Kasus KDRT Kembali Terulang

 

Oleh : Ummi Gibran


Dilansir dari MMC News Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengatakan, Panca Darmansyah (41) fto mengaku membunuh keempat anak kandungnya di dalam rumah kontrakan di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (3-12-2023). Dari barang bukti yang ditemukan, yakni ponsel dan laptop, diketahui bahwa tersangka membunuh mereka secara bergantian sambil direkam. 


Saat kejadian, istri Panca sendiri sedang dirawat intensif di RSUD Pasar Minggu akibat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Panca pada Sabtu (2-12-2023). Terkait kasus ini, penyidik mengenakan pasal 380 Jo Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup. (Kompas, 9-12-2023).


Atas kasus ini pula, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilainya sebagai pembunuhan berencana terhadap anak. Ia mengatakan, jika pelaku tidak mengalami masalah gangguan mental atau waras, pelaku sebaiknya dijatuhi hukuman mati. Terlebih, dalam kejadian ini sudah tidak cukup lagi disebut sebagai kasus KDRT. (Republika, 10-12-2023).


Banyak Faktor

Terjadinya kasus KDRT di penghujung tahun ini.  Bagaimanapun, system  sekularisme telah menjadi lahan subur bagi masyarakat untuk berbuat tanpa terikat aturan Allah Taala. 


Di samping itu, di rumah tidak lagi tercipta suasana hidup yang penuh persahabatan dan kasih sayang di antara sesama anggota keluarga. Di satu sisi, perasaan mereka tertekan, tetapi di sisi lain tereksploitasi tanpa memperoleh pengungkapan dan penyaluran yang sahih. Pada akhirnya, muncullah perbuatan-perbuatan di luar nalar, bahkan menyalahi fitrah pencipta


Ironisnya, efek samping hal ini tidak berhenti di situ saja. Rapuhnya sistem keamanan jelas membuat warga terancam. Apalagi untuk perempuan dan anak sebagai kalangan lemah yang semestinya memperoleh perlindungan ekstra dalam hal keamanan dan hak hidup. Coba kita cerna, bagaimana jika ternyata pelaku tindak kejahatan itu orang terdekat kita sendiri? Cepat atau lambat kita juga akan menjadi korban bukan? 


Allah Taala berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut [29]: 41).


Syekh Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata, “Demi Allah, seandainya engkau benar-benar putus asa dari makhluk hingga engkau tidak berharap sedikit pun dari mereka, niscaya Allah akan memberimu semua yang engkau inginkan.”


Dari Anas, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih muda, maka kau akan menemaniku di surga.” (HR Baihaqi).


Juga dalam hadis, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku orang yang paling baik kepada keluargaku.” (HR Tirmidzi).


Serta hadis, “Barang siapa ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari).


Demikianlah semestinya prinsip interaksi di tengah anggota keluarga, yakni dalam rangka mewujudkan interaksi yang sahih berdasarkan aturan Islam. Tidak semestinya hubungan antar anggota keluarga dibangun atas landasan manfaat ataupun materi. Interaksi seperti ini tidak akan bertahan lama, tetapi cepat atau lambat malah bisa merenggangkan hubungan keluarga.


Terkhusus hal ini, dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda, “Ketika zina dan riba dilakukan terang-terangan di masyarakat, berarti mereka telah menghalalkan adzab Allah untuk ditimpakan ke diri mereka.” (HR Thabrani).


Langkah berikutnya yang paling efektif tentu dengan tegaknya negara yang menerapkan aturan Islam kaffah. Sehingga meminimalkan terjadinya tindakan kriminalitas di tengah masyarakat.


System' Islam berperan penting untuk menjaga suasana hidup masyarakat yang ideal dan kondusif berdasarkan syariat Islam sehingga menyuburkan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Khilafah juga membina warga dengan akidah Islam sehingga membuahkan ketakwaan dan ketaatan.


Allah Taala berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf [7]: 96).


 Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post