Gurita Judi online, Buah Sistem Kapitalis-Sekuler


Oleh Neneng Hermawati

Pendidik Generasi Cemerlang


Jeratan judi online sudah menyasar kepada anak-anak di bawah umur yakni para pelajar. Sejumlah anak usia sekolah dasar didiagnosis kecanduan judi online dari konten live streaming para streamer gim yang secara terang-terangan mempromosikan situs judi slot. Data terbaru laporan BBC menyebutkan PPATK menemukan 2,7 juta orang Indonesia terlibat judi online dan sebanyak 2,1 juta di antaranya adalah ibu rumah tangga dan pelajar dengan penghasilan seratus ribu rupiah.(bbc.com.id, 27/11/2023).


Menurut Menteri Kominko RI Budi Arie, "saat ini Indonesia sedang darurat judi online, sudah banyak anak-anak dan remaja yang menjadi korban judi online". Bahkan Dokter Spesialis anak Kurniawan Satria Denta mengatakan bahwa "tak pernah menyangka bakal menangani anak kecanduan judi online", dan selama ia berpraktek kasus yang ditangani kebanyakan kecanduan gim atau kesulitan belajar.


Sungguh miris dan sangat memprihatikan sekali, kondisi generasi muda saat ini. Pergaulan bebas, bullying, tindak kriminal, tawuran dan judi online sudah menjadi kebiasaan hidup mereka sehari-hari. Kalau seperti ini, bagaimana masa depan mereka dan masa depan bangsa ini?


Tentu saja ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi, harus ada upaya penyelesaian yang tuntas agar generasi muda tidak hancur. Setidaknya terdapat tiga faktor yang bertanggung jawab atas fakta miris ini.


Pertama, faktor keluarga. Orang tua memiliki peran untuk menjalankan kewajibannya yaitu mendidik dan mengontrol anak-anaknya di rumah.

Di era digital yang serba bebas ini, anak dengan mudah mengakses segala hal termasuk game online bahkan sampai judi online. Lalai dalam pengawasan berakibat fatal terhadap tumbuh kembang anak. 

Kecanduan game online ataupun judi online menyebabkan anak-anak berperilaku buruk, seperti emosi meledak-ledak, tidak punya semangat hidup, tidak fokus, sensitif, boros uang, berbuat kriminal demi main game online, dan ganguan mental lainnya. 


Kedua, faktor lingkungan atau masyarakat. Sistem  sekuler-kapitalis yang diterapkan di negeri ini, telah membentuk masyarakat yang cenderung individualistis, tidak peduli dengan urusan orang lain, tidak ada pembiasaan saling mengingatkan, mencegah kerusakan, dan bersikap pasif jika kemaksiatan terjadi di hadapan mereka.


Ketiga, faktor negara.

Negara sebagai pelindung generasi tidak  maksimal menjalankan fungsinya. Terbukti judi online malah semakin merajalela menyasar anak-anak di bawah umur melalui aplikasi yang berkedok game online.


Fakta ini menjadi tamparan keras bagi negara. Negara adalah benteng terakhir yang seharusnya menjaga generasi dari kehancuran. 

Kalau negaranya lemah dan tidak mampu menutup situs- situs game online dan judi online sebagai salah satu penyebab rusaknya generasi maka lambat laun sudah tidak ada lagi generasi yang mampu melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini.


Dalam sistem sekuler-kapitalis, sebagian masyarakat menganggap judi online sah-sah saja, bukan perilaku yang harus dijauhi, bahkan dianggap sebagai salah satu cara mencari uang dengan hasil instan.


Islam memiliki solusi  tuntas untuk menjaga generasi muda agar tidak rusak dan hancur. Islam tidak hanya agama yang mengatur ibadah saja tapi juga sebagai pengatur kehidupan. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya mencari solusi dari setiap masalah kehidupan hanya dengan Islam, karena sudah terbukti, selama 1300 tahun atau 13 abad lamanya sistem dan peradaban Islam telah berhasil mencetak generasi gemilang dengan segudang prestasi dunia dan akhirat. Islam telah berhasil mendidik generasi muda yang memiliki kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunah. Jauh dari perilaku maksiat bahkan sia-sia.


Islam memberikan perhatian yang besar terhadap pemuda, karena pemuda selalu menjadi aktor penting dalam sejarah peradaban manusia. Sepanjang sejarah, Islam memiliki pemuda-pemuda hebat, di antaranya, Usamah bin Zaid (18 tahun) sebagai panglima pasukan, Zaid bin Tsabit (13 tahun) penulis wahyu, Muhammad Al Fatih (22 tahun) penakluk konstantinopel ibu kota Byzantium, dan masih banyak lagi para pemuda Islam yang menorehkan tinta emas dalam peradabannya. 


Hanya dengan sistem Islam, yang dapat membentengi generasi dari kemaksiatan terdapat tiga komponen keberhasilan dalam membentuk generasi kuat dan tangguh, yaitu:


Pertama, penerapan sistem pendidikan berbasis akidah Islam di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara.


Kedua, membiasakan saling amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat dan tidak akan membiarkan kemaksiatan terjadi.


Ketiga, penerapan sistem pendidikan berbasis akidah Islam oleh negara sehingga generasi yang terbentuk memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai Islam.


Negara akan mengeluarkan kebijakan yang melarang konten-konten yang memuat keharaman, konten-konten yang dibuat pun hanya untuk mengedukasi masyarakat untuk taat. Negara juga akan memastikan  jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan lapangan pekerjaan agar mereka tidak memiliki alasan lagi terlibat judi online karena masalah ekonomi.


Semua itu hanya bisa diterapkan dalam sebuah institusi yang menerapkan Islam secara kafah. Oleh karena itu sudah saatnya umat Islam tersadarkan akan bobroknya sistem sekuler-kapitalis yang hanya melahirkan kehancuran generasi muda.


Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post