Berdasarkan catatan angka stunting di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada tiga tahun terakhir menunjukkan persentase masih di atas 20 persen. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 dan 2022 dari Kementerian Kesehatan, angka stunting di Kaltim mengalami kenaikan menjadi 23,9 persen pada 2022, dari sebelumnya pada 2021 sekitar 22,8 persen. Sementara pada tahun 2023 Pemprov Kaltim menargetkan angka stunting sebesar 21,40 persen.(antaranews.com)
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara tak main-main menangani stunting. Wabup Kukar, Rendi Solihin mengatakan, Kabupaten Kukar telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp358 miliar pada tahun 2024. Dana tersebut digelontorkan khusus untuk menurunkan angka kemiskinan dan mempercepat penurunan stunting. Ia mengklaim, penanganan stunting di Kukar sebenarnya telah berjalan maksimal. Berdasarkan catatan pemerintah daerah, kasus stunting pada tahun 2022 turun 14 persen. Tahun ini, angkanya diharapkan turun lagi 1,09 persen. Pemkab menargetkan, Kukar bebas stunting pada 2024 mendatang. (kaltim.tribunnews.com)
Stunting Perkara Penting
Melihat fakta diatas, fenomena stunting tidak boleh dianggap remeh sebab amatlah berbahaya bagi generasi. Bukan hanya terganggunya tumbuh kembang pada fisik melainkan berpotensi juga mempengaruhi kinerja otak anak. Perkara stunting ini pun bukan lagi masalah individu per individu atau keluarga per keluarga, sebab yang terkena stunting juga bukan dua atau tiga anak saja akan tetapi hampir dipenjuru wilayah tanah air ada kasus stunting. Dengan begitu, ada faktor yang mengkondisikan banyak anak-anak akhirnya terkena stunting.
Selanjutnya jika kita lihat, terlepas dari pemberian makan yang kurang atau pola asuh yang salah bukan murni kesalahan orang tua. Tak bisa dipungkiri stunting erat kaitannya dengan masalah ekonomi bahkan bisa dikatakan factor terbesar munculnya stunting ialah karena ekonomi. Bagaimana tidak, realita hari ini bahan pangan mahal, lapangan pekerjaan terbatas belum lagi yang terkena PHK. Sedangkan seorang ayah punya tanggungan anak istri yang harus dinafkahi, maka dengan terpaksa memberi makan anak dengan makanan seadanya yang bahkan tak sehat. Boro-boro mikirin gizi, sehari ada yang bisa dimakan saja sudah sangat cukup bagi mereka.
Dengan begitu, wajar banyak anak yang terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan mengalami gizi buruk dan akhirnya lagi-lagi kasus stunting tak pernah berhenti bahkan terus merangkak naik. Ironinya hal itu terjadi ditengah suburnya Sumber Daya Alam (SDA) di tanah air. Betapa kaya negeri ini, di wilayah Kaltim saja banyaknya perkebunan sawit, tambang batu bara, minyak dsb yang jika dikelola dengan baik hasilnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga Kaltim.
Namun sayangnya, saat ini nampak kekayaan bumi pertiwi belum banyak dirasakan hasilnya oleh anak-anak negeri, sebaliknya justru hari ini dikuasai oleh asing dan pemilik modal yang sedang asyik menikmatinya. Maka, jika begitu kondisi warga pun tak ada perubahan besar, masih sulit mencari kerja, masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, dan anak-anak tidak mendapat asupan gizi maksimal.
Maka, jika benar ingin menekan atau menghapus angka stunting, harus ada penanganan yang serius, stunting persoalan sistemik. Tentu nampak tidak bisa diselesaikan hanya dengan progam yang tidak menyentuh akar masalah. Tidak cukup imbauan satu telur satu hari, tidak hanya menyasar bumil dan calon pengantin. Tetapi perlu peran negara dalam hal mengentaskan kemiskinan, memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk bidang kesehatan dan pendidikan.
Islam Solusi Hakiki
Dalam paradigma Islam, negara adalah khodim al ummah. Yakni pelayannya umat, mengurusi kepentingan dan kemaslahatan umat. Negara bertugas memberi jaminan dan pelayanan. Menjamin penghidupan, kesejahteraan, keamanan, serta kebutuhan dasar rakyat.
Dalam Islam, negara akan menjalankan roda perekonomian sesuai dengan syariah Islam. Mengelola kekayaan alam yang telah Allah berikan untuk rakyat. Kekayaan alam tersebut harus dikelola mandiri oleh negara, tidak dimiliki oleh segelintir individu atau negara asing. Hasilnya sepenuhnya dikembalikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan sisanya menjadi salah satu pos pemasukan keuangan negara untuk membiayai sejumlah layanan yang dibutuhkan rakyat.
Penguasaan Sumber Daya Alam (SDA) oleh negara tersebut menjadikan perekonomian negara akan stabil dan rentan terkena resesi, sebab tidaklagi bergantung dengan negara asing. Sehingga negara mampu memenuhi segala kebutuhan pokok warga negaranya, termasuk pekerjaan akan dijamin penuh oleh negara. Alhasil, para suami atau ayah bisa dengan mudah menjalani kewajibannya dalam mencari nafkah.
Dengan begitu, warga negara bisa hidup dengan tenang tanpa rasa takut dan khawatir sebab seluruh kebutuhan pokoknya sudah dipenuhi negara. Anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan kuat serta mendapat pendidikan dengan kualitas terbaik. Maka, lahirlah generasi emas yang cerdas juga bertakwa kepada Allah membawa manfaat bagi orang lain. Demikianlah, sedikit gambaran jika Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan, niscaya keberakahan dan kedamaian akan datang bagi umat manusia. Wallahu’alam bisshawab.
Post a Comment