(Praktisi Pendidikan)
Hasil skor Programme forz International Student Assessment atau Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi Indonesia naik 5 sampai 6 posisi dibanding PISA 2018.
Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim mengatakan, peningkatan peringkat ini menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi.
Sedangkan skor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin, yang merupakan penurunan dengan kategori rendah dibandingkan negara-negara lain.
Dilansir dari Kompas.com, secara global, skor PISA 2022 yang diikuti 81 negara menurun. Skor PISA Indonesia 2022 pun menurun meskipun secara peringkat mengalami kenaikan. Penurunan skor PISA Indonesia diduga lantaran ketertinggalan pembelajaran atau learning loss selama pandemi Covid-19.
Mengapa hal ini terjadi?
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar paserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Bisa disimpulkan bahwa tujuan pendidikan sejatinya membentuk karakter dan kompetensi. Dimensi karakter adalah sejumlah sikap dan perilaku positif dan bermoral sehingga membawa kebaikan dan kemashlatan bukan hanya untuk dirinya tapi juga masyarakat sekitar bahkan bangsa atau umat. Seperti jujur, bertanggung jawab, sabar, tekun, empati, peduli, memiliki daya juang tinggi, mampu menanggung resiko, dll.
Sementara, kompentesi adalah suatu keterampilan, pengetahuan, sikap dasar, dan nilai yang terdapat dalam diri seseorang yang tercermin dari kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten.
Hari ini, pendidikan yang diterapkan bangsa ini berbasis sekuler liberal, yang tampak lebih menitik beratkan pada pembentukan kompetensi semata. Itupun diukur dengan kesiapan bekerja memenuhi tuntutan industri kapitalis.
Kabar buruknya, kompetensi ini pun belum tercapai melalui sistem pendidikan di negeri ini. Perbaikan-perbaikan sistem pendidikan telah dilakukan berulang ulang yang sejatinya hanya mengarah pada pembentukan SDM siap kerja, yaitu pada sisi kompetensi. Saat ini, kompetensi yang harus dikejar adalah untuk siap menyongsong R.I 4.0 termasuk kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi dan kreatif yang disebut Bapak Menteri Pendidikan pada periode terbaru.
Tanpa disadari, sebenarnya sistem pendidikan negeri ini dirancang untuk melanggengkan dominasi penjajah atau terus menjadi bangsa terjajah, meski bukan fisik. Anak-anak bangsa ini, pada akhirnya hanya akan menjadi pekerja industry di negeri sendiri, sementara pemilik industry adalah kapital dan asing yang masuk lewat investasi yang semakin menjamur.
Di sisi lain, pendidikan sekuler juga menguatkan pemikiran sekuler dan liberal yang memudahkan anak-anak kaum muslimin mengikuti gaya hidup bebas, materialis yang merusak. Lengkap lah penderitaan anak-anak umat islam di bawah asuhan sistem pendidikan sekuler.
Pendidikan Islam?
Sementara, sistem Pendidikan Islam telah menjadikan pembentukan karakter sebagai tujuan utama tanpa mengesampingkan pembentukan kompetensi. Karakter atau perilaku penting karena menuntun seseorang agar tidak berperilaku yang menimbulkan kerusakan dimuka bumi, kekacauan di masyarakat, sebaliknya memberi kebaikan pada sekitar. Terlebih Islam menuntun bahwa sesungguhnya setiap orang adalah hamba Allah yang harus tunduk terhadap aturan Allah saat bertingkah laku di dunia.
Kompetensi pada berbagai levelnya penting sebagai sarana atau alat hidup di dunia, yaitu mengelola harta yang Allah sediakan di dunia untuk menjalani kehidupan manusia dan mencari penghidupan. Hal ini bisa dikaitkan dengan tugas manusia sebagai khalifah fil ardhi. Sebagai contoh, penguasaan ilmu dan teknologi untuk memproduksi pangan atau meningkatkan berikut peningkatan kualitasnya adalah kompetensi.
Penggunaan teknologi tersebut apakah untuk tujuan kesejahteraan umat atau sebaliknya untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya (kapitalisasi) dan melakukan suatu cara yang justru merusak masyarakat adalah ranah karakter. Dengan demikian, saat karakter yang sholih dipadu dengan kompetensi yang unggul melahirkan tatanan dunia yang adil, berkah, rahmatan lil ‘alamin.
Selanjutnya, untuk membentuk karakter sholih dan kompetensi unggul, Sistem Pendidikan Islam, mempunyai paradigma bahwa ilmu dipelajari untuk diamalkan bukan hanya kepuasan intelektual. Terkait pendidikan karakter, Islam menggariskan belajar untuk membentuk pemahaman yang melahirkan aksi (perilaku sesuai pemahaman Islam).
Penanaman aqidah islam ditujukan agar aqidah Islam menjadi standar nilai dan perbuatan. Syariat Islam adalah pengatur tingkah laku, bukan sekedar materi ilmu hafalan yang tidak ada penerapannya. Begitu juga penyiapan kompetensi, dalam SPI juga sangat diperhatikan. Pembelajaraannya bukan hanya sekedar hafalan teori-teori tanpa memahami aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Maka metode belajar dalam islam adalah talqiyan fikriyyan, bukan hanya transfer materi, atau teori semata.Materi-materi pelajaran disampaikan hingga membekas dan memahami penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Terkait, pengembangan kompetensi pun, dalam sejarah penerapan Islam Kaffah di dalam Pendidikan, digambarkan para penguasa muslim membuat fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan seperti lembaga ilmiah, perpustakaan dan laboratorium.
Contohnya, pembangunan rumah sakit, selain sebagai tempat pelayanan kesehatan rakyat juga sebagai tempat pengembangan ilmu terutama kedokteran dan farmasi. Maka, pada masanya kepakaran ahli kedokteran dunia Islam diakui dunia. Hasil pendidikan Islam melahirkan SDM yang fleksibel, kreatif dalam artian, mampu mensolusi permasalahan hidup sesuai Islam meski bentuk kehidupan yang terus berkembang dan berubah, hingga karakter sholih terus melekat padanya.
Maka, untuk menyelesaikan masalah sumber daya manusia, berupa karakter dan kompetensi. Sistem Pendidikan Islam layak menjadi rujukan, karena telah jelas arahannya dan sejarah membuktikannya. Sistem Pendidikan Islam akan membawa umat Islam mencapai kegemilangan peradaban kembali. Tentu dengan dukungan sistem ekonomi, politik, sosial, dll dalam penerapan Islam Kaffah.
Standar pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian bersyaksiyah Islamiyyah selain cerdas berkualitas. Sistem pendidikan dan kurikulum dalam Islam. Sejarah sistem pendidikan Islam cemerlang tidak lepas dari sistem lainnya yang berasaskan Islam.
Wallahu'allam bisshawab
Post a Comment