Beberapa waktu lalu, seorang pria berinisial (JK) tega membakar istrinya sendiri (AM) di kediaman pribadinya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada hari Selasa, 28 November 2023. JK nekat membakar istrinya hidup-hidup lantaran terbakar api cemburu usai melihat istrinya chatting dengan pria lain. (megapolitan.kompas).
Kasus pembunuhan kepada keluarga juga terjadi di Jakarta Selatan, tepatnya di wilayah Jagakarsa. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP intoro mengatakan, PD (41) mengaku membunuh keempat anak kandungnya di dalam rumah kontrakan. Sementara PD sendiri melakukan percobaan bunuh diri namun gagal. (megapolitan.kompas).
Dilansir dari kaltim.tribunnews.com istri PD yang bernisial D diketahui sedang dirawat di salah satu rumah sakit di RSUD Pasar Minggu. D dirawat intensif akibat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan P pada Sabtu (2/12/2023). Dari keterangan pihak berwajib, motif PD melakukan hal tersebut diduga karena cemburu melihat istrinya bekerja, sementara dirinya pengangguran yang sebelumnya PD sempat menjadi sopir taksi.
Dua kasus KDRT di atas, menambah daftar panjang kasus KDRT yang terjadi di Indonesia. Bukan hanya sekali dua kali KDRT terjadi, tetapi hampir di setiap tahunnya KDRT berulang kali terjadi. Dan korban yang paling banyak adalah anak dan istri. Tentu, dari tindakan KDRT ini ada banyak penyebabnya. Diantaranya adalah isu perselingkuhan dan juga ekonomi. Apalagi kehidupan suami istri dan tata pergaulan hari ini, tidak diatur dengan sistem atau aturan yang shohih.
Buah dari hidup dalam naungan sistem sekuler adalah manusia semakin jauh dari agamanya. Sebab, asas sistem sekuler adalah pemisahan agama dari kehidupan. Jadi, wajar saja apabila manusia bisa melakukan perbuatannya dengan sebebas-bebasnya tanpa dilandasi dengan aturan agama. Alhasil, manusia hanya akan menuruti hawa nafsunya agar senantiasa terpenuhi tanpa memedulikan lagi halal ataukah haram perbuatan yang dia lakukan.
Persis dengan kasus KDRT yang kebanyakan terjadi lantaran perselingkuhan. Ketika di dalam keluarga tidak lagi menemukan keharmonisan, sudah tidak nyaman dengan keadaan yang dia miliki dan berakhir pada “ingin mencari kesenangan yang lain” (selingkuh). Maka, itulah yang akan terjadi bila manusia sudah tidak mengindahkan lagi aturan agamanya -Islam-, dia akan melanggar aturan Allah dengan melakukan perselingkuhan tersebut.
Di sisi lain, kehidupan yang semakin terhimpit nan sulit untuk memenuhi ekonomi keluarga. Sulitnya mencari pekerjaan, harga bahan pangan pokok pun kian naik, sehingga para tulang punggung keluarga harus dituntut untuk memenuhi itu. Jika tidak, maka dia tidak akan bisa memberikan penghidupan yang cukup bagi keluarganya. Tak heran juga, apabila dari kondisi yang seperti ini menimbulkan rasa stres pada dirinya akhirnya melampiaskan kemarahannya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, baik istri ataupun anaknya.
Sesungguhnya apabila kita cermati dengan mendalam, mengapa kondisi ini bisa terjadi tidak lain dan tidak bukan merupakan masalah yang sistemik. Masalah yang harus diselesaikan dari akarnya. Jika tidak, maka persoalan yang ada akan berulang terjadi dan semakin menambah keruwetan.
Islam dengan segala keagungannya telah mengatur yang demikian. Bagaimana cara dalam berkomunikasi antar suami-istri. Hendaknya suami istri mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. Islam juga telah menetapkan seorang suami itu adalah sebagai qawwam (pemimpin) bagi perempuan. Untuk itu, wajib bagi seorang suami memberikan perlindungan serta ketenangan dan juga pendidikan di dalam keluarganya agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.
Maka, Islam akan senantiasa menjamin agar kehidupan suami istri berjalan sesuai dengan syariat. Negara juga turut menjamin untuk mempermudah lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Negara juga akan memberikan edukasi melalui sistem pendidikan, media, sistem pergaulan, dan sejenisnya. Dan semua ini hanya akan terwujud apabila Islam diterapkan secara sempurna dalam naungan Khilafah.
Post a Comment