Aborsi kian marak pastinya bukan tanpa sebab, ini adalah buah dari ide yang tumbuh subur dan teraplikasi secara meluas bahkan menjadi peristiwa yang dianggap enteng oleh masyarakat. Aborsi seakan menjadi jalan keluar untuk dilakukan lantaran masyarakat pun bingung harus melakukan apa pada situasi yang sudah kadung teracuni ini.
Peristiwa aborsi ini pun bisa dilihat dengan fakta yang menunjukkan terbongkarnya tindak aborsi ilegal. Diungkapkan di media online rri.co.id bahwa polisi menemukan tiga janin bayi dibuang ke septic tank di Apartemen Gading Nias, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (20/12/2023).
Bukan hanya itu, pada berita yang lain diungkapkan kasus di Kelapa Gading ini muncul di permukaan dengan ditemukannya lima perempuan terduga pelaku di sebuah klinik dan beberapa di antaranya adalah lulusan SMA dan SMP, tanpa latar belakang medis sama sekali. (rri.co.id, 21/12/2023).
Pada media online medcom.id pun diungkapkan bahwa tindakan aborsi dilakukan tanpa landasan medis, sudah dua bulan berpraktik, tarif aborsi sekitar Rp10 juta sampai Rp12 juta, dan janin dibuang ke kloset. (21/12/2023). Sungguh miris dan tidak manusiawi perilaku manusia hari ini. Lantas bermula dari apa?
Liberalisme dan Sekularisme Melahirkan Kerusakan
Berulangnya kasus aborsi ilegal seperti di atas mencerminkan rusaknya masyarakat. Semua itu lantaran asas liberalisme sebagai landasan bebasnya perilaku manusia dan keterkaitannya pula dengan asas sekularisme yang membuat terpisahnya urusan hidup dengan rambu-rambu agama yang seharusnya menjaga. Maka, dengan dua asas itulah manusia menjadi individu-individu yang bertingkah semaunya bahkan sampai kehilangan sisi kemanusiaannya.
Bagaimana tidak? Asas liberalisme dan kapitalisme ini seakan menjadi mata rantai yang mematikan. Dimulai dari individu yang terlepas dari arah, bingung melangkah karena mengutamakan keputusan diri, mengacuhkan aturan agama, lalu mengiyakan hawa nafsu, menyesal, memasuki jalan buntu, dan menyelesaikan masalah dengan masalah yang baru lagi yaitu salah satunya dengan dengan aborsi. Sungguh rantai ini haruslah diputuskan dengan solusi nyata.
Tetapi hari ini masyarakat dibuat bingung dan masih terus menerus berenang di bawah problem yang nyata. Pergaulan bebas dibiarkan, lemahnya sistem sanksi, dan “hak reproduksi” dikampanyekan secara global yang malah memperkeruh dan semakin menjadi tameng atas pelanggengan kerusakan.
Belum lagi solusi yang dilayangkan lagi-lagi adalah parsial, bahkan cenderung salah sasaran yang sudah pasti malah menyuburkan aborsi serta masyarakat semakin jauh dari solusi. Misalnya saja dari penggiat gender yang berfokus agar perempuan mendapat fasilitas yang aman untuk aborsi, tetapi tidak masuk pada tataran mengapa aborsi terus terjadi, dan bagaimana penyelesaiannya. Tentu memang tidak akan masuk ke ranah itu karena yang dipegang kembali lagi adalah asas liberalisme dan sekularisme.
Patut digaris bawahi sebetulnya adalah bukan hanya berfokus pada individu-individunya semata untuk mendapatkan hak. Namun, perlu fokus juga pada ekosistem besar yang membuat itu terjadi dan berimplikasi pada aspek-aspek kehidupan. Justru kalau masalah hak Islam sudah amat sangat mengatur itu, tetapi problemnya adalah masyarakat saat ini jauh dari nilai dan landasan Islam.
Islam Solusi Hakiki Persoalan Aborsi
Liberalisme dan sekularisme lahir atas dasar kapitalisme, maka yang tercurahkan bukanlah kebaikan dan kebenaran bagi umat, melainkan hanya kepentingan, ego, dan kebahagiaan semu. Bahkan kebahagiaan semu itu dengan mudah digunakan sebagai tameng untuk membunuh janin yang tiada punya salah. Tidak hanya itu, hal ini dilindungi oleh segelintir orang, dikampanyekan, dan seolah dijaga haknya. Padahal perilaku demikian adalah penormalisasian dari kerusakan. Berbeda dengan Islam, bila Islam diterapkan maka dalam syariatnya sudah jelas betapa sangat dihargainya setiap manusia.
Berbeda dengan liberalisme dan sekularisme, Islam sangatlah menjaga nyawa, bahkan sejak masih di dalam kandungan. Bukan hanya itu, ketika Islam diterapkan maka akan melahirkan ekosistem yang damai, keterikatan hukum syara, dan jauh dari perilaku menomorsatukan hawa nafsu. Maka, pergaulan dan interaksi akan terjaga, edukasi seksual akan beriringan dengan landasan syara, terlahir generasi yang siap dan tidak kebablasan, serta menciptakan ekosistem yang sehat.
Di dalam Islam, pemikiran pun dibangun atas dasar aqidah, hukum diperlakukan dengan sanksi yang tegas, tindak masyarakat terkontrol, pemerintah memiliki peran untuk menjaga masyarakat dari kubangan kerusakan, dan masyarakat pun menjadi sosok yang berorientasi pada ridha Allah semata. Dengan begitu, sudah pasti tidak akan ada kerusakan yang dibiarkan lenggeng seperti hari ini. Hanya dengan Islamlah kita akan meraih kebahagiaan hakiki. Maka, segeralah untuk mengganti dan mencampakkan asas liberalisme serta sekularisme.
Keindahan dan solusi tuntas di atas itu hanya akan mampu dirasakan dalam naungan Islam di bawah sistem pemerintahan yang dilakukan secara menyeluruh. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Maka, tiada lain yang harus kita lakukan selain kembali pada Allah SWT sebagai sebaik-baiknya pengatur dan mencontoh cara Rasulullah SAW. sebagai sebaik-baiknya suri tauladan.
Post a Comment