KDRT Cermin Rusaknya Keluarga Dalam Sistem Kapitalisme


Oleh: Rizkika Fitriani 


Beberapa waktu lalu, masyarakat dikejutkan oleh kasus pembunuhan yang sangat keji, di mana seorang ayah tega membunuh keempat anak kandungnya.


Kejadian tragis itu terjadi di sebuah rumah kontrakan di Jalan Kebagusan Raya, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Minggu (3/12/2023) siang.


Polisi berhasil mengungkap motif di balik tindakan keji ayah tersebut, yang bernama Panca Darmansyah (41). 


Berdasarkan keterangannya pelaku mengakui bahwa aksi pembunuhan itu dipicu oleh rasa cemburu setelah ia mengetahui istrinya, yang disebut sebagai "D," berselingkuh dengan seorang pria melalui media sosial. (Dilansir dari Bangkapos 3 Desember 2023).


Sementara pada kasus yang tak kalah tragis juga dialami oleh seorang korban bernama Anie Melan, yang menjadi korban KDRT oleh suaminya sendiri Jali Kartono.


Jali nekat membakar istrinya hidup-hidup lantaran terbakar api cemburu usai melihat istrinya chatting dengan pria lain. (Dilansir dari Kompas, 4/12/2023).


Kejadian diatas merupakan sebagian kecil dari kasus KDRT yang terkuak, sejatinya ini menjadi PR akhir tahun bagi pemerintah, karena sepanjang tahun 2023 kasus KDRT diketahui meningkat.

Hal ini berdasarkan laporan dari Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dan diperkuat dengan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPPA) bahwasanya pengaduan terbanyak adalah kasus kategori fisik. Yakni, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).


Berdasarkan data yang terhimpun dari Simfoni PPA dan Sapa 129 selama Januari-November 2023 menurut tempat kejadian, kasus yang paling banyak dialami adalah KDRT sebesar 73 persen dengan jenis kekerasan fisik,” ujar Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ratna Susianawati (dikutip dari Media Indonesia, Sabtu, 9 Desember 2023).

Jika melihat kasus KDRT tentunya ada berbagai faktor yang menjadi akar permasalahannya, yakni faktor eksternal dan internal.


Yakni contoh faktor eksternal seperti ekonomi yang menjadi salah satu penyumbang terbanyak setelah perselingkuhan.


Sistem sekuler kapitalis yang saat ini digunakan negeri ini menjadi penyebab utama yang memiskinkan masyarakat secara tersistematis yang membuat kesenjangan ekonomi menjadi masalah yang menghantarkan KDRT dalam keluarga.


Hal ini semakin sempurna dengan liberalisasi dalam pergaulan laki laki dan perempuan yang bebas tanpa batas, yang menimbulkan banyaknya perselingkuhan dan berujung KDRT.


Di tambah lagi faktor internal lemahnya keimanan  dalam rumah tangga, mereka tidak paham tentang kewajiban. Seperti seorang suami, yang seharusnya menjadi pemimpin rumah tangga, seorang istri sebagai pengatur rumah tangga, serta anak berkewajiban untuk taat kepada orang tuanya. Namun akibat diterapkannya sistem sekuler saat ini, mereka tidak paham tentang kewajiban apa saja yang harus dilakukan sesuai dengan peran dan fitrahnya masing-masing.


Sangat miris memang rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung , namun rumah itu sendiri yang mengancam. Inilah akibat jika rumah tangga tidak di bawah koridor syariat Islam, sistem sekuler-liberal telah meracuni setiap orang.


Semua di atur dengan cara pandang kehidupan berdasarkan sekulerisme kapitalisme, pengaturan yang rusak dan merusak. Tidak mengatur bagaimana terciptanya rumah tangga yang harmonis.


Rumah tangga seharusnya menjadi baiti jannati, yang diterapkan  aturan yang shahih, dengan keimanan yang menjadi pondasi. Keharmonisan rumah tangga bisa terwujud jika Islam diterapkan dalam bernegara. 


Hanya Islam yang mampu memberikan pengaturan secara sistemik. Islam akan mengontrol setiap rumah tangga berjalan sesuai dengan syariat-Nya. Setiap individu akan di berikan penanaman akidah, serta di sadarkan tentang perannya dalam berumah tangga. 


Islam akan menjamin bahwa seorang suami melaksanakan kewajibannya sebagai pemimpin rumah tangga dan memberikan nafkah untuk keluarga, suami akan menjadi perisai atau pelindung rumah tangga. 


Dan seorang istri  berkewajiban untuk taat pada suami serta menjalankan perannya sebagai Ummu warobatul bait, maupun madrasatul ula yang mendidik generasi. Serta anak yang harus tertanam birrul walidain.


Tujuan dalam berumah tangga yaitu untuk menggapai ridho Allah agar bisa menggapai Jannah.


Sebagaimana Allah berfirman:


"Kaum laki-laki itu adalah pelindung bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar" (QS. An Nisa: 34)


Islam Melarang adanya KDRT


Sejatinya pernikahan disyariatkan untuk membentuk keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang,  saling ridha dan saling menjaga satu sama lain.


Ketika dalam kehidupan suami istri terjadi persengketaan yang dapat mengancam ketenteraman, Islam mendorong mereka bersabar memendam kebencian yang ada. Ini karena bisa jadi pada kebencian itu terdapat kebaikan. 


Allah Swt. berfirman, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisâ’ [4]: 19)


Ketika terjadinya pelanggaran dalam rumah tangga, Islam akan memberikan sanksi yang tegas agar membasmi kasus KDRT dalam rumah tangga, begitu sempurnanya aturan Islam. 


Namun semua akan terwujud sesuai syariat Islam jika dalam naungan khilafah, sudah seharusnya Islam diterapkan dalam kehidupan. Bukan cuma rumah tangga yang merasakan keberkahan, bahkan seluruh alampun akan merasakan keberkahan, karena Islam adalah rahmatan lil 'alamin.


Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post