Oleh: Fatmah Ummu Aru
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Ketika kapal terbang jatuh ke bumi, jasad dicari-cari
hingga berhari-hari, tak peduli apakah para penumpang dan awak pesawat masih
bernyawa ataukah tidak. Namun para penumpang kapal ini, mereka mendarat dengan
selamat, masih bersatu nyawa dan jasad, tapi mereka didorong untuk kembali
melaut, tak peduli apakah nanti akan selamat ataukah bertemu maut.
Itulah yang terjadi ketika masyarakat Kabupaten
Bireuen dan Aceh Utara Provinsi Aceh menolak kedatangan imigran Rohingya ke
wilayah mereka (17/11/2023). Kapal kayu yang ditumpangi para pengungsi itu pun
didorong kembali ke laut setelah sebelumnya sempat mendarat.
Duhai, hati mana yang tak terkoyak-koyak melihatnya.
Hanya karena kita berbeda ikatan bangsa, membuat kita berlaku durjana. Mereka
sedang kelelahan, kehausan, dan kelaparan. Lelah mental terkatung-katung di
lautan, kehilangan tempat bernaung dan tak tau arah tujuan. Setelah cukup
memberi pakaian, makanan, dan minuman. Kita suruh mereka pergi lanjutkan
penderitaan di tengah lautan.
Oh Tuhan. Begitu rapuh dan buruk sekali ikatan bangsa
ini. Hanya karena kita Indonesia dan mereka Rohingya, yang beda bahasa dan beda
negara. Perbedaan ini membuat kita tak malu berbuat nista pada saudara seiman.
Sampai-sampai berpendapat, “Biarlah. Suruh saja mereka selesaikan sendiri
masalahnya. Jangankan mereka, kita di bumi pertiwi juga sedang banyak masalah,
tak sanggup kiranya menambah beban derita.”
Ironis, sungguh ironis. Ikatan bangsa ini mengikis
habis rasa persaudaraan antara kita. Mengikis rasa persaudaraan yang lahir dari
iman dan Islam. Sudah seharusnya kita sadari bersama, ikatan bangsa ini adalah
ikatan yang rusak, mari ganti dia dengan ikatan akidah, kemudian rengkuh erat
ikatan ini, jaga jangan sampai lepas. Buang saja dia, iya, buang ikatan
nasionalisme ini. Campakkan ke lubang terdalam dan jangan pernah terbersit
mengambilnya kembali..
Sungguh ada Allah yang kan selalu bersama kita, Allah
selalu membersamai orang-orang yang menolong saudaranya, terlebih lagi saudara
seiman. Tak cukupkah teladan dari masyarakat terbaik Madinah di kala peristiwa
Hijrah? Mereka berbondong-bondong menyambut kedatangan saudara seiman dari Makkah,
memberikan tempat bernaung, menolong dan mencukupi kebutuhan mereka.. maka
Allah pun menolong mereka. Memberikan kemenangan umat dan kebangkitan Islam.
Hingga Islam berjaya di muka dunia
Hasbunallah wa nikmal wakil..
ampunilah kami yang lemah ini ya Allah 🤲.
Post a Comment