Aktifis Dakwah, Mahasiswa, Guru
Kerusuhan antar dua kelompok pendukung partai politik, kembali terjadi. Kali ini terjadi diMuntilan, Magelang, Jateng. Kedua kelompok yang merupakan simpatisan PDIP dan GPK saling lempar batu dijalan pemuda, muntilan, magelang yang awalnya dipicu adanya pelemparan batu oleh salah satu kelompok yang mengenai kelompok lain hingga menimbulkan dendam. Kabid Humas Polda Jateng Kombes Satake Bayu menyebutkan kejadian berawal pukul 15.20 Wib saat massa Laskar BSM PDIP hendak pulang ke Jogja usai menghadiri kegiatan di Mungkid, Magelang. “sesampainya di Batikan Pabelan Kec. Mungkid terjadi gesekan dengan lascar GPK militant, yang menyebabkan terjadinya luka akibat lemparan batu, disekitaran DPC PDIP Prumpung Muntilan, massa GPK mengadang Laskar BSM PDIP. Akhirnya bentrok pecah dan saling melempar batu” katanya saat dikonfirmasi, minggu (15/10) (dikutip dari detikJateng (16/10))
Selain aksi lempar batu, kerusuhan itu merembet pada pembakaran yang dilakukan oleh massa terhadap enam unit sepeda motor. Peristiwa ini juga viral dimedia social, sejumlah video beredar dimedia social, salah satunya akun @magelangku.id. dalam video tersebut terlihat bentrok antar kedua kelompok. Kedua kelompok saling serang dan lempar batu, salah satu kelompok dipukul mundur oleh kelompok lainnya, di video tersebut juga terlihat massa membakar motor. Meskipun tidak ada korban jiwa, konflik antara dua kubu ini memang rawan terjadi menjelang pemilu 2024. Momen pemilu memang berpotensi menimbulkan gesekan antar pendukung atau menimbulkan kecintaan figuritas pada sosok yang mereka dukung.
Figuritas terhadap sosok atau parpol akan memudahkan munculnya konflik. Pemilunya sesaat tapi konflik yang ditimbulkan bias berkepanjangan. Hal ini disebabkan ketika dukungan kepada figure public atau parpol hanya berdasarkan pada ikatan kelompok, yang hanya memandang “Pokoknya kelompoknya yang paling benar”. Dalam demokrasi, pemilu dianggap sebagai arena hidup dan mati. Siapa yang memenangi pertarungan, ialah pemenangnya. Setelah mendukung sampai titik darah penghabisan, pendukungnya dilupakan.
Hal ini sebenarnya disebabkan karena masyarakat belum memiliki pemahaman yang benar atas arah dan tujuan partai sehingga menjadi landasan kuat untuk mendukungnya. Sehingga perselisihan kerab terjadi diakar rumput (rakyat sebagai simpatisan). Sedangkan dikalangan elite partai yang akan bertarung dalam kontestasi pemilu justru bekerjasama untuk mencapai tujuan. Sehingga dalam demokrasi ada ungkpan “ Tidak ada teman sejati, atau tidak ada musuh abadi” yang ada hanyalah “Kepentingan abadi”. Inilah yang menjadi prinsip partai-partai dalam system demokrasi sebab politik dalam pandangan demokrasi adalah meraih kekuasaan setinggi – tingginya sehingga politik demokrasi identik dengan politik kepentingan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Rakyat hanya dimanfaatkan suaranya untuk kepentingan para elit partai untuk ambisi meraih kekuasaan yang menyengsarakan rakyat. Hal ini terbukti dengan kebijakan yang dikeluarkan sangat jauh dari upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Rakyat atau umat juga harus paham bahwa realita parpol dalam demokrasi bersifat prakmatis bukan idealis. Idealisme bukan menjadi pertimbangan dalam setiap kebijakan parpol, tetapi justru manfaat lah yang diambil parpol pada setiap keputusannya. Sehingga hal ini sangat merugikan masyarakat yang mengedepankan fanatisme terhadap partai tertentu. Oleh karena itu rakyat harus benar – benar paham realita politik demokrasi agar tidak terjebak dalam perselisihan.
Dalam islam parpol berperan dalam melakukan perubahan ditengah masyarakat, membentuk kesadaran dan pemahaman plitik yang benar. Politik disini bermakna mengurus urusan umat. Tujuannya adalah untuk mengkader umat dengan pemahaman yang benar sesuai pandangan islam. Parpol berdiri tidak hanya sebagai wadah aspirasi suara rakyat tapi juga melakukan koreksi terhadap kebijakan penguasa, melakukan akivitas amar ma’ruf nahi munkar pada penguasa juga untuk membela kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Parpol juga sebagai penyambung aspirasi rakyat dalam rangka membangun keadaran penguasa ketika menjalankan tugas dan amanahnya. Sehingga arah dan tujuan terbentuknya parpol haruslah terikat dengan aturan islam, bukan kepentingan individu atau golongan, dan senantiasa bersandar pada ikatan yang benar yaitu aqidah islam.
Wallahu alam bisowab
Post a Comment