Di Balik Amanah dan Ambisi Kekuasaan

 


Oleh Reni Juariah

Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Muslimah


Pemilu masih setahun lagi, tetapi gaduh nya mulai menghampiri. Siapa sangka para pejabat daerah ramai-ramai mendaftarkan diri jadi bakal calon legislatif untuk Pemilu 2024? mereka rela mengorbankan jabatan nya agar dapat masuk nominasi "bergengsi" itu.


Media online JawaPos, mengabarkan rumah sakit umum daerah di Jawa Barat telah menyiapkan 10 ruangan khusus bagi calon anggota legislatif yang kejiwaannya terganggu akibat gagal pada Pemilu 2024. "Kalo setiap ada kegiatan pemilu, kita selalu menyiapkan ruangan dan tempat pemeriksaan untuk caleg-caleg yang mengalami stres setelah pemilu, terutama bagi caleg yang kalah,"  kata Dokter Spesialis Kedokteran jiwa.


Karena modal yang tak murah dan luar biasa biaya pendaftaran calon anggota legislatif, mengakibatkan jika tidak terpilih atau gagal dalam pencalonan mengakibatkan stres sampai gangguan pada kejiwaan nya. Kondisi saat ini memprihatinkan ketika ramainya kepala daerah mendaftar jadi calon legislatif sebagai strategi partai politik membuktikan bahwa partai politik akan mendapatkan keuntungan besar saat terpilih. Di sisi lain anggota legislatif berwenang membuat aturan. Ini akan menjadi jalan untuk memasukan kepentingan masing-masing partai politik atau orang yang ada di baliknya. Seperti pernyataan baru-baru ini oleh calon legislatif bahwa untuk membuat aturan harus persetujuan ketua partai terlebih dahulu. Di dalam Al Qur'an  menjelaskan bahwa 

"Semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (AQS. Al-Isra: 36).


Mengapa ramai-ramai mencalonkan diri menjadi calon legislatif? karena dari nilai keuntungan yang besar dan sangat menjamin, yang lebih memprihatinkan saat rakyat sedang dilanda kebingungan bahkan kepahitan pada kenyataannya susah mencari pekerjaan dan naik nya harga pangan. Di balik itu para calon legislatif sibuk dengan kampanye nya yang tujuan memihak kepada rakyat, menyejahterakan rakyat, tapi apa yang terjadi jika sudah terpilih bahkan banyak yang abai terhadap janji-janji dalam kampanye.


Kepemimpinan dimasa kejayaan Islam memiliki pandangan khas mengenai kepemimpinan. Rasulullah saw. telah mencontohkan tentang menjadi pemimpin yang baik. dalam syariat Islam mengatur bahwa pemimpin adalah gembala yang akan dimintai pertanggung jawaban atas yang digembalanya, mengurusi, melindungi, dan mengayomi semua rakyat tanpa terkecuali.


Pada masa para sahabat tidak berhasrat menduduki kursi kepemimpinan. Mereka paham betapa berat konsikuensi nya, Umar bin khatab berkata, "Wahai para khalifah sungguh ini suatu beban yang sangat berat yang harus kami pikul," jadi ketika mereka dipercaya menjadi pemimpin akan berhati-hati menjalankan amanah nya. dari sinilah, kita dapat mengerti bahwa syariat Islam tidak akan membiarkan kepentingan pribadi di atas kepentingan rakyat. syariat Islam juga tidak akan mengizinkan orang yang serakah atau tidak taat kepada Allah SWT.  menjadi seorang pemimpin. Syariat Islam membuat aturan ketat untuk menjadi seorang pemimpin.


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post