Setelah Boikot Produk, Mungkinkah Boikot Pemikiran Rusaknya?



Oleh Hasni Surahman S. Tr. Pi

Aktivis  Muslim


Memasuki hari ke 44 perang antara militan Hamas dengan Zionis, masih terus berlanjut negeri-negeri muslim masih kompak dan satu suara hanya sebatas kecaman belaka. Padahal jumlah korban jiwa terus bertambah, terbaru 12.000 orang dinyatakan meninggal dunia data ini dirilis oleh Kementerian Kesehatan Palestina sesuai laporan dari media online bbc/indonesia 19/11/23.


Padahal duka Palestina adalah duka bagi seluruh kaum muslim di dunia kita diikat oleh ikatan yang satu yaitu ikatan akidah. Namun, realitas begitu menyakitkan negeri-negeri muslim hati dan pikiran mereka terbelenggu oleh batas nation state (nasionalisme), sehingga hanya sebatas kencaman yang dilontarakan oleh penguasa muslim. Kalaupun ada pengiriman bantuan obat dan logistik lainya dan juga upaya diplomasi di PBB yang di seruhkan oleh organisasi OKI dan penguasa muslim lainya tidak bisa meredam penjajahan di Palestina.


Ini realitas yang terjadi lebih dari 75 tahun sejak 1948 hingga hari ini pencaplokan tanah, genosida muslim di Palestina masih berlanjut perang yang tidak berkesudahan. Artinya PBB yang katanya sebagai wadah internasional dalam menyelesaikan konflik bagi seluruh negara telah gagal total. 


Amerika Serikat sebagai pemegang hak veto tertinggi di PBB makin memperparah derita kaum muslim di Palestina, AS negara yang mendukung penuh sekutunya Israel dalam menjajah Palestina. Barat (AS dan Eropa), dua sekutu yang menyatakan berdiri bersama Palestina mereka menyuplai persenjataan untuk Israel.


Hal terbalik justru di lakukan oleh negara Arab dan penguasa muslim mereka seakan abai dan massa bodoh dengan penderitaan saudaranya sendiri. Kerjasama luar negeri, hubungan diplomatik, ekspor impor juga sebagai negara berkembang menjadi alasan terbesar negara muslim tidak menyatakan sikap untuk mendukung Palestina.


Sejak kepemimpinan Islam runtuh (Kekhilafaan Turki Ustmani) 1924, umat Islam terpecah menjadi negara-negara kecil dengan pemimpinya sendiri. Paham nation state (batas negara bangsa), mulai ditanamkan di benak kaum muslim paham ini mengkerdilkan ikatan akidah kaum muslim, sehingga wajar jika penderitan muslim di belahan negeri yang lain tidak digubris oleh muslim lainya. Jika (semua memahami aksi pemboikotan produk dan paham nasionalisme ini tentu akan mudah menyatukan suara umat Islam dengan mendukung kemerdekaan Palestina). 

 

Jika melihat dengan jernih dan dengan kacamata keimanan akan penjajahan Palestina maka hanya ada satu cara yang bisa menyelesaikan konflik Palestina yaitu dengan kekuatan global yang menyatukan seluruh kaum muslim dalam satu komando (Khilafah Islam). Khilafah Islam akan menjadi kekuatan politik global, memobilisasi jihad besar, dan mempersatukan semua potensi umat Islam dalam satu kepemimpinan. 


Rasulullah saw. bersabda:

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ


Sungguh Imam/Khalifah (Kepala Negara) itu laksana perisai; (orang-orang) akan berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya. (HR al-Bukhari dan Muslim)



اَلدِّيْنُ وَ السُّلْطَانُ تَوْأَمَانِ وَ قِيْلَ الدِّيْنُ أُسٌّ وَ السُّلْطَانُ حَارِسٌ فَمَا لاَ أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَ مَا لاَ حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ


Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar. Dikatakan pula, agama adalah fondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak berfondasi bakal hancur. Apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap (Abu Abdillah al-Qali, Tadrîb ar-Riyâsah wa Tartîb as-Siyâsah, 1/81).


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post