Dampak Ketidakpahaman Memaknai Sebuah Penjajahan


Oleh Irma Faryanti

Pegiat Literasi 



Kekejaman serangan bangsa Yahudi terhadap Palestina masih menyita perhatian dunia. Berbagai aksi solidaritas pun masih marak digelar di berbagai wilayah negeri. Sebagai wujud kepedulian mereka terhadap saudara seiman yang tengah diperangi kaum zionis.


Seperti yang terjadi di Kota Bitung, Sulawesi Utara, sebuah aksi damai bela Palestina yang diinisiasi oleh Barisan Solidaritas Muslim (BSM) digelar pada hari Sabtu 25 November 2023. Sayangnya, kegiatan ini berujung bentrokan dan menewaskan satu orang dan dua lainnya luka-luka dari pihak BSM. Menyikapi hal itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Manado, Yaser Bin Salim Bachmid, berharap aparat bisa mengusut tuntas kasus tersebut agar tidak berkembang kemana-mana. (Republika.co.id, Ahad 26 November 2023)


Pada saat BSM melaksanakan aksi damai, di saat yang sama masyarakat adat Makatana-Minahasa dan Laskar Kristen Manguni Makasiou juga mengadakan parade budaya di tempat yang berbeda. Bentrokan pun tidak bisa dihindari, pada pukul 16.17 WITA, penyerangan dan penganiayaan dilakukan saat ada peserta yang meneriakan kalimah takbir. Ketika berpapasan dengan ambulans yang menggunakan atribut bendera tauhid, mereka kembali melakukan perusakan.


Untuk mencegah terjadinya reaksi lebih lanjut, Budi Arie Setiadi selaku Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) meminta agar masyarakat tidak terhasut oleh hoaks terkait bentrokan yang terjadi pada dua kelompok tersebut. Ia berharap agar rakyat mencari  informasi dari sumber yang tepat dan sudah terverifikasi kebenarannya. Di sisi lain Walikota Bitung, Maurits Mantiri menegaskan bahwa wilayahnya sudah aman terkendali berkat kesigapan petugas keamanan.


Sayangnya, jejak digital telah mempertegas kondisi sebenarnya. Korban yang merupakan peserta aksi damai, diduga tewas akibat dikeroyok oleh massa Manguni Makasiou. Bahkan video pengeroyokan tersebut beredar di media sosial. Kegiatan BSM ini sebelumnya telah mendapatkan izin resmi dari kepolisian, namun pihak ormas menuding aktivitas tersebut sebagai upaya mendukung terorisme di Palestina. Keadaan pun semakin bertambah  ricuh saat ada oknum yang membakar bendera Palestina dan tauhid. Hal ini sebagai reaksi dari poster yang menyatakan bahwa orang bodoh pasti akan mendukung bangsa Yahudi.


Berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi, diduga bentrokan diakibatkan oleh ketidakpahaman masyarakat akan permasalahan Palestina, yang dianggapnya hanya sekedar perebutan wilayah. Demikianlah yang terjadi ketika sejarah kurang dipahami hingga termakan oleh propaganda. Bahkan para pejuang Palestina disebut sebagai kelompok teroris. Tidak heran jika kemudian muncul salah paham perbedaan pendapat yang berujung pada kekerasan dan penganiayaan.


Padahal telah sangat jelas, bahwa permasalahan Palestina adalah bentuk penjajahan yang dilakukan oleh kaum zionis yang sebelumnya tidak pernah ada di bumi al Quds. Sebuah video tersebar di media sosial, tentang seorang Yahudi yang bercerita bahwa dirinya dulu datang ke tempat itu dengan kapal dari Italia hingga akhirnya menetap di sana.


Demikianlah, jauh sebelum pengakuan wilayah sebagai miliknya, yang ada hanyalah nama Palestina, hal itu terdapat dalam peta kuno, bahkan keberadaannya disebut dalam sebuah tayangan kartun Disney. Namun semua berubah saat entitas Yahudi mengklaim sebagai tanahnya dan melakukan penjajahan bahkan  genosida untuk membantai habis semua penduduk di sana.


Bentrokan yang terjadi akibat minimnya pengetahuan akan fakta Palestina, tidak seharusnya terjadi. Kekerasan seharusnya bisa dicegah, dan massa dipahamkan akan duduk perkara yang sebenarnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Jika hal itu telah tegas dipahami maka yang terjadi bukanlah penganiayaan, melainkan sikap saling dukung dan satu suara dalam menyikapi penjajahan.


Inilah yang terjadi ketika sistem kapitalis sekuler  telah mendominasi negeri. Upaya menjauhkan agama dari kehidupan (sekularisme) membuat masyarakat dengan mudahnya bertindak tanpa berpikir. Tanpa melihat boleh ataukah tidak menurut ketentuan Penciptanya. Alih-alih menjadikannya sebagai solusi hakiki, justru mereka menjadi korban propaganda kaum penjajah. Maka tidak heran jika saat ini kita mendapati kekayaan alam  banyak dikuasai oleh  barat. Sayangnya hal ini tidak juga mengusik kesadaran rakyat, bahkan tidak sedikit yang masih membanggakan dan menyanjung tinggi sebagai negara maju.


Ketidakpahaman masyarakat menjadi fakta nyata akan kemunduran umat Islam yang sedemikian parah. Inilah yang terjadi saat masyarakat tidak diayomi oleh sosok penguasa, padahal awalnya  mereka adalah umat yang tinggi taraf berpikirnya, bahkan sempat menjadi mercusuar dan petunjuk dari kegelapan menuju cahaya. Bahkan dunia pun takjub pada kemajuan sistem pendidikan, hingga mengirimkan putera-puterinya untuk belajar di sekolah-sekolah kaum muslim.


Sistem pendidikan Islam sangat menjamin kualitas, dan membentuk generasi yang kuat secara mental, memiliki pemikiran  tinggi yang  mampu menjadi solusi. Melalui penerapan syariat oleh pihak negara, mereka tidak akan menjadi generasi yang mudah tersulut emosi hingga berujung pada perbuatan anarki. Yang ada terbentuk adalah generasi ulul albab (orang-orang yang berpikir). Sebagaimana firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal  (ulul albab) (QS. Al Imran: 190)


Namun, semua itu baru akan terwujud saat syariat dijadikan sebagai sistem kehidupan dalam naungan sebuah kepemimpinan Islam.


Wallahu alam Bissawab 

Post a Comment

Previous Post Next Post