Resolusi Perdamaian PBB untuk Palestina: Tidakkah Kita Belajar?

 


Meski sudah ada resolusi dari Sidang Majelis Umum PBB namun serangan zionis yahudi ke Palestina semakin Brutal. Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dengan tegas menolak resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata dengan Hamas. Ia juga menolak untuk membuka lebar akses pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza (Republika/ 31/10). Sebaliknya Militer zionis Yahudi melancarkan operasi darat skala penuh di Jalur Gaza per Jumat (27/10). Pasukan militer mengerahkan berbagai tank, buldoser, infanteri, serta unit tempur ke daerah kantong itu. Pagar pembatas di kawasan itu tampak jelas telah diterobos sehingga membuktikan bahwa mereka sudah memasuki Gaza dari sana (CNN/02/11). Sementara Amerika tidak berbuat banyak untuk perdamaian di sana karena sejak awal menganggap bahwa pihak entitas Yahudi memiliki hak untuk membela diri. 


Permainan Perdamaian PBB 

Warga Palestina tidak membutuhkan sekedar kata seperti hasil Sidang Majelis Umum PBB yang jelas menyerukan gencatan senjata. Tentu hal ini membutuhkan aksi lanjutan. Sayangnya dalam aturan PBB hasil Sidang Majelis Umum tidak memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum (legally binding) terhadap negara-negara bersangkutan tidak seperti hasil sidang Dewan Keamanan PBB yang bersifat mengikat. Itu artinya tidak ada keharusan untuk mengimplementasikan kesepakatan yang diperoleh dari SMU PBB.  


Adapun resolusi genjatan senjata ini juga diajukan setidaknya oleha Rusia kemudian oleh Brasil dalam DK PBB namun sayangnya ditolak oleh negara anggota tetap PBB lain yaitu Amerika. Di sisi lain Amerika mengajukan resolusi penghentian kekerasan sementera waktu agar bantuan kemanusiaan bisa masuk. Namun ini pun ditolak oleh Rusia dan China menggunakan hak veto mereka.  


Pada akhirnya hingga saat ini belum ada tindakan nyata dari dunia internasional terhadap genosida yang dilakukan zionis Yahudi terhadap rakyat sipil Palestina. Di dalam PBB sendiri resolusi seolah mengikuti selera suka dan tidak suka negara besar pemilik hak veto bukan solusi nyata yang dibutuhkan. Anak-anak, bayi, perempuan dan rakyat sipil tak bersalah terus menjadi korban pembataian ini. Adapun dari PBB setidaknya sudah tercatat kurang lebih 30 resolusi PBB untuk perang puluhan tahun ini tak sedikit pun membawa rakyat Palestina pada keadaan yang lebih baik. Tidakkah kita belajar dari sini?


Bukan Sekedar Masalah Kemanusiaan 

Pesatnya informasi di media sosial dan internet tidak bisa menghalangi dunia dari fakta yang sebenarnya terjadi di Palestina. Meski narasi kebohongan melawan terorisme terus digaungkan zionis Yahudi dan negara pendukungnya, rakyat dunia jauh lebih cerdas. Jelas yang dilakukan mereka adalah pembantaian tanpa pandang bulu terhadap rakyat sipil. Pada akhirnya terlepas apapun agamanya demo pro-Palestina pecah di berbagai penjuru dunia sebagai aksi solidaritas kemanusiaan. Mereka mengharapkan kedamaian untuk seluruh manusia termasuk rakyat Palestina.


Perlu disadari bahwa zionis Yahudi menduduki tanah Palestina tidak bisa dilepaskan dari ambisi agama mereka yang meyakini Tanah Palestina sebagai tanah leluhur mereka yang harus direbut kembali. Keinginan mereka sudah ada sejak jaman Kejayaan Islam, sayangnya keberadaan khalifah dan persatuan umat menghempaskan ambisi ini. Setelah runtuh kekhilafahan Utsmani pada 1924 dengan sokongan Inggris dan Perancis barulah Gerakan Zionis Yahudi ini mampu bergerak bebas. 


Oleh karena itu, sebagai seorang muslim perlu memandang konflik ini dari kaca mata agama bukan sebatas kemanusiaan. Apa yang dilakukan zionis Yahudi adalah penjajahan terhadap saudara muslim kita, perampasan hak atas kaum muslim, serta penghinaan terhadap agama Islam. Pembelaan kita kepada muslim Palestina bukan sekedar rasa kemanusiaan namun konsekuensi akidah dan ukhuah Islam. 


Rasulullah ﷺ juga mengingatkan dalam sabdanya, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya – kepada musuh. Barang siapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barang siapa melapangkan kepada seseorang muslim akan satu kesusahannya, Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang menutupi cela seseorang muslim, Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat.” (Muttafaq‘alaih).


Solusi untuk Palestina

Resolusi yang ditawarkan dunia internasional untuk masalah palestina sejatinya tidak pernah mengantarkan rakyat Palestina pada keadilan hakiki. Gencatan senjata pun tidak menjamin raktyat Palestina terbebas dari penyiksaan biadab zionis Yahudi selanjutnya. 


Sebagian besar solusi terpusat pada tercapainya perdamaian di bumi palestina. Resolusi gencatan senjata, solusi dua negara (nation-states), hingga perdamaian tiga agama di Yarussalem dengan Abraham accord menjadi harapan atas perang ini tidak juga membawa perdamaian apalagi mengembalikan hak-hak rakyat Palestina yang telah dirampas. Semua solusi yang ditawarkan sarat akan pandangan moderasi yang mendorong kaum muslim untuk berpikir bahwa palestina dan Baitul Maqdis bukan hanya milik umat muslim dan itu urusan muslim Palestina. 


Jika saat ini AS dan negara-negara Barat saja tidak ragu untuk membela zionis Yahudi dan memberikan dukungan atas penyerangan yang dilakukannya, lalu mengapa penguasa negeri-negeri muslim tidak melakukan hal yang sama terhadap Palestina? Padahal para penguasa dan militer muslim di sekitarnya seperti Mesir, Yordania punya kekuatan melebihi kekuatan musuh dan mampu mengusir para penjajah tersebut. Allah swt berfirman :

 وَإِنْ اسْتَنْصُرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْرُ

“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka.” (TQS Al-Anfal [8]: 72).


Ketika kaum muslim Palestina tidak mampu untuk mengusir kaum penjajah maka kewajiban berjuang dalam jihad meluas ke wilayah-wilayah sekitarnya. Sudah sepantasnya penguasa muslim memobilisasi kekuatan militer untuk melawan penjajahan di negeri saudaranya.  


Sesungguhnya penderitaan kaum  muslim Palestina dimulai Ketika tidak ada lagi perisai umat, persataun dalam naungan sistem pemerintahan Islam yang melindungi hak dan kehormatan umat. Kaum muslim diseluruh dunia terpecah dalam nation state disibukkan dengan urusan internal Negara dan hutang masing-masing yang tak berujung. Selayaknya umat muslim di negeri-negeri Islam bersatu dalam satu kekuatan, satu ikatan, dan satu kepemimpinan bukan berharap pada solusi dan perjanjian PBB. Maka menyeru pada persatuan umat untuk terwujudnya institusi politik Islam sangatlah penting. Kekuatan ini yang nantinya akan memobilisasi kekuaratan militer ke Palestina dengan kekuatan yang seimbang. 

Wallahu’alam

Post a Comment

Previous Post Next Post