Pemuda Berpolitik, Siapa Takut?


Penulis: Irma Ismail 
(Aktivis Muslimah Balikpapan)


Pemilu tinggal menghitung bulan, berbagai sosialisasi terus dilakukan di berbagai daerah dengan sasaran terutama terhadap para pemuda milenial sebagai pemiilih pemula. Bonus demografi inipun telah menjadikan kekuatan milenial patut diperhitungkan dalam segala hal, mengingat dominasi generasi ini akan memepengaruhi kondisi kehidupan nantinya, terutama dalam "laga pemilu 2024".


Pendataan daftar pemilih untuk DPT Provinsi Kaltim sendiri mencapai angka sebesar 2,7 juta orang. Ketua KPU Kaltim, Rudiansyah menjelaskan jika dibagi berdasarkan kategori usia, pemilih milenial mendominasi dengan sekitar 37 persen atau sebanyak 1 juta pemilih. Sementara itu, generasi Gen Z yang berusia 26 tahun ke bawah mencapai 670 ribu pemilih.


Potensi pemilih generasi muda saat ini patut diperhitungkan karena peserta pemilu generasi muda cepat dalam  memanfaatkan ruang digital untuk mencari informasi terkait visi misi capres cawapres selama masa kampanye. Gencarnya sosialisasi kepada pemuda milenial, salah satunya dikarenakan angka yang ketika direkapitulasi se-Indonesia ternyata cukup besar. 


 *Pemuda Dimanfaatkan Suaranya* 


Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 jumlahnya mencapai 204.807.222 pemilih. Sebanyak 66.822.389 atau 33,60% pemilih dari generasi milenial, sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024


Tentunya ini bukan angka yang kecil, besarnya proporsi pemilih berusia 17-40 tahun pada Pemilu 2024 membuat suara generasi muda diperebutkan para kontestan pemilu, tak terkecuali bakal calon presiden dan calon wakil presiden. Mereka pun berjanji memperjuangkan gagasan serta kepentingan anak muda. Namun, sebagian generasi muda merasa hanya dimanfaatkan untuk mendulang suara. Alih-alih dianggap sebagai agen pembangunan dan perubahan sosial. 


Hal itu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Aisah Putri Budiarti, peneliti dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan bahwa partai politik cenderung masih memandang suara pemilih muda sebagai sesuatu yang harus diraih, bukan sebagai kelompok yang memiliki kepentingan. Puput menambahkan bahwa tidak ada yang membahas mereka sebagai kelompok yang punya kebutuhan pada program-program tertentu.


Inilah fakta yang dengan mudah teramati, bahwa pendidikan tentang politik hanya sebatas pada pemilu atau memilih, ke mana suara akan di salurkan, dan calon mana yang akan mereka pilih. Tetapi jarang tersentuh bahwa apa tugas dan wewenang mereka atau caleg ketika terpilih nanti. Bahwa apa yang mereka pilih nanti akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, bukan sebatas memilih saja.


Jika dilihat bagaimana tugas anggota legislatif ini, maka tugas mereka salah satunya adalah membuat undang-undang. Di mana undang-undang ini adalah masukan dari masyarakat atau ahlinya untuk nanti diputuskan dalam sidang dengan suara terbanyak. Inilah sistem demokrasi, dari, oleh dan untuk rakyat. Tidak peduli apakah peraturan itu benar atau salah, karena standarnya untuk kemaslahatan bersama dengan suara terbanyak.


Dari sistem ini maka diaturlah pendidikan berasaskan pada sekulerisme yang  memisahkan urusan agama dari kehidupan dunia. Jelas bahwa tolak ukurnya bukanlah bersandar pada agama, dalam hal ini adalah agama Islam. Ini dikarenakan hanya Islam yang mempunyai aturan yang menyeluruh dan memberikan solusi atas problematika kehidupan manusia hingga akhir zaman.  


Oleh karena itu, harusnya disampaikan kepada para pemuda bahwa apa yang akan mereka lakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt, akan berdampak kedepannya nanti. Maka segala hal harus dalam kerangka keimanan bahwa apapun itu termasuk aktivitas memilih. Jangan sampai bahwa aktivitas yang terbilang hanya sebentar saja ini malah memperpanjang usia demokrasi itu sendiri dan menambah panjang penderitaan karena tidak diterapkannya Islam secara meyeluruh.


 *Pemuda dalam Islam Menjaga Integritas Negeri* 


Hal yang berbeda dalam Islam. Cara pandang Islam terhadap pemuda adalah cara pandang yang penuh harapan, karena di tangan generasi muda inilah keberlangsungan negeri akan terjaga. Maka Islam akan menjaga pemuda dari hal-hal yang dapat merusak keimanan mereka. Negara berperan penuh menjadi benteng pertahanan dari berbagai informasi yang sesat dan menyesatkan, rusak dan merusak.


Dengan pemahaman yang benar tentang politik, maka pemuda akan menjadi agen perubahan. Politik dalam Islam adalah bagaimana mengurusi urusan umat dengan Islam, artinya segala sesuatu akan disolusikan dengan Islam. Semua ini akan terurai dalam kurikulum pendidikan Islam yang bertujuan membentuk syakhsiyah Islamiyah atau berkepribadian Islam.


Lihatlah di masa Rasulullah Saw, Khulafaur Rasyidin dan Khalifah setelahnya. Para pemuda yang sudah tercelupkan dengan Islam akan menjadi pemuda yang tangguh bahkan di usia yang masih muda. Ada Usamah bin Zaid (18 tahun) yang memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu. Zubair bin Awwam (15 tahun) sudah ikut berperang. Mu’adz bin Amr bin Jamuh (13 tahun) dan Mu’awwidz bin ‘Afra (14 tahun) yang membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar.  


Ada Thalhah bin Ubaidullah (16 tahun), orang Arab yang paling mulia, berbaiat untuk mati demi Rasul Saw pada perang Uhud dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi. Selain itu, Muhammad Al Fatih (22 tahun) yang menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa. Masih banyak yang lainnya lagi. Semua itu membuktikan bahwa  pendidikan dalam Islam akan membentuk pemuda yang bertanggung jawab karena negara sangat berperan. 


Oleh karena itu, tidak ada acara lain untuk membentuk pemuda yang tangguh dan bertanggung jawab kecuali dengan menerapkan Islam dalam kehidupan keseharian. Peduli problematika bangsa serta bagaimana solusinya dalam Islam adalah proses pemuda sudah belajar politik. Wallahu'alam

Post a Comment

Previous Post Next Post