Akhir-akhir ini aksi bunuh diri semakin marak. Bukan hanya dialami orang dewasa, mirisnya dialami pula oleh anak dibawah umur yang seharusnya berada dimasa ceria dengan canda tawa, bermain riang tanpa beban. Namun apa jadinya jika mengakhiri hidup menjadi trend di kalangan anak-anak.
Seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya. Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain handphone.
Pemerintah mencatat terdapat 20 kasus bunuh diri anak dibawah usia 18 tahun sejak Januari 2023, yang disebabkan karena depresi beban akademik, masalah pola asuh, dugaan kekerasan dan perundungan. Sebagaimana disampaikan Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). (www.detik.com/22/11/2023)
*Bunuh Diri Marak di Sistem Rusak*
Mental generasi hari ini mudah rapuh ketika menghadapi suatu persoalan yang sulit dalam hidupnya, merasa tidak mampu menanggung beban yang berat hingga mengalami depresi ,berujung bunuh diri yang dianggap sebagai jalan keluar. Apalagi ketika kehidupan yang jauh dari aturan agama, sehingga mereka tidak memahami tujuan hidupnya.
Sistem Sekular-Kapitalis telah menghilangkan peran keluarga dalam mendidik generasi. Banyak keluarga yang belum siap dalam berumah tangga dan menjadi orang tua, sehingga ketika memiliki anak, karakter mereka tidak dibentuk dengan kepribadian yang mulia.
Dalam sistem Kapitalis, menjadikan sosok ibu juga harus ikut bekerja, bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga untuk memenuhi gaya hidup konsumtif agar dipandang ideal.
Masyarakat yang jauh dari aturan agama (sekuler), memiliki sifat individualis. Membiarkan kebiasaan buruk anak di lingkungan mereka tanpa menegur atau mengingatkan, seperti dalam bersosial media yang memiliki pengaruh negatif. Jika anak tidak dikontrol maka mereka bisa mengakses apa saja yang mereka senangi. Mulai dari konten kekerasan, perundungan, bullying dan aksi bunuh diri. Sampai pada akhirnya ketika bermain sosial media dan mendapati komentar komentar bullying di akun media sosial mereka, akan mempengaruhi mental mereka, yang akan berujung stress, depresi hingga bunuh diri.
*Solusi Islam*
Islam adalah seperangkat peraturan yang bukan hanya mengajarkan bagaimana hubungan manusia dengan pencipta seperti perkara ibadah, sholat, puasa zakat, dan haji. Tetapi Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan sesamanya.
Membentuk karakter generasi yang tangguh merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara. Dalam Islam orang tua bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Orang tua berperan menjadi benteng dalam melindungi anak dari depresi dan tindak bunuh diri, dengan mengasuh, menyayangi dan mendidik seperti mengontrol anak dalam bersosial media, menjaga komunikasi dengan baik, dan yang paling utama adalah membentuk ketakwaan dalam keluarga.
Dengan begitu, ketika menghadapi persoalan, tidak mudah putus asa, karena sudah tertanam sikap tawakal yakni meyakini bahwa segala permasalahan yang dihadapi adalah atas kehendak Allah SWT. Dan Allah tidak membebani melainkan sesuai kesanggupannya. Allah SWT berfirman: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya”.(QS. Al-Baqarah 2:286)
Masyarakat pada sistem Islam berperan dalam amar makruf nahi munkar. Membentuk suasana di tengah masyarakat dengan saling menasehati dengan kebaikan dan menjauhi segala keburukan.
Beda dengan masyarakat pada sistem Sekuler saat ini, kurikulum pendidikannya memisahkan agama dari kehidupan, yang membuat generasi jauh dari pemahaman tentang aturan Allah SWT. Tidak heran lahir generasi dengan cara pandang Barat yang hedonis dan materialis.
Sistem pemerintahan Islam, memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian sesuai akidah Islam. Generasi dididik dengan pola pikir dan perilaku yang islami sehingga terbentuk generasi mulia yang memahami jati dirinya sebagai seorang muslim yang bertakwa.
Pemerintah berperan dalam mengatur media dengan mengontrol informasi yang beredar di tengah masyarakat, sehingga yang diakses hanyalah konten kebaikan dan dakwah. Tontonan yang memberi dampak negatif akan dihilangkan, apalagi pada tayangan yang merusak mental dan moral generasi.
Maka hanya sistem pemerintahan Islam yang menerapkan Islam Kaffah, yang akan membentuk generasi bermental kuat Semoga saja segera tegak kembali. Wallahu a’lam bishawaab.
Post a Comment