Momentum peringatan hari guru pada tanggal 25 November lalu dengan tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar” mencuatkan banyak pertanyaan.
Dikutip dari tirto.id, dari tema yang disampaikan lewat Pedoman Peringatan Hari Guru Nasional 2023 tersebut, kita dapat melihat kata “Merdeka” yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka. Adapun kurikulum ini dibuat untuk mewujudkan kemunculan SDM Unggul Indonesia yang mempunyai Profil Pelajar Pancasila. Dengan begitu, tema ini dapat dianggap relevan dengan kondisi pendidikan kita sekarang. Jika dilihat secara keseluruhan, tema itu mengibaratkan seluruh satuan pendidikan dan siswa-siswinya untuk “Bergerak Bersama” menyemarakkan kurikulum yang berlaku sekarang.
Kurikulum merdeka belajar menggunakan landasan pemikiran dan teori psikologis dari barat yang mengusung ide kemerdekaan individu. Dimana konsep batasan dan aturan, serta tuntutan dan penghargaan menjadi terkesan mengejar ambisius dan mengaburkan hakikat pendidikan sarat akan kepentingan. Sehingga bisa dikatakan bahwa kurikulum ini cacat dari segi asas, dipaksakan dan jelas bukan solusi atas fenomena degradasinya profil generasi saat ini.
Runyam Pendidikan Sistem Kapitalisme Hari Ini
Keberadaan kurikulum yang sejatinya harus menjadi penunjang utama dalam dunia pendidikan, seperti terobosan kurikulum Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim dengan harapan ingin meningkatkan kualitas SDM di negeri ini nyatanya tidak berdampak signifikan. Bukti nyata yang menunjukkan kegagalan fatal dari kurikulum adalah maraknya kasus kriminal di kalangan pelajar juga tenaga pendidik akibat gangguan mental (mental illness). Hal ini tentunya menjadi sarat bahwa pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum ini tidak berjalan dengan baik dalam segi membentuk moral dan etika.
Tuntutan kualitas bagi tiap entitas di dunia pendidikan dalam kurikulum Merdeka Belajar seolah memaksa mereka untuk bersikap di bawah pengaruh tekanan kuat. Berbagai macam kebijakan yang dilahirkan dalam kurikulum ini seolah memudahkan segalanya, namun fakta berbicara lain. Karut marut yang kian menjadi liar dalam lingkaran pelajar yang mencetak sebagai target lulusan siap kerja dan pemenuhan kebutuhan industri, menimbulkan banyak tanya “Apakah kurikulum ini tepat?”. Jika “Tidak” lantas dimana letak salahnya?
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa seluruh sektor kehidupan yang ada saat ini berada di bawah kendali sistem sekuler-kapitalis yang tentunya menjadikan rakyat seolah sebagai tumbal bagi para penguasa. Fenomena kerusakan dan gangguan mental generasi pelajar harusnya menjadi pengingat bagi penguasa untuk menemukan akar permasalahan serius ini, bukan sekadar mencetuskan kurikulum pengganti yang terus berubah jika menterinya turut diganti. Alhasil, bukan generasi berkualitas yang menjadi output dari kebijakan hasil pemikiran manusia, akan tetapi melahirkan generasi degradasi.
Solusi Islam Memandang Dunia Pendidikan
Islam agama yang mengatur segala hal dalam kehidupan, sangat mengutamakan dan memandang generasi sebagai tonggak peradaban yang mewujudkan aset emas dengan pola pikir dan sikap yang cemerlang. Konsep pembelajaran dalam sistem pendidikan Islam lebih berfokus pada bagaimana cara untuk mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Sistem pendidikan berkualitas yang dimiliki Islam, berasas pada akidah dalam membentuk syakhsiyah islamiyyah (kepribadian Islam) dengan adanya tiga pilar pengokoh pendidikan Islam, yakni keluarga, masyarakat dan negara yang tentunya akan menjamin keberhasilan membentuk roda generasi berkualitas dengan pola pikir yang cemerlang.
Sehingga, generasi hanya akan disibukkan dengan pemikiran berkarya untuk umat, bukan untuk kepuasaan akal pribadi semata, sebagaimana sistem pendidikan di era kapitalis ini.
Islam telah terbukti menghasilkan pencetus generasi gemilang di masanya. Ilmuwanmendunia seperti, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi dan lain sebagainya, tak hanya terkenal mahir dalam dunia bidangnya namun juga fasih sebagai Hafisz Qur'an serta teguh imannya. Namun, sayangnya hari ini umat terasingkan akan sejarahnya dan menganggap bahwa Islam tidak lagi relevan untuk diterapkan padahal sampai kapan pun akan tetap relevan sebagaimana isi Al-Qur'an dari zaman ke zaman.
Maka dari itu, kualitas pendidikan yang ada saat ini jika dinilai dari perspektif Islam, maka hasilnya masih sangat jauh dari kata sempurna. Sudah saatnya kita beralih pada sistem yang sudah memiliki jawaban atas segala problematika dunia pendidikan yang ada saat ini, agar generasi ini mampu mendapatkan keberkahan serta mewujudkan masa kegemilangan.
Post a Comment