Pendidikan adalah aspek yang sangat penting bagi suatu bangsa. Bagaimana tidak? Pendidikanlah yang akan mempengaruhi pembangunan generasi untuk masa depan. Namun, di Indonesia pendidikan masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak catatan yang perlu segera dibenahi.
Salah satu hal yang sangat terlihat adalah soal tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Hal ini terbukti dengan ketimpangan infrastruktur pendidikan, contohnya jauhnya kualitas pendidikan antara kabupaten dan kota. Melihat hal tersebut Presiden Joko Widodo mengatakan, “Saya bandingkan dengan SMK yang ada di kota, memang gap-nya sarana prasarana sangat jauh berbeda, dan itu tugas menteri pendidikan.” (CNN Indonesia, 25/11/2023).
Bukan hanya itu, pendidikan di Indonesia pun masih terbatas terkait teknologi. Banyak dari guru yang belum mendapatkan edukasi dan fasilitas yang mumpuni terkait teknologi sehingga kesulitan menyesuaikan diri dan mengaplikasikannya di dalam pembelajaran. Melihat fakta tersebut, dikatakan bahwa Jokowi berupaya dalam memberikan dukungan terbaik pada guru, termasuk memperjuangkan para tenaga kependidikan. Lantas apakah sudah tereksekusi dengan baik? sayangnya belum.
Terjebak Kapitalisme
Salah satu yang menjadi penghalang besar adalah negara dan orang-orang di dalamnya kehilangan esensi utama sebuah pendidikan. Seharusnya pendidikan adalah hak bagi seluruh masyarakat Indonesia, namun hak ini terbendung oleh beragam kepentingan-kepentingan.
Pendidikan sudah menjadi bisnis dan peran negara tergadaikan di sini. Siapa yang mau mendapatkan pendidikan yang baik harus terlebih dahulu memiliki uang untuk mendapatkannya, padahal bukankah pendidikan adalah hak yang bisa kapan saja masyarakat dapatkan?
Alhasil fokus pendidikan ditunggangi oleh asas kepentingan yang tidak berkesudahan. Ini terus menerus terjadi hingga menjadi suatu ekosistem yang tidak sehat dan jauh dari hakikat pendidikan sebenarnya. Segala fasilitas dan kurikulum menjadi urusan nomor sekian di sistem kapitalisme hari ini dan komersialisasi pendidikan tak dapat terhindarkan lagi.
Hal ini juga tidak terlepas dari aspek yang lainnya, yaitu ekonomi. Banyak yang mengatakan semua bisa masuk dan diterima oleh sekolah dari jalur yang sama, tapi apakah pernah kita dalami lagi betapa banyak siswa yang tidak mampu membayar les atau kelas tambahan sehingga mereka tidak mampu bersaing? Ya, itu semua terjadi karena masyarakat Indonesia tidak sejahtera secara merata. Ia yang memiliki banyak materi di sistem kapitalisme ini akan lebih mudah mendapatkan apa saja.
Melihat berbagai permasalahan di atas, sudah pasti bahwa ada yang tidak beres dengan sistem pendidikan hari ini. Baik dari peraturan atau kebijakan, bahkan sampai kepada pengaplikasian. Bila ini terus menerus dibiarkan tentu akan mematikan bibit-bibit unggul generasi dan masa depan didominasi oleh sosok-sosok yang tidak berkualitas. Untuk itu kita perlu meratakan pendidikan dengan sistem yang baik dan efektif. Lalu, kita juga perlu mencampakkan sistem yang bukannya mencerdaskan, tetapi malah menjerumuskan generasi pada kerusakan.
Beralih pada Landasan Terbaik
Mengatasi hal ini, tentu kita perlu seperangkat aturan yang sempurna, yaitu sistem yang mampu mengurusi generasi, memperhatikan kualitas dan fasilitas pendidikan, dan mengontrolnya dalam kebijakan yang efektif. Kita bisa lihat saat Islam menjadi landasan bagi segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan.
Di dalam sistem Islam, negara bertugas memastikan semua masyarakat tercukupi secara pendidikan. Bahkan hal ini sudah ditanamkan dari sisi akidah. Menuntut ilmu menjadi suatu hal yang sangat dihargai dan merupakan kewajiban bagi seluruh kaum muslim.
Ini terbukti dengan kegemilangan Islam di mana para ulama dan ilmuan lahir di dalamnya. Peradaban Islam menjadi rujukan dunia dalam bidang teknologi dan beragam keilmuan. Sangat indah ketika rasa haus kepada ilmu yang tidak terputus dipasangkan dengan negara yang bertanggung jawab memenuhinya.
Sayangnya hari ini semua seperti dunia yang terbalik. Generasi malas untuk menuntut ilmu dan negara tidak maksimal dalam memenuhi kebutuhan pendidikan, alhasil yang tercipta adalah generasi yang kosong dan buta akan betapa besar potensi dirinya. Sistem kapitalisme pun melahirkan paham liberalisme sehingga generasi bebas menentukan apa saja yang ia mau dan cita-cita terjebak hanya sebatas materi.
Sungguh ini adalah mata rantai permasalahan yang semakin parah, perlu pembenahan secara sistematis dan total. Kebijakan-kebijakan parsial tentu hanya bisa membenahi persoalan secara parsial pula. Maka, hendaknya kita kembali kepada aturan Islam yang telah terbukti pernah menciptakan kegemilangan dan melahirkan kualitas generasi unggulan.
Hanya Islamlah yang tahu betul apa yang dibutuhkan oleh generasi lantaran aturan-aturan di dalamnya dibuat langsung oleh Sang Pencipta yang tidak ada keraguan di dalamnya. Kerusakan hari ini adalah buah dari keacuhan terhadap aturan Allah. Lantas mau sampai kapan kita terus menerus menambal sulam kondisi yang berangkat dari sistem kapitalisme ini? Sungguh pendidikan terbaik tidak akan pernah terwujud dari sistem yang cacat.
Semua perbaikan akan terlaksana dengan sempurna tatkala Islam diterapkan secara menyeluruh di semua aspek kehidupan termasuk pendidikan. Dengan begitu negara bisa berdiri sendiri dan fokus pada kepentingan umat. Dengan berlandaskan Islam, kebijakan pun tidak akan terbeli oleh berbagai kepentingan yang hanya menguntungkan segelintir pihak. Kesejahteraan umat adalah prioritas, karena mulai dari aparatur negara hingga masyarakat akan tertanam hubungan langsung dengan Sang Pencipta dan itulah yang akan menjadi pengontrol dan terjaganya ekosistem baik di aspek pendidikan dan aspek yang lainnya.
Post a Comment