Lagi, Bentrok Antar Ormas Memakan Korban Jiwa

 



Oleh. Waryati

(Pegiat Literasi) 


Bentrok massa aksi bela Palestina dengan Ormas Adat Pasukan Manguni Makasiouw di Bitung memakan korban jiwa dari masing-masing pihak. Satu dari pihak peserta aksi  bernama Anto anggota BSM dan satunya dari Ormas Adat Pasukan Manguni Makasiouw bernama Elvis Wagey (64). 


Sebelum bentrokan dimulai dikabarkan aksi berjalan damai sampai akhir acara. Namun tiba-tiba selang beberapa lama setelah aksi damai selesai seseorang diduga membuat kekacauan dengan membakar bendera Palestina dan tauhid, meski kejadian ini dikaitkan dengan adanya peserta aksi yang membawa poster bertuliskan 'orang bodoh pasti mendukung Israel'. Sedangkan sebelumnya, akun @MprAldo menyebutkan bahwa menurut Manguni Minahasa aksi bela Palestina adalah 'membantu terorisme'. (Gelora, 26/11/2023). 


Meski begitu, dua kelompok yang terlibat bentrok dikabarkan telah menyepakati perjanjian damai yang diprakarsai oleh pihak TNI-Polri beserta Pemda dan tokoh agama setempat, dengan beberapa syarat yang telah disepakati oleh kedua pihak. 


Memahami Akar Masalah 


Sah-sah saja menentukan keberpihakan atau mengatakan dukungan kepada salah satu negara baik itu kepada Palestina atau Israel. Namun begitu, keberpihakan tersebut harusnya disertai alasan kuat berdasarkan fakta sesungguhnya. Karena ini akan menentukan pada pendapat dan keberpihakan yang benar. 


Jika merunut pada sejarah beberapa puluh tahun lalu, pasti akan didapati siapa pihak yang menjajah dan terjajah. Maka dalam hal ini memahami akar masalah sebenarnya menjadi satu keharusan agar keberpihakan atau dukungan dilandasi semangat membela kebenaran. Bukan berdasar atas rasa suka semata kepada salah satu pihak, namun tidak memiliki landasan jelas sehingga kemudian mudah terbawa opini propaganda yang memang sengaja dibuat untuk tujuan provokasi. Pada akhirnya tanpa adanya pengkajian/penelaahan dari sumber yang benar terkait memahami perang Palestina-Israel menjadikan beberapa orang atau kelompok dengan entengnya ikutan latah melabeli teroris tetapi salah alamat. 


Bentrok yang terjadi di Bitung merupakan salah satu potret masyarakat yang tidak memahami akar masalah perang Palestina-Israel. Padahal untuk menyimpulkan perang Palestina adalah sebuah penjajahan bisa dibuktikan melalui fakta dan data yang mudah diakses dari berbagai sumber credible, baik secara empiris maupun historisnya. Ketika semua sumber ini dilihat, diteliti dan dipahami secara benar, niscaya keberpihakan umat akan berada di pihak Palestina.


 Ketika ada masyarakat menyatakan keberpihakannya terhadap Israel hanya karena sentimen agama, itu semua bisa dipatahkan oleh fakta dukungan yang terus mengalir untuk Palestina dari berbagai belahan dunia dan diberikan oleh mereka yang beragama selain Islam. Ini menjadi bukti bahwa ketika memberikan dukungan kepada Palestina tidak harus beragama, cukup menjadi manusia dan menggunakan hati nurani. Lalu kenapa di sini masih ada yang kekeuh membela Israel kemudian membenci mereka yang pro kepada Palestina? Apalagi akibat berbeda pandangan sampai menelan korban jiwa, sangat disayangkan. 


Tugas Negara 


Menyamakan persepsi di tengah masyarakat mengenai perang Palestina-Israel merupakan tugas negara, terlebih Indonesia pernah mengalami penjajahan di masa lalu dan tak jauh beda dengan apa yang terjadi di Palestina. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia sudah seharusnya semua orang apalagi muslim sepakat menilai masalah Palestina adalah masalah penjajahan. 


Orang yang dirampas tempat tinggalnya serta mendapat berbagai serangan, kemudian diusir dan dibunuh tanpa haq, bukankah merupakan penjajahan? Itu yang dialami rakyat Palestina sejak 70 tahun lalu. Maka sudah sewajarnya baik Muslim atau nonmuslim menyepakati bahwa pihak yang terjajah adalah Palestina, sehingga masyarakat bersama-sama menggalang dukungan untuk Palestina. Bukankah kemerdekaan Palestina ada di dalam konstitusi Indonesia? Ini terdapat di dalam UUD 1945 yang tertulis di sana bahwa seluruh bentuk penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi? Selanjutnya disebutkan juga bahwa Indonesia harus ikut menjaga ketertiban dunia.


 Patut diketahui di Palestina sendiri  tak hanya umat Muslim yang dibunuh, melainkan juga terdapat umat Nasrani yang tak luput jadi sasaran genosida Israel. Dengan fakta itu jelas bahwa perang Palestina-Israel bukan hanya perang agama, namun juga perang kemanusiaan dan penjajahan. 


Ciptakan Kondusifitas 


Menyoal bentrok di Bitung hingga memakan korban jiwa menjadi keprihatinan banyak pihak. Karena hal itu seharusnya bisa diantisipasi dari sebelumnya, mengingat penyelenggara aksi sudah mengantongi ijin dari pihak berwenang. Guna menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi, maka koodinator aksi dan pihak-pihak terkait bersama-sama melakukan pengamanan agar kondusifitas acara bisa terjaga. Selanjutnya pihak penyelenggara aksi diimbau untuk menjaga ketertiban, termasuk tidak membuat tulisan atau poster berisi hujatan kepada pihak mana pun, serta orasi yang disampaikan harus bersifat ajakan kebaikan. Kemudian yang terpenting pihak berwenang mengintruksikan kepada massa aksi atau pun masyarakat sekitar agar tidak mudah terhasut oleh provokasi dari siapa pun. 


Di samping itu disampaikan ultimatum kepada seluruh masyarakat, ketika sampai terjadi sesuatu di luar kesepakatan atau aturan yang dibuat, maka pihak terkait tak segan menindak oknum pelaku pembuat onar. Sehingga dengan adanya aturan tersebut bisa menjadi semacam benteng bagi masyarakat supaya mereka tidak seenaknya melakukan pelanggaran yang memicu bentrok. 


Kembali Pada Aturan Islam 


Untuk mewujudkan keamanan, kenyamanan dan perdamaian di tengah umat tentu membutuhkan sebuah sistem pengatur bagi masyarakat. Sistem yang memiliki berbagai konsep kehidupan. Sistem yang tak hanya mencerdaskan akal semata, namun juga dapat membentuk kepribadian umat berbudi pekerti luhur, berakhlakul kharimah dan memiliki motivasi akhirat. Sistem itu tak lain sistem Islam. 


Sejarah peradaban membuktikan ketika sistem Islam tegak di muka bumi untuk menjadi satu-satunya aturan yang mengurus kehidupan masyarakat, tak satupun dijumpai sengketa antara masyarakat meski ada yang hidup bertetangga dengan orang yang berbeda agama. Rakyat hidup berdampingan secara harmonis. Saling menghormati satu sama lain dan tercipta kerukunan tiada batas. 


Diantaranya Islam mempunyai sistem pendidikan berkualitas. Mampu membangun kekuatan mental anak didik, baik pada level keluarga, masyarakat dan negara. Dengan pendidikan Islam umat akan memiliki kecerdasan berpikir, kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan sekarang dan kelak. Termasuk peranan pendidikan Islam menciptakan masyarakat Islami yang memiliki dimensi akidah dan syariah, yang mendorong kehidupan kearah pembaharuan, perkembangan, dan pergerakan kepada sesuatu yang positif. Mampu menghormati manusia sebagai individu yang memiliki hak-hak kemanusiaan dan harga diri serta terbuka untuk semua peradaban. 


Alhasil pendidikan Islam akan membentuk kepribadian umat yang teguh, tangguh dan smart sehingga tidak mudah digoyahkan oleh berbagai macam provokasi yang merugikan. 


Wallahu a'lam bishawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post