Empat anak ditemukan tewas di dalam kamar rumahnya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Diketahui, ke empat bocah malang tersebut tewas di tangan ayah kandungnya sendiri. Saat ditemukan warga, keempat korban itu dalam posisi berjejer di atas tempat tidur di dalam rumah kontrakannya.
Menurut keterangan tetangga, di dalam rumah tersebut, warga juga menemukan pelaku dengan kondisi tanpa busana tergeletak di dalam kamar dan terdapat luka sayatan pada lengannya. Diduga pelaku berniat untuk menghabisi nyawa sendiri usai melakukan pembunuhan terhadap anak-anaknya. (tvOnenews, 7/12/23)
Pelaku juga ternyata melakukan kekerasan terhadap istrinya. Ketua RT 03 Yakub mengatakan, sebelum terjadinya kejadian ini, pelaku sempat melakukan penganiayaan terhadap istrinya hingga harus dirawat di rumah sakit. Yakub menambahkan, peristiwa kekerasan terhadap rumah tangga (KDRT) itu, tidak hanya dilakukan sekali, bahkan pelaku sebelumnya juga pernah melakukan hal serupa terhadap istrinya. (tvOnenews, 7/12/23)
Yakub juga menduga motif pembunuhan ini lantaran faktor ekonomi. Yakub menuturkan sang ayah berinisial P sudah tak membayar kontrakan, selama berbulan-bulan. P sudah menjadi pengangguran dalam beberapa bulan terakhir, sementara hanya sang istri yang berkerja sebagai karyawan swasta. (Tribun-Medan, 7/12/23)
2 Faktor Penyebab
Melihat beberapa kasus pembunuhan anak oleh orangtuanya, setidaknya ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi, yakni faktor ekonomi dan keimanan.
Faktor ekonomi kerap kali menjadi pemicu seseorang dapat berbuat di luar nalar, sampai tindakan kejahatan. Kebutuhan hidup yang menjulang tinggi, tidak sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan. Belum lagi pengaruh lingkungan, gaya hidup materialistis dan hedonistik yang jadi standar kepuasan diri. Namun, jangankan untuk gaya hidup, untuk kebutuhan perut saja kadang masih terseok-seok.
Faktor keimanan tak kalah penting dalam kasus ini. Kehidupan sekular telah menjadikan masyarakat lupa bahwa ada Allah swt sebagai pencipta dan penjamin rezeki makhluknya. Kehidupan sekular mendewakan ikhtiar sebagai pembawa rezeki, namun lupa ada Allah swt sebagai penjamin rezeki.
Kehidupan sekular juga menjadikan manusia tidak memiliki kesadaran bahwa Allah Maha Melihat. Semestinya setiap muslim haruslah melekat kuat dalam dirinya bahwa apapun tindak tanduk yang dilakukan akan diawasi dan dihisab oleh Allah swt. Meyakini ganjaran pahala dan dosa dari setiap perbuatan, harus dijadikan pegangan. Tak ketinggalan, standar halal haram pun, sudah semestinya dijadikan acuan dalam hidup seorang muslim.
Cara Pandang Hidup
Para ahli mengatakan faktor kejahatan dimulai dari individu, kemiskinan, kerakusan maupun lemah iman itu yang membuat orang mudah untuk berbuat jahat. Padahal faktor tersebut muncul dari cara pandang hidup masyarakat, yang dipengaruhi oleh sekulerisme dan kapitalisme. Sistem kehidupan yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, sehingga manusia hanya mengedepankan ego dan materi, sebagai standar kepuasan diri.
Lahan pekerjaan yang semakin sempit, yang membuat seseorang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Ini disebabkan karena lepasnya tanggung jawab negara menjamin penyediaan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Negara hanya bertindak sebagai regulator yang menyerahkan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi rakyat kepada pihak swasta. Padahal sampai kapanpun pihak swasta tidak akan mampu menjamin hal tersebut. Sebab sampai kapanpun swasta hanya berorientasi pada untung dalam bisnisnya, apapun bisa dilakukan termasuk PHK. Pemerintah juga malah menyerahkan kepada korporasi atau pemilik modal, sehingga kebutuhan akan ketenagakerjaan disesuaikan oleh para pemilik modal.
Cara Islam
Setiap individu ditanamkan keimanan yang kokoh terhadap Allah swt sebagai penciptanya, pengatur hidupnya dan penjamin rezekinya. Sehingga bagi seorang muslim yang memiliki keimanan yang kokoh, tidak ada kekhawatiran berlebihan mengenai rezeki karena Allah swt telah menjaminnya. Allah swt berfirman,
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (TQS. Hud: 6)
Allah swt tidak pernah mengingkari janjinya. Adapun segala kesempitan hidup yang dialami manusia saat ini, karena ulah manusia sendiri yang tidak menerapkan hukum-hukum Allah swt dalam segala aspek kehidupan. Islam tidak hanya berkaitan dengan akidah, tapi juga merupakan sebuah sistem kehidupan yang perlu diterapkan oleh individu, masyarakat dan negara.
Masyarakat islam memiliki dorongan untuk berlomba-lomba dalam beramal shalih. Masyarakat islam akan menunjukan kepedulian terhadap individu-individu dalam masyarakat yang berkekurangan. Tidak individualis seperti halnya masyarakat dalam sistem kapitalisme.
Negara dalam pandangan Islam hadir sebagai pelayan rakyat, yang bertugas memenuhi semua kebutuhan rakyatnya. Negara akan menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan khususnya bagi laki-laki, karena negara paham bahwa laki-laki memiliki kewajiban sebagai pemberi nafkah bagi keluarga. Tak hanya itu, Islam juga menjadikan jabatan sebagai bentuk amanah yang pertanggungjawabannya langsung kepada Allah, sehingga para pemimpin akan memimpin atas dasar keimanan. Tak sampai di situ, negara pun akan mendorong rakyatnya untuk senantiasa taat pada Allah.
Wallahu a’lam bish shawwab.
Post a Comment