Guru, kau adalah orang yang tanpa pamrih.
Guru, pengorbananmu bak pahlawan tak kenal lelah.
Guru, kau memang pantas untuk digugu dan ditiru. Karena kesabaran kau dalam mendidik, kami muridmu sangat berterima kasih atas ilmu yang kau ajarkan.
Itulah sekelumit kata untuk menunjukkan betapa mulianya seorang guru. Tiap tahun memperingati Hari Guru pada tanggal 25 November. Sistem saat ini selalu memperingati Hari Guru, namun guru jauh dari kata mulia dan sejahtera. Kurikulumnya pun menghasilkan generasi yang hanya bertujuan mencapai materi. Berbeda dengan sistem Islam guru sangat dimuliakan dan disejahterakan. Dan kurikulumnya menghasilkan generasi yang cemerlang dan terbaik.
Di Tahun 2023 ini tema Hari Guru Nasional yaitu "Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar" yang berdasarkan Surat Edaran dari Mendikbudristek Nomor 36927/MPK.A/TU.02.03/2023 dan di dalamnya juga diperintahkan semua instansi pemerintahan dan di bidang pendidikan untuk melaksanakan Upacara Hari Guru Nasional pada hari Sabtu, 25/11/2023.
Hari Guru Nasional Tahun 2023 dengan tema Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar, seakan ingin memperkuat diterapkannya Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini kita ketahui, yang dipelopori oleh Pak Menteri ini outputnya agar nanti para pelajar sudah memiliki keahlian, ketika lulus sudah mampu bekerja dan mampu memenuhi kebutuhan pasar industri. Ditambah kehidupan guru di sekolah seakan sejahtera dan merdeka dalam mengajar.
Ironis, di tengah euforia merayakan Hari Guru Nasional tema Merdeka Belajar, saat ini generasi dan guru sangat tidak merdeka alias memprihatinkan. Dari segi perilaku generasi yang anarkis, mental illness (gangguan mental), banyak yang bunuh diri, akhlak buruk, dan lain lain. Kehidupan guru sangat memprihatinkan. Dia yang sudah mengajarkan anak-anak, tetapi yang didapati malah kekerasan dari anak muridnya.
Permasalahan di atas sudah sering terjadi, apakah dengan adanya kurikulum Merdeka Belajar ini, permasalahan akan selesai? Apakah pantas memperingati Hari Guru? Namun kondisinya jauh dari Tema yang diangkat. Nah, semua ini pasti ada akar masalahnya, Kurikulum yang selalu berganti, akhirnya tidak menghasilkan anak anak pelajar yang berkualitas dan para guru pun makin tidak dihormati oleh anak-anak muridnya.
Semuanya pasti ada sebab dan akibat, maka ada apa di dalam dunia pendidikan saat ini? Kita teliti bersama bahwa saat ini aturan semua yang buat manusia, hasil dari penerapan sistem yang berkuasa membuat aturan sendiri, yakni kapitalisme-sekularisme-demokrasi, ini sebabnya dunia pendidikan menghasilkan generasi yang rusak dan guru yang tak tersejahterakan, ditambah perlakuan anak murid ke gurunya. Ironi!
Akibat diterapkannya aturan buatan manusia, banyak generasi atau-anak pelajar yang melakukan tindakan kriminal, tawuran, terhadap guru tidak hormat, dan lain lain, karena sejatinya manusia itu lemah, terbatas sehingga manusia itu tidak akan mampu untuk membuat aturan kehidupan, ketika manusia itu membuat aturan, hasilnya akan terjadi kerusakan dan kekacauan di tengah masyarakat, khususnya dalam aspek pendidikan yakni kurikulum yang selalu berubah-ubah saat ini.
Sudah 10/11 kurikulum yang pernah diterapkan. Namun sampai detik ini hasilnya kepada anak pelajar tidak ada, yang ada kemerosotan berpikir anak-anak pelajar, mereka berpikir belajar itu berat, dan tujuan mereka sekolah pun bukan karena mengharap rida Allah, tapi ingin mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah. Ijazah hanya dicari untuk meraih prestise alias nilai belaka. Bukan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari hari.
Dari pihak orang tua pun sama tujuan anak sekolah itu agar anaknya mendapat pekerjaan setelah lulus. Tidak diajarkan bahwa belajar itu wajib bagi setiap muslim, agar kalian mengetahui apa-apa yang kalian tidak ketahui. Jadi kurikulum dunia pendidikan harus terikat dengan Islam. Jika tidak maka akan menghasilkan generasi yang hanya bertujuan mencari materi, bukan generasi yang cemerlang.
Ini karena aturannya dari manusia, dan sistemnya yang rusak, kapitalisme mengumpulkan materi sebanyak- banyaknya, sekularisme memisahkan agama dari kehidupan, dan demokrasi aturan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat alias kedaulatan ditangan rakyat.
Maka, output dari dunia pendidikan adalah materi, ketika lulus harus kerja, cari duit sebanyak-banyaknya. Di sistem saat ini tidak dikaitkan dengan akidah Islam, karena sekuler memisahkan agama, dan demokrasi membuat aturan sendiri, alhasil tiap tahun atau tiap ganti penguasa akan selalu ganti kebijakan. Akibatnya tujuan pendidikan tidak tercapai dengan optimal. Harusnya aturan dikembalikan kepada Allah Swt, sebagai pembuat aturan untuk makhlukNya.
Berbeda halnya dengan sistem Islam, sistem Islam sistem yang paripurna dan sempurna tidak hanya ibadah saja, tapi seluruh aspek yaitu aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, keamanan, dan lain lain, maka khususnya aspek pendidikan Islam sangat memfasilitasi, mengurusi dan memperhatikan. Dalam Islam tujuan pendidikan sangat jelas tidak berubah-ubah, kurikulumnya pun sama tetap. Tujuannya menjadikan anak bersyakhsiyah Islam dan kurikulumnya berdasarkan asas akidah Islam. Jadi anak pelajar akan mudah memahami ilmu-ilmu Islam, karena mereka akan selalu diingatkan dan diberikan pemahaman Islam. Dan menuntut ilmu itu hanya mengharap rida Allah Swt..
Walhasil ketika lulus akan menjadi manusia yang bermanfaat untuk umat manusia, menjadi generasi yang terbaik dan sebagai perubah peradaban, di samping seorang guru pun akan dimuliakan dan disejahterakan oleh negara. Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, misalnya, gaji guru mencapai 15 dinar (1 dinar setara 4,25 gram emas). Karena pendidikan Islam berorientasi akhirat, dunia hanya ladang untuk beramal kebaikan. Bukan dijadikan sebagai satu-satunya tujuan untuk meraih materi.
كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ
Artinya: Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak (HR Bukhari).
Maka, sudah sepantasnya Islam dijadikan satu-satunya sistem dalam negara, masyarakat, lingkungan, agar seluruh aspek kehidupan, khususnya aspek pendidikan akan menghasilkan generasi dan guru yang terbaik hanya mengharap rida Allah Swt.. Dan tidak akan ada lagi kurikulum yang selalu berubah-ubah dan tak tahu arah yang hanya menghasilkan generasi yang bertujuan mencari materi. Wallahu 'alam bish showwab
Post a Comment