Julid Fii Sabilillah, Kenapa Tidak?


Oleh Yuli Ummu Raihan

Ibu Peduli Umat


Julid fii sabilillah adalah sebuah gerakan yang muncul sebagai reaksi atas genosida yang terjadi di Palestina. Menurut Erlangga Greschinov, sosok yang disebut sebagai Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen "Julid Anti-Israel" gerakan ini adalah koalisi antara netizen Indonesia dan Malaysia yang berfokus untuk memerangi propaganda Zionis di media sosial.


Kekompakan yang ditunjukkan oleh umat Islam dengan menyerang akun media sosial tentara Israel ini sungguh luar biasa. Gerakan ini mampu membuahkan hasil yaitu melemahkan mental tentara Zionis. Erlangga juga mengingatkan bahwa yang sedang dilawan adakah Zionisme dan Israel, bukan Yahudi. Jadi, orang Yahudi yang pro-Palestina bukan bagian dari target gerakan ini. 


Menurut Greschinov ada tujuh teknis yang dibagikan, salah satunya tujuan gerakan ini untuk memerangi propaganda Zionis dan memperkuat narasi pro-Palestina di media sosial. Mulai dari persuasif hingga melakukan trolling. Ini dilakukan karena secara geografis jarak Indonesia dan Palestina sangat jauh, kita belum bisa melakukan langkah pencegahan apa pun baik diplomatik dan yang lainnya. (Detik.com, 30/11/2023).


Strategi yang digunakan dalam perang di dunia maya ini terus berkembang sesuai tren media sosial yang cepat dan dinamis. Pada awal julid fii sabilillah muncul, strategi yang dilakukan adalah merujak 50 akun tentara Israel secara beramai-ramai. Kemampuan netizen Indonesia patut diacungi jempol lantaran berhasil mengumpulkan akun-akun X,  Instagram, Facebook, Tiktok, hingga Ome TV tentara Israel hingga no telepon mereka.


Merujak 50 akun dalam satu hari dirasa tidak efektif, maka strategi pun diubah untuk membatasi akun yang akan diserang. Harapannya, serangan lebih efektif yang bisa dinilai dari akun yang menjadi private, dibatasi kolom komentar, mereka memposting keluhan bahkan gerah karena serangan netizen Indonesia, hingga menutup akun media sosial mereka.


Kreatifitas netizen Indonesia luar biasa, 

Mereka menggunakan berbagai cara mulai dari sebutan yang melemahkan mental mereka, hastag free Palestina, mengutuk mereka dengan kata-kata "chil killer" dan "terrorist" serta mengajari mereka sejarah Palestina, sampai mengutuk mereka masuk neraka.


Tentara Netizen Indonesia ini juga menyalurkan kejulidan mereka dengan memadukan berbagai bahasa. Mulai dari bahasa Inggris, Indonesia, Jawa, Sunda dan bahasa daerah lainnya. Salah satu tujuannya agar komentar mereka tidak di-report atau di-banned oleh media sosial.


Meskipun platform media sosial memberikan aturan ketat yang cenderung diskriminatif,  netizen julid  fii sabilillah tidak hilang akal. Mereka membombardir mereka dengan dagangan netizen, love scam  yang muaranya tetap umpatan, membuat akun bodong,  mengirim file-file penipuan seperti folder apk, hingga menggunakan nomor tentara Israel untuk melakukan pinjol.


Tak cukup sampai disitu, netizen Indonesia juga rajin membuat foto-foto editan tentara Israel. Membuat meme, dan menghack akun media sosial mereka. (Republika.id).


Tidak hanya tentara Israel, akibat serangan netizen Indonesia ini seorang presenter Israel, Shai Golden, akhirnya meminta maaf dan meminta netizen Indonesia berhenti menyerangnya dan anggota keluarganya. Shai Golden pernah mengunggah tangkapan layar artikel yang menyebut bahwa Indonesia adalah salah satu dari 10 negara dengan netizen paling bar-bar di dunia.


Julid menurut KBBI adalah iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu. Kata Julid yang bermakna negatif ini sekarang disandingkan dengan kata mulia "fii sabilillah" sehingga makna julid yang tadinya negatif menjadi positif. Selama puluhan tahun Israel selalu menang dalam pencitraan sebagai korban yang harus melawan Palestina karena mereka menguasai media.  Hari ini senjata makan tuan, media sosial yang mereka ciptakan sendiri sekarang menjadi sarana untuk melemahkan mereka. Kita bisa lihat mayoritas dunia saat ini mendukung Palestina mulai dari demonstrasi turun ke jalan, artikel, postingan media sosial, dan lainnya. Bukan hanya umat Islam dan non Muslim pun ikut. Lebih hebatnya rakyat Israel sendiri ikut menyuarakan ketidaksetujuan mereka dengan tindakan genosida ini.


Apa yang dilakukan oleh gerakan julid fii sabilillah ini adalah sesuatu yang mubah dan bisa jadi berpahala karena menyasar musuh Islam yang telah nyata memerangi  Palestina.  Pada masa Rasulullah saw ada seorang sahabat bernama Hassan bin Tsabit yang ahli menyerang mental para penjajah dengan syair-syairnya.


Aisyah ra meriwayatkan sabda Nabi saw: "Kirimkan hija' ( sastra yang menjatuhkan, mengejek, merendahkan, satire) kepada Quraisy, karena sesungguhnya itu lebih menyakitkan  mereka daripada tembakan anak panah." ( Shahin Muslim bab min fadla'il Hassan ibn Tsabit no. 6550).


Hassan bin Tsabit mendapat julukan sebagai Syair ar-Rasul, yang artinya penyair kesayangan Rasulullah saw..  Hassan bin Tsabit lahir di Madinah pada 563 Masehi berasal dari keturunan suku Khazraj. Ia masuk Islam pada usia 60 tahun saat Rasulullah saw.hijrah ke Madinah. Separoh hidupnya berada di jalan jahiliah dan separuhnya lagi ia habiskan untuk membela Islam melalui syair-syairnya yang menghujam bagaikan pedang yang menusuk dada musuh Islam. Rasulullah saw. menugaskan Hassan membuat syair-syair yang memadamkan semangat musuh dan membangkitkan semangat kaum muslimin. Rasulullah saw. pernah bersabda: Wahai Hassan, seranglah mereka (kaum musyrikin) dengan syairmu. Sesungguhnya malaikat Jibril bersamamu." Sementara dalam hadits lain dari Aisyah ra. Nabi bersabda: "Sesungguhnya Allah memperkuat Hassan dengan Roh Kesucian selama ia memuji Allah dan membela Rasulullah."


Jika dahulu Rasulullah saw. memerintahkan Hassan membuat syair untuk melemahkan musuh, maka hari ini kita bisa menjadi Hassan bin Tsabit melalui kejulidan kita di media sosial.  Kita bisa gunakan jemari kita untuk menuliskan keberpihakan kita, mengshare tulisan atau postingan yang mendukung Palestina dan melemahkan Israel. Hal sekecil apa pun seperti like, share dan komen insya Allah tidak akan sia-sia dan semoga bisa menjadi hujjah kita ketika nanti ditanyai tentang apa yang sudah kita lakukan untuk Palestina.


Allah juga berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 60, " Dan Persiapkanlah kekuatan apa saja yang dapat menggentarkan musuh Allah."  Jika dahulu kaum muslimin mempersiapkan kuda perang, persenjataan, dan kemampuan berperang secara fisik untuk menggentarkan musuh, maka hari ini kita bisa mempersiapkan kekuatan julid kita untuk menggetarkan musuh. Tetapi kita tetap perlu memperhatikan aturan Islam dalam melakukan hal ini. Kita juga harus pintar menyusun strategi agar tidak berurusan dengan hukum.


Ustad Khalid Basalamah dalam kanal YouTube Abu Arfan mengatakan cara-cara yang dilakukan netizen Indonesia saat ini diizinkan dalam Islam saat dalam kondisi darurat seperti perang Israel dan Palestina. 

"Berarti antum bisa berperang dengan tentara Israel meski tidak bertemu langsung. Bagus sekali dan ini makin membuktikan bahwasanya mereka pengecut. Baru diserang lewat media sosial saja sudah cengeng."


Jika julid fii sabilillah saja sudah mampu melemahkan mental tentara Israel, apalagi jika nanti Khilafah tegak dan kewajiban jihad fii sabilillah diterapkan tentu tidak hanya mental mereka yang lemah, tapi juga kekuatan fisik dan materinya. Ketika umat Islam bersatu dibawah kepimpinan seorang Khalifah, jihad fii sabilillah akan menjadi solusi bagi segala bentuk penjajahan di atas dunia ini. Tidak hanya Palestina, Congo, dan negeri Islam lainnya, tapi seluruh dunia, karena Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Wallahua'lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post