Mahasiswi di Depok
Pola
asuh adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua
memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi
anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak
sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat
(Fitriyani, 2015).
Definisi
yang sangat indah secara teori, namun tidak secara praktik di lapangan.
Kehidupan saat ini justru banyak membuat mata para orang tua lain terbelalak
seakan-akan tidak percaya. Tidak
hanya para orang tua,
kalangan masyarakat mulai dari anak-anak
hingga dewasa pun merasakan yang demikian. Ada apa dengan pola pengasuhan saat
ini? Mengapa begitu marak kasus bunuh diri sekeluarga? Mengapa begitu marak
kasus ayah membunuh anaknya, ayah memperkosa anaknya, ibu membunuh anaknya dan sebagainya?
Perlu
diketahui, bahwa kondisi tersebut sudah berjalan kurang
lebih 5 tahun ke belakang.
Bisa dikatakan juga bahwa ini merupakan fenomena gunung es. Ya! Sejujurnya
masih banyak kasus dan berita yang tidak naik ke media serta tidak terendus
keberadaannya. Namun ini merupakan hal yang janggal mengingat kemajuan
teknologi dan informasi abad ini.
Dengan
adanya kemajuan teknologi dan informasi seharusnya melahirkan kesan yang baik
bukan sebaliknya. Semisal untuk mengakses informasi guna menunjang pendidikan.
Sayangnya, dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi ini justru
mendatangkan musibah dan berdampak pada pola pengasuhan yang diterapkan oleh
banyak orang tua
di luar sana.
Musibah
ini juga berdampak kepada orang tua
itu sendiri. Berapa banyak orang tua
yang terjerat judi online, anak-anak
terpapar pornografi, terjerat pinjol dan
sebagainya. Ditambah maraknya gaya hidup mewah
ala artis dan influencer yang membuat kalangan masyarakat tergiur sehingga
mudah untuk melakukan pencurian dan
sebagainya.
Bagi
orang tua
yang tidak terdampak dengan kemajuan teknologi, nyatanya juga menghasilkan iner
child atau luka pengasuhan kepada anaknya. Mereka menerapkan pola
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua terdahulu dan menyamakan dengan
kondisi saat ini. Sehingga banyak anak yang tidak betah di rumah dan cenderung
liar di jalanan.
Sejatinya,
pola pengasuhan setiap tahun itu berbeda beda. Tentu generasi mendatang pun
memiliki karakteristik yang berbeda beda dengan karakteristik orang terdahulu.
Dikarenakan dahulu belum ada kemajuan teknologi, maka banyak orang tua yang turun langsung
ke lapangan untuk melakukan jual beli dan
sebagainya.
Istilah
generasi stroberi yang disematkan pada generasi saat ini merupakan buah dari
lingkungan berteknologi maju dan sumber informasi yang terlampau cepat
peredarannya. Maka bila orang tua
tidak turut mengikuti atau sekadar
tahu tentang informasi dan trend
yang tengah hits bisa dikatakan akan ketinggalan zaman.
Sehingga
dibutuhkan tolong menolong dalam hal ini. Namun,
tidak hanya sekadar
tolong menolong, tetapi juga edukasi dan sosialisasi turut disertakan. Tentu
hal ini tidak bisa dilakukan oleh sekelompok masyarakat kecil. Hal-hal besar seperti ini
harus dilakukan oleh lingkungan yang memiliki sekupan sangat luas bahkan
mendunia. Karena kasus ini tidak hanya melanda negeri ini.
Lingkungan
yang memiliki sekupan sangat luas bahkan mendunia ini disebut dengan negara.
Banyak negara hari ini yang menerapkan kebebasan yang bablas dalam pola
pengasuhan sehingga tidak mendatangkan kontrol di dalamnya. Ditambah dengan
sanksi yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
Kebebasan
yang bablas (liberalisasi) inilah sesuatu yang tidak bisa kita banggakan.
Justru merupakan sesuatu yang patut disesali. Hal ini karena dampak yang
dihasilkan. Liberalisasi yang bablas ini juga mematikan fitrah manusia dalam
mengenali bahwa diri mereka lemah dan terbatas. Sehingga kita memerlukan
perubahan yang hakiki.
Sehingga
solusi yang benar-benar
memecahkan semua permasalahan manusia bukan dengan mengikuti kebanyakaan yang
disukai oleh manusia melainkan mengikuti bagaimana peraturan Sang Khaliq itu sendiri. Pada dasarnya, keberagaman
manusia di dunia melahirkan banyak isi kepala yang ingin dimenangkan. Tapi
dalam liberalisasi, para pemilik modallah yang akan menang. Jadi mau sampai
kapan mengikuti apa yang disukai manusia dan menghiraukan apa yang Sang Khaliq ridhai?[]
Post a Comment