Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Jokowi mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Dia pun mengajak masyarakat untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan dua strategi besar yakni, mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dan melakukam hilirisasi industri. Jokowi menuturkan SDM disiapkan untuk memasuki pangsa kerja dengan produktif, 28/10/2023 (Liputan6).
Jika melihat semangat anak muda memang tidak akan pernah habisnya, pasti ada banyak semangat positif yang bisa diapresiasi dari sana. Bahkan Indonesia yang sekarang seperti inipun hasil dari sumbangsih semangat pemuda pada era sebelum saat ini. Menelaah beberapa tahun ke belakang lebih tepatnya 95 tahun yang lalu, semangat pemuda yang berkobar ini diabadikan dalam satu sejarah Indonesia yaitu "sumpah pemuda". Tujuan dari pemuda-pemuda berkumpul dan membuat kesepakatan ini adalah untuk menjadikan Indonesia lebih baik dan menyingkirkan perbedaan yang ada untuk fokus kepada kemerdekaan Indonesia.
Potensi Pemuda
Pemuda identik dengan semangat membara, pencetus ide inspiratif, kuat, kreatif dan banyak potensi unik lainnya. Yang pasti jika kita berbicara tentang potensi pemuda, pasti nggak ada habisnya. Memang itulah ciri khas dari pemuda. Maka tak heran jika presiden RI Jokowi menyampaikan Indonesia pada tahun 2045 mempunyai peluang untuk mencapai Indonesia emas, salah satunya dengan menyiapkan SDM. SDM yang dimaksudkan salah satunya adalah SDM pemuda. Wajah Indonesia bahkan dunia, baik atau buruk tergantung pada pemudanya.
Sedikit melihat kebelakang akan kemajuan dunia, salah satunya di prakarsai oleh pemuda. Bahkan salah satu penakluk kota ternama di dunia diprakarsai oleh pemuda. Muhammad al-Fatih nama yang tak asing lagi ditelinga kita akan kegemilangannya dalam mengatur strategi untuk menaklukkan kota konstantinopel. Kota ini memiliki julukan kota yang sulit ditembus, bahkan oleh generasi sebelum beliau. Namun Muhammad al-Fatih berhasil membuktikan semangatnya dalam menaklukkan.
Jika kita biasa mendengar penemu-penemu dari barat, ternyata islampun memiliki pemuda yang sumbangsihnya jauh lebih hebat ketimbang penemu barat. Dalam bidang kedokteran ada Ibnu Sina, di bidang penerbangan ada Abbas Bin Firnas, di bidang optik terdapat Ibnu Al Haytham dan masih banyak lagi. Selain karena potensi pemuda yang mereka punya, mereka berkarya sedemikian hebat tujuannya semata-mata untuk mempermudah dalam beribadah kepada Allah SWT.
Potensi pemuda jika akan dioptimalkan maka akan luar biasa dalam memajukan suatu negara bahkan peradaban. Standarnya pun tidak boleh asal-asalan dalam mempoles potensi pemuda yang demikian luar biasa ini. Jika salah dalam membuat standar maka negara/peradaban bukannya maju justru akan semakin mundur kebelakang.
Maka benar apa yang dikatakan presiden RI Jokowi bahwa jika ingin negara Indonesia maju menjadi emas yaitu salah satunya harus menyiapkan SDM. Namun sayang rasanya jika kemajuan Indonesia hanya dipatok dari segi materi semata, karena banyak fakta diluar sana banyak negara dengan pertumbuhan ekonomi baik namun jiwa-jiwa SDM nya lemah, sehingga banyak juga yang bunuh diri.
Saya yakin indonesia bukan negara pembebek, namun negara yang akan menjadi super power jika menyiapkan SDM Indonesia dengan standar Islam. Bukan menggunakan standar manusia apalagi standar barat yang syarat akan kepentingan semata. Standar Islam bukan hanya untuk muslim namun bisa juga digunakan untuk memoles pemuda dengan agama selain dari Islam, karena Islam adalah agama yg rahmatan Lil Al-Amin.
Maka tidak heran jika dahulu Islam pernah jaya selama 13 abad atau setara dengan 1.300 tahun yang berakhir di Turki. Standar yang digunakan bukan standar manusia apalagi barat, namun menggunakan standar sang pencipta yaitu Allah SWT. Tidak heran banyak penemu-penemu, ulama, bahkan tokoh politik terkenal di dunia. Bahkan banyak negara yang takluk ingin dipimpin oleh Islam itu sendiri. Namun kemunduran mulai terjadi saat islam mulai ditinggalkan, standar manusia dan barat digunakan dalam memoles atau menyiapkan pemuda dalam menjalankan suatu negara, contohnya ada pada kepemimpinan Islam terakhir di Turki. Mereka silau terhadap barat, mereka silau akan standar kebebasan, standar manusia yang digunakan. Kehancuran demi kehancuran terjadi pada masa kepemimpinan Turki Usmani karena Islam mulai ditinggalkan.
Cukup menjadi pembelajaran yang berharga akan sejarah kelam 1924 tentang standar Islam ya.g ditinggalkan, salah satunya menjadikan Islam sebagai sta.dar dalam mendidik atau memoles potensi pemuda. Dan menjadi pembelajaran sekaligus pengingat buat kita akan sejarah 28 Oktober akan semangat pemuda itu luar biasa, hingga dapat menyatukan banyak perbedaan demi menjadikan negara maju.
Jangan adalagi pembajakan potensi pemuda, cukup sejarah kemarin-kemarin menjadi pembelajaran. Menjadi lebih baik bukan menggunakan standar manusia namun menggunakan standar sang pencipta mahluk. Yaitu Allah SWT.
Wallahu a'lam
Post a Comment