Dilansir dari Jakarta, CNN Indonesia -- Agresi Israel yang semakin membabi buta ke Jalur Gaza imbas peperangannya dengan Hamas kian mematik reaksi milisi pendukung Palestina di Timur Tengah untuk ikut melancarkan tindakan balasan.
Terbaru, milisi Hizbullah di selatan Lebanon menembakkan puluhan roket ke Kota Kiryat Shmona Israel pada Kamis (2/10).
Pemberontak Houthi di Yaman juga meluncurkan dronenya untuk menyerbu Israel pada Selasa (31/10).
Serangan-serangan dari sejumlah milisi di berbagai wilayah terjadi pasca juru bicara Brigade Al-Qass4m, sayap militer H4m4s Palestina, Abu Ubaidah menyampaikan konferensi pers terkait aksi bombardemen entitas Yahudi ke Gaza.
“Kami menyampaikan salam kepada orang-orang hebat kami di mana pun mereka tinggal, kepada para pejuang kami di semua arena, kepada para pejuang di semua lini, dan kepada pemberontak yang menolak agresi Zionis di seluruh penjuru dunia,” ujarnya.
Pengkhianatan para Pemimpin
--
Serangan milisi dari berbagai wilayah merupakan aksi nyata yang terbentuk dari kesadaran umat sebagai seorang muslim bahwa sesama muslim adalah bersaudara dan pembelaan terhadap Palestina adalah wajib. Sudah seharusnya negara menjadi garda terdepan dalam mengirimkan tentaranya untuk membela Palestina. Sayangnya, alih-alih mengirimkan tentara, para penguasa muslim malah berkhianat dengan mengabaikan apa yang terjadi pada saudaranya sendiri.
Seperti Arab Saudi beserta produsen minyak bumi lainnya, mereka menolak usulan Iran untuk melancarkan embargo minyak ke “negara” entitas Yahudi itu. Walaupun pemerintahannya mengecam perbuatan entitas Yahudi atas Palestina, tetapi normalisasi hubungan Arab dengan mereka masih saja dipelihara. Bahkan, Riyadh Season pada 28-10-2023 digelar besar-besaran di tengah gempuran rudal kepada warga Palestina.
Turki tidak jauh berbeda. Saat Erdogan menggelar aksi besar-besaran untuk mengutuk serangan entitas Yahudi ke Palestina (28-10-2023), ia tidak mengatakan memutus hubungannya dengan entitas Yahudi, bahkan menyerukan “two-state solution” yang itu berasal dari AS. Bukankah itu artinya Erdogan sedang melegitimasi perampasan 80% wilayah Palestina oleh entitas Yahudi?
Bagaimana dengan Indonesia? Lagi-lagi tidak ada beda. Saat Jokowi mengecam serangan entitas Yahudi terhadap Palestina, pada saat yang sama, kerja sama dagang Indonesia dengan mereka terus saja berjalan. Menurut data BPS, nilai ekspor Indonesia ke entitas Yahudi jauh lebih besar dari nilai ekspor Indonesia ke Palestina. (Kompas, 15-11-2023).
Sayangnya mengutuk dan mengecam yang diberikan tidak sebanding dengan kebijakan para penguasa dinegeri-negeri yang memberi kebijakan. Seandainya penguasa negeri-negeri muslim bersatu dan mendukung dengan memberikan bantuan militer kepada Palestina maka konflik ini tidak akan lama.
pembelaan dan bantuan yang dibutuhkan oleh warga Palestina bukan sembarang pembelaan sebagaimana yang dilakukan oleh penguasa negeri Muslim yang hanya melakukan kecaman, kutukan, dan menyerukan penghentian perang tanpa aksi nyata atau membentuk hubungan kerjasama seluruh negeri muslim membela Palestina.
Sayangnya, Penguasa negeri-negeri muslim hari ini tidak kunjung mengirimkan bantuan militernya walaupun sangat mampu. Sekat nasionalisme telah menghilangkan ikatan Aqidah antara sesama muslim. Mereka lupa bahwa kaum muslim adalah satu tubuh.
Sekat nasionalisme biang kerok
Nasionalisme telah membatasi Upaya membela Palestina hanya dengan kecaman semata. Bahkan abai pada realita perang yang terjadi antara nmegara melawan Hamas. Padahal perang haruslah negara melawan negara.
Kelompok muslim menyadari kewajibannya untuk membela Palestina, saudara sesama muslim yang sedang teraniaya, meski negara bersikap berbeda
Umat Islam ibarat satu tubuh, sehingga satu keharusan membela Palestina yang teraniaya.
keharusan membela Palestina yang teraniaya. Rasulullah ï·º mengingatkan kita dalam sabdanya;
“Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya – kepada musuh. Barang siapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barang siapa melapangkan kepada seseorang muslim akan satu kesusahannya, Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang menutupi cela seseorang muslim, Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat.” (Muttafaq‘alaih).
Negara seharusnya berperan lebih nyata mengikuti Langkah milisi
Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi Ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaan dan menghilangkan nyawa kaum muslim
Negara Islam akan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah bukan malah diam dan menonton.
Mesir contohnya Hanya karena problem ekonomi, Mesir menolak pengungsi Palestina. Bahkan, dengan tegas ia mengatakan jika membuka Pintu Raffah dengan bebas, berarti Mesir sedang mencederai perjanjian damainya dengan entitas Yahudi yang sudah terbangun sejak 1979. Bukankah itu artinya Mesir dengan tegas berdiri di pihak entitas Yahudi? Astagfirullah!
Nasionalisme juga telah menyandera para pemimpin negeri muslim dan menjadikannya antek yang siap mengikuti perintah tuannya, AS. Para pemimpin muslim mengabaikan fakta bahwa peperangan Zionis Yahudi dan H4m4s bukanlah peperangan yang berimbang. Milisi H4m4s merupakan organisasi militer yang independen yang terbentuk dari masyarakat dan tidak didukung oleh negara mana pun. Sedangkan militer entitas Yahudi didukung oleh negara dan dibantu oleh negara adidaya. Tentu pertarungan yang sangat tidak berimbang.
Kekuatan Negara
--
Oleh karenanya, pembebasan Palestina membutuhkan tindak nyata sebuah negara, bukan sebatas milisi semata. Para penguasa harusnya mengikuti langkah para milisi sebab negara memiliki kekuatan besar untuk bisa memberikan tindakan nyata. Hanya saja, tindakan nyata ini—dengan mengirimkan tentara dan senjata kepada Palestina—tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa adanya persatuan umat muslim.
Apabila kita menakar dari segi kekuatan, sesungguhnya potensi umat muslim sangat besar. Andai negeri-negeri muslim bersatu, niscaya entitas Yahudi mampu dikalahkan beserta dengan negara penyokongnya, yaitu AS.
Setidaknya ada tiga potensi yang sangat Barat takuti jika kaum muslim bersatu. Pertama, potensi demografi dan militernya. Peradaban Barat yang tidak sesuai fitrah manusia menjadikan banyak negara Barat mengalami depopulasi akibat masifnya elj*biti dan fenomena “resesi seks”, misalnya. Sebaliknya, pertumbuhan populasi di negeri-negeri muslim naik pesat walau genosida terjadi di berbagai etnis muslim.
Tidak ada cara lain, solusi tuntas membutuhkan kekuatan besar, yang hanya akan terwujud melalui tegaknya institusi Islam. Umat harus bangkit dari tidurnya yang panjang. Dengan dakwah kita kembalikan kesadaran umat agar kembali kepada Islam dan mengakhiri kehidupan sekulernya. Hingga tak ada lagi kata diam saat saudara muslim di belahan bumi lain terzolimi.
Palestina bukan hanya masalah konflik kemanusiaan, tetapi masalah umat Islam seluruh dunia. Keutamaan Palestina yang merupakan bagian negeri Syam, bumi para nabi. Sebagaimana Rasulullah ï·º pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun Kota Baitul Maqdis, kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR At-Tirmidzi).
“Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu.” (QS Al-Baqarah: 191).
Sesungguhnya, ayat di atas telah jelas memerintahkan kepada seluruh umat, termasuk penguasa, untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah kaum muslim Palestina. Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaannya.
Pertolongan yang nyata bagi Palestina sendiri adalah jihad, yaitu mengirimkan bantuan militer, yakni tentara lengkap dengan persenjataannya. Bantuan ini hanya bisa dilakukan oleh sebuah negara, sedangkan negeri-negeri muslim hari ini tersandera oleh negara adidaya AS.
Dengan demikian, haram bagi kita membiarkan Palestina tanpa pembelaan dan pertolongan. Hanya persatuan kamum muslim dalam satu kepemimoinanlah dan Jihad melawan entitas Yahudi solusi nyata menghadapi Zionis laknatullah'alaih. Wallahu’alam bishshawab.
Post a Comment