Dikutip dari Detiknews, sebanyak 249 pengungsi Rohingya yang tiba di Bireuen, Aceh, menggunakan kapal kayu, ditolak warga. Warga bahkan melarang mereka turun ke daratan. Kapal yang membawa pengungsi Rohingya itu tiba di bibir pantai Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Kecamatan Jangka Bireuen, Kamis (16/11). Namun, kali ini kedatangan mereka ditolak. Menurut Mukhtaruddin, Kepala Desa Pulo Pineung alasan masyarakat menolak para pengungsi Rohingya tersebut karena merepotkan setelah tinggal di daratan.
Penolakan terhadap pengungsi Rohingya semakin gencar dilakukan oleh masyarakat Aceh. Disisi lain gelombang kedatangan mereka juga semakin banyak. Dikutip dari Kompas, pengungsi etnis Rohingya, Myanmar, masih terus berdatangan ke Indonesia. Sebanyak 139 pengungsi Rohingya mendarat di Pantai Desa Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Aceh, Sabtu (2/12/2023).
Hingga saat ini Nasib pengungsi Rohingya yang mendarat di sejumlah daerah di Aceh kian tidak jelas. Penduduk di daerah pantai timur pulau Sumatra sudah menyatakan penolakannya ke pengungsi Rohingya karena jumlah mereka yang bertambah terus. Gelombang penolakan warga semakin gencar. Yang terbaru, dikutip dari Detiksumut setelah sempat mendarat tenda tempat penampungan mereka dibongkar warga. Aksi pembongkaran tersebut terjadi di Desa Sabang, Aceh. Mereka meminta pengungsi dipindahkan dari desa mereka. Disisi lain negara lain sudah menutup pintu untuk pengungsi Rohingya.
Sikap pemerintah Indonesia sendiri juga belum jelas. Dikutip dari Kompas, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md mengatakan akan mengembalikan pengungsi Rohingya ke negara asal mereka Myanmar melalui PBB namun ia menyatakan masih akan membahas persoalan ini. “Kita bisa menolak mentah-mentah, tapi kita punya perikemanusiaan. Orang mati ditengah laut, mau kesana ditolak, mau kesisni ditolak. Jadi saya akan koordinasi besok,” kata Mahfud Md.
Derita Umat karena Tidak adanya Khilafah
Sejak runtuhnya Khilafah umat Islam terpecah menjadi beberapa negara yang disekat oleh batas-batas negara. Antara negara satu dengan yang lain seolah bukan lagi satu tubuh yang saling menguatkan. Sekat Nasionalisme tidak mengenal ukhuwah Islamiyah. Itulah sebabnya kedatangan pengungsi Rohingya ditolak dibeberapa negara-negara Islam. Mereka terombang ambing ditengah lautan menahan lapar atau bahkan tak jarang mereka mati di tengah laut. Termasuk di Indonesia, dengan dalih Nasionalisme menggencarkan tolak Rohingya di media sosial. Masyarakat juga terang-terangan menolak kedatangan pengungsi Rohingya dengan alasan merepotkan karena jumlahnya terlalu banyak. Padahal pengungsi Rohingya juga saudara muslim kita yang juga wajib dilindungi hak hidupnya. Selain itu sistem kapitalisme yang diterapkan sekarang ini menjadikan baik individu maupun penguasa membangun relasi dengan negara lain hanya dengan asas saling menguntungkan. Menolong orang lain dianggap merepotkan karena kita diajarkan hidup individualis. Didalam kapitalis hanya mengenal hukum rimba, yaitu siapa yang kuat dialah yang akan menang.
Hanya Khilafah Solusi Untuk Masalah Rohingya
Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur semua persoalan manusia dengan aturan Allah. Dan hanya aturan Islamlah yang memberikan solusi terbaik untuk persoalan manusia. Disaat kapitalisme tidak mampu menjamin hak hidup masyarakat dunia, mereka membiarkan ribuan muslim Rohingya disiksa di negaranya, didiskriminasi bahkan diusir dari negaranya dan terkatung katung dilaut demi mencari perlindungan. Maka tidak ada harapan lain kecuali Khilafah.
Islam menetapkan bahwa sesama muslim itu bagaikan satu tubuh yang wajib saling tolong menolong. Disebutkan dalam hadis, “Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan stau tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakit). (HR. Muslim).
Disebutkan juga bahwa nyawa satu orang Islam sangatlah berharga dan dijamin hak hidupnya dalam Islam disebutkan dalam Alqur’an, “Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia. (TQS. Al Maidah ayat 32).
Allah juga menjamin bagi orang-orang yang mau menolong sesamanya yang kesulitan. Tolong menolong dalam Islam sangatlah tinggi nilainya. Disebutkan dalam hadis, “Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan dari seorang mukmin ketika di dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya kesulitan di Akhirat”. (HR. Muslim).
Dalam pelaksanaannya menangani pengungsi bukanlah menjadi kewajiban individu, tetapi adalah kewajiban negara. Hingga saat ini tidak ada negara yang benar-benar mau menjamin hak hidup pengungsi Rohingya. Hal ini sangatlah berbeda dengan Khilafah. Siapapun yang bersedia menjadi warga negara Khilafah maka Khilafah akan menjamin kehidupan warga negaranya baik muslim maupun non muslim dengan baik. Khilafah akan menjamin kebutuhan pokoknya, menyediakan sandang pangan dan papan yang layak, menyediakan pekerjaan yang layak dan juga menjamin pendidikan dan kesehatannya.
Khilafah juga tidak mengenal sekat nasionalisme. Khilafah akan menyatukan negeri-negeri kaum muslimin sehingga mereka akan menjadi muslim yang kuat yang melindungi satu sama lain. Dengan persatuan negeri negeri muslim mereka akan memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan luas wilayah yang luas. Mereka tidak akan khawatir dengan keterbatasan tempat tinggal. Dengan persatuan juga musuh-musuh Islam akan gentar dan segan terhadap umat Islam. Dan persatuan hakiki hanya akan terwujud dengan Khilafah. Wallahu a’lam bisshowab.
Post a Comment