana Penguasa Muslim ?

Posisi negeri muslim saat ini sebagai pengekor Amerika. Mereka terang-terangan membuka hubungan diplomatik dengan Zionis yahudi. Seperti Mesir pada tahun 1978 dan Yordania pada tahun 1994. Pada tahun 2020 visi Timur Tengah ramai-ramai menormalisasi hubungan dengan Zionis yahudi seperti, UEA, Bahrain, Sudan, Maroko, KSA. Turki membuka hubungan diplomatik secara penuh dengan Zionis yahudi. Bahkan Indonesia hubungan dagangnya semakin menguat dengan Zionis yahudi 5 tahun terakhir. 


Tragedi Palestina yang terus berulang ini sungguh membuat miris. Ini karena nyatanya sikap para penguasa Arab dan negeri muslim lainnya yang tidak pernah berubah selain sekadar mengecam dan mengutuk. Tidak bisa dipungkiri semua itu adalah akibat ide nasionalisme yang terlanjur mengakar di negeri-negeri muslim. Nasionalisme menjadi racun politik yang menyebabkan penguasa negeri-negeri muslim tidak berkutik untuk membela saudaranya di Palestina. Tidak hanya itu, cinta kekuasaan juga turut menghalangi para penguasa negeri muslim untuk bersatu atas nama akidah Islam dalam melawan kebrutalan Zionis Yahudi.


Nasionalisme telah nyata membuat Dunia Islam terkotak-kotak yang mengakibatkan masing-masing penguasanya hanya mementingkan negerinya sendiri. Seperti Arab Saudi beserta produsen minyak bumi lainnya, mereka menolak usulan Iran untuk melancarkan embargo minyak ke "negara" entitas Yahudi itu. Walaupun pemerintahannya mengecam perbuatan entitas Yahudi atas Palestina, tetapi normalisasi hubungan Arab dengan mereka masih saja dipelihara. Bahkan, Riyadh Season pada 28-10-2023 digelar besar-besaran di tengah gempuran rudal kepada warga Palestina. 


Turki tidak jauh berbeda Saat Erdogan menggelar aksi besar-besaran untuk mengutuk serangan entitas Yahudi ke Palestina. Ia tidak mengatakan memutus hubungannya dengan entitas Yahudi, bahkan menyerukan "two-state solution" yang itu berasal dari AS. 


Krisis Palestina merupakan barometer kondisi umat, dimana keterpecahbelahan umat akibat konsep negara bangsa, benarlah sabda Rasullullah :


"Nyaris Orang-orang  kafir menyerbu dan membinasakan kalian  seperti halnya orang -orang yang menyerbu makanan di atas piring. "Seseorang berkata," apakah karena sedikitnya kami waktu itu ? Beliau bersabda, bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kalian seperti buih  di atas air.  Dan Allah mencabut rasa takut musuh- musuhmu terhadap kalian, serta  menjangkit kan di dalam hati mu Penyakit wahn  seseorang bertanya "apakah wahn itu"? Beliau menjawab, "Cinta dunia takut mati”. (HR.  Ahmad Al Baihaqi Abu Dawud).


Hadis di atas seolah mencerminkan ketidakberdayaan umat Islam di dunia ketika para pemimpin umat Islamnya sudah terserang penyakit wahn. Rasulullah Saw., bersabda :

"Demi Allah bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir jika dunia ini di bentang kan untuk kalian, sebagaimana ia bentang kan untuk orang -orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur". (HR Bukhori Muslim). 


Krisis Palestina dianggap sebagai konflik antar dua negara maka banyak yang menyarankan dengan solusi dua negara. Padahal krisis Palestina terjadi karena pendudukan zionis yahudi di Palestina sebagai perampas wilayah Palestina. Bagaimana mungkin membagi wilayah kepada penjajah yang seharusnya diusir bukan dibagi dua. 


Puluhan resolusi PBB sebagai solusi masalah Palestina, tidak pernah berhasil menghentikan Zionis Yahudi. Begitu pula solusi dua negara yang jelas-jelas haram menurut Islam karena cakupan penjajahan Zionis di Palestina bukan semata penyerangan, melainkan pengusiran dan pencaplokan wilayah. Maka solusi apapun yang di tawarkan PBB tentang solusi palestina baik itu berupa konvensi jenewa, perjanjian damai, deklarasi dan resolusi apapun yang di dalam nya tentang HAM semuanya memiliki standar ganda yang  justru menguntungkan mereka zionis dan koalisi negara adidaya yaitu AS dalam mempertahankan hegemoni dan penjajahan di negeri muslim. 



Akar Masalah Pendudukan Palestina

Akar masalah Palestina adalah keberadaan Zionis yahudi, bukan masalah tapal batas antara Zionis yahudi dan negara -negara tetangga seperti suriah, Libanon, Yordania termasuk Palestina. Pendudukan Palestina tidak terlepas dari tokoh yang bernama Theodor Herzl yang dikenal sebagai bapak zionis internasional. 


Keinginan yahudi untuk menguasai Yerusalem sudah dimulai sejak Perang Salib. Orang yahudi berkeyakinan bahwa masa kekuasaannya adalah saat nabi Sulaiman membangun rumah ibadah (Baitul Maqdis / Masjidil Aqsa) sekaligus membangun The Temple of Solomon. Mereka ingin mengembalikan kejayaan itu di Yerusalem. Keinginan itu tidak pernah padam hingga menemukan momentum saat Daulah Utsmani kalah dalam perang dunia I.


Kemudahan migrasi Yahudi ke Yerusalem ini tidak lepas dari posisi Inggris sebagai pemenang perang dunia I. Sebagaimana Kredo The winner takes it all (pemenang mengambil semua). Sehingga Inggris berhak mengambil Palestina. Diplomat Inggris Mark Sykes dan Diplomat Perancis Francois george-picot menandatangani perjanjian sykes-picot, yang isi perjanjiannya membagi bagi wilayah jajahan. Bertemulah kepentingan zionis dan visi eropa merebut posisi negara pertama melawan khilafah.

Zionisme ditanam di Palestina saat arus perpecahan melanda dunia Arab. Tragedi ini merupakan kombinasi paling mengerikan antara gerakan zionis Zionis yahudi dan gelombang nasionalisme yang meracuni dunia Islam. Di bawah mantra nasionalisme, bangsa Arab dan Yahudi sama-sama meneriakkan kemerdekaan bangsa mereka sendiri. Masuknya gerakan zionis Zionis yahudi ke tanah Palestina tidak bisa dilepaskan dari gelombang fragmentasi politik dunia Arab kala itu. Walhasil tragedi tanah Palestina adalah simbol terkuat perpecahan dunia Islam terutama dunia Arab.


Pembebasan Palestina 

Pembebasan Palestina membutuhkan tindak nyata sebuah negara, bukan sebatas mengutuk dan mengecam semata. Para penguasa harusnya mengirimkan tentaranya dan kekuatan militernya sebab negara memiliki kekuatan besar untuk bisa memberikan tindakan nyata. Hanya saja, tindakan nyata ini dengan mengirimkan tentara dan senjata kepada Palestina, tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa adanya persatuan umat muslim.


Sesungguhnya potensi umat muslim sangat besar andai negeri-negeri muslim Bersatu. Setidaknya ada tiga potensi yang sangat barat takuti jika kaum muslim bersatu. Pertama, potensi demografi dan militernya. Menurut data World Population Review 2023, jumlah penganut Islam adalah yang terbesar yaitu dua miliar lebih. Melihat data makin banyaknya muslim dan makin menurunnya populasi nonmuslim, banyak peneliti memprediksi pada 2050 jumlah muslim lebih banyak dari umat Kristen.


Andai saja satu persennya menjadi tentara, niscaya potensi militer kaum muslim akan sangat besar. Bayangkan, akan terdapat 20 juta tentara muslim yang siap melindungi seluruh bagian wilayah muslim. Persoalan Palestina pun bisa selesai sebab penduduk entitas Yahudi tidak sampai 10 juta orang per 2023.


Kedua, potensi geopolitiknya. Negeri-negeri muslim menempati Selat Giblatar, Terusan Suez, Selat Dardanella, dan Bosphorus. Semua itu menghubungkan jalur Laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk, dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Jika negeri-negeri muslim bersatu, niscaya akan tercipta kekuatan besar yang mampu menyetir perdagangan dunia. Inilah yang Barat takuti.


Ketiga, potensi SDA, misalnya minyak bumi yang telah Allah anugerahkan kepada negeri-negeri muslim. Terbukti, embargo minyak Arab pada 1973 mampu meluluhlantakkan perekonomian AS. Sayangnya, hari ini, Arab Saudi dan negeri-negeri muslim lainnya malah menolak mengembargo minyak pada entitas Yahudi itu dengan alasan penyelesaian konflik dengan Palestina adalah melalui diskusi damai, bukan embargo. Sungguh pengkhianatan yang nyata.


Maka solusi Palestina bukan berupaya memerdekakan diri jadi negara sekuler atau dengan menerima solusi dua negara, tapi membebaskan diri dari penjajahan Zionis yahudi dengan terus mengobarkan jihad. Umat Islam harus memobilisasi kekuatan dan persatuan berdasarkan aqidah bukan atas dasar nasionalisme buatan penjajah. 


Wallahu 'alam bi ash-showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post