Umur Indonesia semenjak merdeka terhitung mulai menua, banyak tantangan dan rintangan dilalui bersama masyarakat. Suka, duka menjadi satu dalam rasa yang mengharu-biru. Semenjak penjajahan Belanda, Inggris dan sekutu menjajah Indonesia, rakyat bahu membahu membebaskan tanah air dari tangan bengis para penjajah.
Semangat terus dikobarkan oleh para pemimpin-pemimpin, dentuman bom menjadi suara menyakitkan bagi rakyat Indonesia. Rasa sakit karena kehilangan kehormatan, kehilangan harta benda, nyama terus menusuk dada. Hingga akhirnya semangat rakyat Indonesia membara ketika dikobarkan terus-terusan oleh bung Tomo, Gubernur Suryo, KH. Hasyim Asyari, HR Mohammad Mangundiprojo, Mayjen Moestopo, Abdul Wahab Saleh dan Mayjen Sungkono.
Perlu rasanya kita ingat kembali peristiwa bersejarah ini, peristiwa yang penuh akan semangat juang melawan para penjajah. Yang mana semangat ini mulai luntur oleh kesenangan dunia yang membius rakyat Indonesia. 10 November menjadi peristiwa berdarah dan bersejarah, pasalnya para pahlawan berhasil membakar semangat rakyat untuk berjuang sampai titik darah penghabisan karena penghianatan penjajahan Inggris untuk gencatan senjata semenjak Indonesia dinyatakan merdeka. Bentrok rakyat dengan tentara Inggris pada tanggal 30 Oktober dengan meninggalkannya Brigadir Jenderal Mallaby. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara tak kenal menyerah yang ditunjukkan rakyat Surabaya, membuat Inggris serasa terpanggang di neraka dan membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai kota pahlawan.
Jika dahulu kita dijajah secara nyata, saat inipun kita sedang dijajah namun dengan cara yang halus. Karena mereka (para penjajah) tau jika menjajah Indonesia dengan cara kasar (hard) pastilah mereka akan kalah dan mendatangkan kerugian yang tidak sedikit. Terbukti Indonesia punya semangat jihad, semangat yang ditularkan oleh para kiai dan pimpinan dalam melawan penjajah. Menggunakan bambu runcingpun Indonesia bisa menang, namun kondisinya saat ini berbalik. Kita kalah telak. Kita dijajah namun kita memberi sumbangan besar kepada para penjajah bahkan memberi karpet merah untuk mereka. Neo-Imperialisme (penjajahan gaya baru) didesain sedemikian rupa hingga rakyat menerima dengan lapang dada. Semua ajaran barat dimasukkan ke Indonesia, yang dimulai dari mengganti dasar panutan Indonesia (Standar sang pencipta kepada standar manusia), kebebasan dalam segala aspek hingga hingar bingar yang melalaikan kita akan penjajah yang lebih parah sedang terjadi di bumi Pertiwi ini. Kapitalisme, demokrasi, feminisme, liberalisme dan isme-isme lain yang bukan dari Islam telah terinstall dalam benak masyarakat. Terbukti dari tidak adanya perlawanan saat terjadi kedzaliman menimpa saudaranya.
Maka saat ini kita membutuhkan pahlawan yang sesungguhnya, bukan seorang yang pandai bermain peran untuk menjadi pahlawan. Pahlawan yang siap terdepan dalam menghadapi para penjajah yang dzalim. Pahlawan ini tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa ada persiapan yang matang. Maka melahirkan pahlawan yang sesungguhnya menjadi kewajiban bagi kita dalam mempersiapkan kemenangan. Dalam Al-Qur'an pun dijelaskan bagaimana kita harus beriktiar menjemput kemenangan, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)" Q.S. Al-Anfal: 60.
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah, menjelaskan ayat diatas sebagai berikut:, Setelah Allah mewajibkan Rasulullah untuk menghancurkan kaum yang melanggar perjanjian dan membatalkan perjanjian dengan kaum yang dikhawatirkan akan melanggar perjanjian; maka kemudian Allah memerintahkan untuk menyiapkan diri untuk menghadapi orang-orang kafir, dengan berfirman: “Dan siapkanlah untuk menghadapi orang-orang kafir harbi segala yang dapat kalian mampu, seperti kekuatan, senjata, dan semisalnya yang dapat digunakan untuk memerangi mereka.” Termasuk di dalamnya adalah segala jenis produk dari berbagai macam senjata hingga politik yang dapat menjadikan kaum muslimin maju dan dapat membela diri dari serangan musuh.
Jika berharap kepada negara dalam menghadapi musuh nampaknya sangat tipis kemungkinan bisa terjadi, faktanya merekapun menjadi antek dari penjajah dalam mengeruk SDA (Sumber Daya Alam) negara ini. Yang dapat kita upayakan yaitu melatih diri menjadi generasi pejuang dan melahirkan "The Real Hero" bagi Indonesia dan dunia.
Caranya yaitu bisa dimulai dari diri sendiri dan keluarga, yang paling efektif memang dengan negara yang menerapkan tips-tips berikut. Adapun point- point'nya sebagai berikut:
Pertama: menguatkan akidah dalam diri dan keluarga. Meyakini bahwa Allah SWT ada zat Illah bagi manusia, yang dengannya memberi peraturan untuk hambanya agar bertakwa dengan sebenar-benarnya. Menjalankan semua yang diperintahkan dan menjauhi semua yang dilarang, tanpa perkecualian. Sadar bahwa tujuan diciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya semata (Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56).
Kedua: penguasaan ilmu dan tsaqaafah yang senantiasa di upgrade. Tanpa ilmu, kita tidak mungkin bisa mengerjakan amal kebaikan. Ali-alih ingin mendapat balasan pahala dan surga, justru yang ada adalah penyesalan. Ini sebagaimana digambarkan Allah Swt. dalam firman-Nya. (Q.S. Al-Ghashiyah [88]: 1–4).
Ketiga: memahami betul bahwa Islam harus diemban oleh semua orang tanpa pengecualian. Menjadikan Islam sebagai ideologi yang dengannya menjadi cara pandang dalam menilai sesuatu atau dalam mengambil tindakan. Dan Islam bukan sekedar agama untuk diterapkan secara individu semata harus diemban dan disebarluaskan.
Keempat: menghiasi diri dengan karakter pejuang, yakni tangguh, berani, keyakinan kuat, dan lainnya. Pejuang (pahlawan) bukanlah pecundang yang akan lari dari medan perang jika bertemu musuh. Bukan pula yang tidak berani menyampaikan kebenaran ketika tekanan dan kesulitan mengancam. Para pejuang ialah ia yang senantiasa kokoh, tidak mudah berbelok arah manakala ada iming-iming dan harapan yang menggiurkan ada didepan mata.
Pejuang adalah orang yang maju ke medan tempur karena dasar iman. Istikamah dalam ketaatan pada syariat. Berani dalam kebenaran, apa pun resikonya, karena yakin atas pertolongan Allah. Tetap kukuh memegang misi perjuangan, karena hanya dengan itulah kemuliaan hidup akan didapatkan. Dari beberapa point' diatas, apakah kita sudah memilikinya? sudahkah kita menjadi The Real Hero? atau sebaliknya?.
Kalau saja belum terinstal kekuatan ideologi Islam dalam diri kita, maka segeralah menginstal sebelum semua kenikmatan juga kesempatan berjuang ditutup oleh Allah SWT. Karena meninggal adalah pemutus kenikmatan juga kepayahan hidup di dunia. Namun, yakinlah semakin cepat kita menginstal ideologi Islam dalam diri kita, maka kemenangan akan segera kita raih (QS An-Nur [24]: 55).
Wallahu a'lam.
Post a Comment