Oleh Aisah Oscar
(Praktisi Pendidikan Kabupaten Subang)
Beli satu gratis satu. Itulah teknik marketing yang selama sering dipakai oleh para penjaja. Sayangnya beberapa barang tidak mengalami teknik marketing seperti itu. Salah satunya adalah barang-barang berupa bahan pangan atau makanan pokok. Beberapa harga komoditas pangan saat ini mengalami lonjakan harga. Hal itu terlihat dari komoditas beras, bawang merah, cabai merah keriting, daging, dan telur ayam yang mengalami kenaikan harga.
Dilansir dari laman berita Viva.co.id (16/12/2023), menurut data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu, 6 Desember 2023 pukul 11.55 WIB, harga beras premium naik Rp30 menjadi Rp15.010 per kilogram (kg). Kemudian beras medium tercatat naik Rp30 menjadi Rp13.210 per kg. Selanjutnya harga komoditas bawang putih bonggol turun sebesar Rp260 menjadi Rp35.450 per kg. Sedangkan harga bawang merah naik Rp130 menjadi Rp30.200 per kg. Untuk harga cabai merah keriting naik Rp900 menjadi Rp71.050 per kg. Tetapi komoditas cabai rawit merah turun Rp830 menjadi Rp85.660 per kg. Sedangkan harga daging sapi murni naik Rp220 menjadi Rp135.090 per kg. Dan harga daging ayam ras naik Rp30 menjadi Rp34.320 per kg. Selanjutnya, harga komoditas telur ayam ras naik Rp50 menjadi Rp17.240 per kg. Dan harga gula konsumsi naik Rp50 menjadi Rp17.240 per kg. Sementara harga komoditas minyak goreng kemasan sederhana turun Rp30 menjadi Rp17.360 per kg. Dan harga minyak goreng curah turun Rp80 menjadi Rp14.600 per kg
Perubahan harga diatas menambah deretan fakta bahwa harga-harga barang pokok di atas sejatinya merupakan mekanisme pasar yang bisa dimonitoring oleh pemerintah. Jadi saat kasus rentetan lonjakan harga melambung dan permasalahan bahan pangan lainnya, menjadi problematika kompleks para kaum emak. Ironisnya para pemimpin negeri ini memberikan solusi kebaikan harga dengan cara yang sungguh memanusiakan. Seperti saat harga bawang dan cabe meroket, solusi yang ditawarkan adalah dengan menanam sendiri tanaman tersebut di halaman rumah. Lalu saat harga ayam, telur dan daging melambung maka solusinya adalah dengan mengganti protein hewani ke protein nabati. Parahnya Indonesia yang disebut negara kepulauan ini, rasa air laut nya sudah tidak asin lagi hingga tak cukup memproduksi garam. Oleh tersebab itu, pemerintah dengan bangga menunggu kiriman garam dari luar negeri. Tak lupa juga isu beras plastik, telur palsu, hingga daging oplosan, yang membuat tambah runyam permasalahan kaum emak ini. Rentetan kejadian ini patut dicermati para emak, sehingga menjadi mencerna fakta agar bisa cerdas dalam bertindak dan menyikapi kasus ini. Fakta itu akan berakhir hingga para emak menjadi cerdas politik.
Cerdas Politik
Politik adalah pengaturan urusan masyarakat. Sayangnya para emak saat ini alergi terhadap urusan politik. Karena para emak ini terbiasa menghadapi urusan domestik nan praktis. Jadi ketika LPG mahal, maka solusinya cari cara agar bisa Ngirit dalam pemakaiannya. Lalu Cabe mahal, solusinya adalah jangan makan sambal atau buat sambalnya jarang-jarang. Ketika harga beras mahal, maka anjurannya belilah kualitas beras yang rendah, jangan beli yang bagus atau premium. Selanjutnya saat daging mahal. Pilihlah Lauk tahu tempe yang sama-sama mengandung protein dengan harga miring. Dan seterusnya. Akhirnya, Berpikir politik ini akan terasa ribet, karena melibatkan banyak fakta.
Padahal jika menjadi emak yang paham dan cerdas politik sangat perlu. Para emak jadi tahu kenapa sebuah masalah terjadi, apa sebabnya dan bagaimana jalan ceritanya. Bukan hanya tahu ada masalah apa. Nah, emak-emak kan suka lihat sinetron. Untuk urusan sinetron tak puas rasanya hanya tahu judulnya. Tapi tentu ingin tahu siapa tokohnya, bagaimana jalan ceritanya dan bagaimana akhirnya. Tinggal urusan politik ini disamakan saja dengan melihat sinetron. Dalam kasus mahalnya bawang, cabe, beras, daging dll emak yang cerdas politik memahami pengaturan semua bahan pangan tersebut. Kenapa beras mahal saat stok dikatakan surplus oleh pemerintah. Kenapa bawang masih mahal padahal sudah impor. Kenapa cabe selalu mahal tiap tahun yaitu tiap musim hujan dan tidak diantisipasi, dan seterusnya.
Tak cukup mengetahui penyebab masalah pangan dan pengaturan oleh pemerintah. Tak cukup juga tahu di mana titik salah urus pangan. Karena saat ini para emak butuh solusi, agar bisa menyikapi situasi ini. Seperti nonton sinetron tentu ingin masalah tokoh utamanya terselesaikan. Para emak pasti bete jika tokoh utama dilanda masalah terus, tanpa pernah selesai. Inginnya, tokoh utama mendapatkan solusi dan kisah berakhir bahagia.
Cerdas Politik Islam
Solusi masalah bahan pangan itu ada dalam Islam. Sistem Islam memiliki struktur pemerintahan yang disebut Peradilan Hisbah. Yaitu peradilan yang dipimpin oleh Qâdhî Muhtasib untuk menyelesaikan pelanggaran yang bisa membahayakan hak masyarakat [jamaah]. Qâdhî Muhtasib ini bertugas untuk mengkaji semua masalah yang terkait dengan hak umum, tanpa adanya penuntut. Kecuali, kasus hudûd [seperti, perzinaan, menuduh berzina, mencuri, minum khamer, sodomi] dan jinâyât [seperti pembunuhan, melukai anggota badan orang].
Tugas dan fungsi Qâdhî Muhtasib ini adalah menegakkan kemakrufan, dan mencegah kemungkaran. Dia bisa mencegah kemungkaran begitu tahu, di mana pun tanpa membutuhkan majelis. Dia bisa dibekali dengan polisi yang bertugas mengeksekusi keputusan dan perintahnya. Keputusannya bersifat mengikat, dan harus dilaksanakan seketika itu juga.
Qâdhî Muhtasib bisa mengangkat beberapa wakil yang memenuhi syarat Muhtasib. Mereka bisa disebar ke beberapa pelosok atau tempat yang berbeda. Mereka mempunyai kewenangan yang sama untuk melaksanakan tugas dan fungsi hisbah di tempat atau kawasan, tempat di mana mereka diangkat.
Pada zaman ‘Umar bin al-Khatthab ada seorang Qâdhî Muhtasib yang diangkat untuk mengawasi pasar. Tugas ini dipercayakan kepada seorang wanita, yang bernama as-Syifa. Bahkan, di zaman Khalifah al-Mu’tadzidz (279 H), Sanan bin Tsabit, yang merupakan Qâdhî Muhtasib, juga ditugaskan untuk menguji dan menyeleksi seluruh dokter di Baghdad. Mereka berjumlah 860 dokter. Qâdhî Muhtasib ini diberi wewenang, untuk melarang para dokter melakukan praktik, kecuali setelah mendapatkan izin praktik dari Qadhi Hisbah [Ibn Abi Ushaibi’ah, ‘Uyun al-Anba’, Juz I/112].
Bahkan, para Qâdhî Muhtasib tidak gentar untuk melakukan pengawasan terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat tinggi negara. Dalam kitab, Siyar al-Muluk, diceritakan, ketika penguasa Bani Saljuk menenggak minuman keras, maka mereka pun didera oleh Qadhi Hisbah sebanyak 40 kali cambukan, hingga menanggalkan giginya. Menariknya, punggawa itu adalah salah seorang komandan militer. Ketika dicambuk, tak satupun anak buahnya membantunya, selain melihatnya. (Hafidz Abdurrahman, 2016)
Adanya kasus ini ternyata bisa membuat emak paham dan cerdas politik Islam. Dengan demikian para emak tak perlu alergi politik karena urusan politik sangat dekat dengan keseharian, sedekat ibu-ibu dengan sinetron kesayangan. Apalagi bila dikaitkan dengan politik Islam, tentu ibu muslimah harus makin mesra karena terkait dengan keimanan kita. Jadi, harga bahan pangan naik pun bisa menjadi sarana bagi para emak untuk menjadi lebih cerdas dan paham bahwa Islam mampu mengatur dan mengurus urusan rakyat. Yuk pahami agamamu, bangga menjadi emak yang paham dan cerdas politik Islam.
Wallahu’alam bish-shawwab
Post a Comment