Marak Bunuh Diri Pada Anak, Buruknya Kesehatan Mental Pada Anak


Oleh: Mimin Aminah

Ibu Rumah Tangga.


Sungguh tragis seorang anak berusia 10 tahun melakukan bunuh diri gara-gara disuruh ibunya berhenti main HP. Dilansir dari detik Jateng yang menyatakan seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya.


Aksi nekad bocah ini diduga karena dilarang bermain HP, Kasatreskrim Polres Pekalongan AKP Isnova membenarkan adanya kejadian tersebut, Isnova menyatakan pihaknya telah menerima adanya laporan tersebut pada hari Rabu sore kemarin.(25/11/23).


Kasus ini harus menjadi perhatian, mengingat usia anak yang masih belia, yang sejatinya pada usia ini anak mulai memperlihatkan kemandiriannya dan minatnya pada pertemanan, termasuk mandiri dalam memutuskan sesuatu. Nahas, bocah ini malah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri seakan hidupnya sudah tidak berharga lagi. Makin banyaknya kasus bunuh diri ini adalah gambaran  memburuknya kesehatan mental pada anak atau remaja, dan juga menunjukan ada kesalahan dalam tata kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara.


Sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan di negara ini menyebabkan, keluarga yang seharusnya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya dan tempat ternyaman bagi seluruh anggota keluarganya, nyatanya fungsi rumah seperti itu, mulai langka saat ini. 


Ibu yang seyogyanya menjadi guru pertama bagi anak-anaknya, dan orang yang memberikan limpahan kasih sayang, malah sibuk di luar rumah untuk bekerja membantu ekonomi keluarga, begitu juga dengan ayah yang juga sibuk mencari nafkah, orang tua sibuk mencari nafkah. Sehingga si anakpun sibuk dilenakan dengan gadgetnya, ditambah masyarakat yang individualis tidak peduli sekitarnya padahal manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya.


Negara yang menerapkan sistem pendidikan berasaskan sekulerisme, melahirkan generasi yang jauh dari agamanya, padahal agama adalah pondasi yang mengarahkan seseorang dalam memandang kehidupannya. Jika generasi tidak mengenal agamanya, jangan heran jika mereka menjadi generasi yang labil,  yang tidak mengenal jati dirinya, mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan, cenderung mengambil jalan pintas dengan bunuh diri untuk menyelesaikan masalahnya.


Sangat berbeda dengan sistem Islam. Islam memiliki aturan yang dapat menyelesaikan  permasalah generasi termasuk gangguan mental.

Dalam Islam, pemuda atau generasi tidak akan mengalami gangguan mental sebab sang ibu benar-benar menjalankan fungsinya sebagai ummun warabbatul bait, ia akan sungguh-sungguh mengurus anak-anaknya dan menjadikan rumahnya seolah baiti jannati, dari rumahlah kebahagiaan dan ketaqwaan akan disemai oleh seluruh anggota keluarga, anak yang kenyang akan kasih sayang dan dididik dari ibu yang bersungguh-sungguh dalam pengasuhan tentu akan menjadikan anak menjadi kuat, stabil dan bermental baja.


Pendidikan di sekolahpun akan berbasis pada aqidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkarya, kuat iman, dan kuat mental, begitu juga dengan masyarakat dengan budaya amar makruf akan menjadikan setiap individu saling memperhatikan sesamanya.


Negara juga menetapkan kebijakan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dari kalangan laki-laki alhasil peran ayah dan ibu dalam keluarga dapat berjalan seimbang.


Hanya dengan penerapan Islam Kaffah saja masalah bunuh diri pada anak tuntas karena setiap individu dapat memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba dengan menjadikan Islam sebagai the way of life.


Wallahu alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post