Oleh Sahna Salfini Husyairoh, S.T
Aktivis Muslimah
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sebanyak 6.546, termasuk 2.704 anak-anak menjadi korban tewas di Gaza. Sementara korban tewas di wilayah Tepi Barat ada 103, termasuk 30 anak-anak dan 1 perempuan. Korban tewas Palestina 500 kali lipat dari Israel (dikutip media online cnbcindonesia, 26/10/23). Bahkan hingga saat ini ditutup akses internet dan telepon untuk Palestina, sehingga warga memberi kabar melalui pengeras suara dari masjid.
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sehingga sebagai seorang muslim sedih sekali melihat kabar ini, apalagi yang terluka yaitu saudara yang seiman dan seakidah. Kemarahan terhadap Israel yang tidak tahu diri atas ulahnya yang merebut tanah kaum muslimin terutama Palestina, membunuh kaum muslimin, mengakui bahwa tanah yang ditempati saat ini merupakan tanah yang dijanjikan kepada Israel.
Kesedihan ini membuat kaum muslimin mengirimi bantuan donasi, logistik, kiriman doa, dan sikap kecaman dengan kezaliman yang dilakukan Israel. Saudara muslim di Palestina memang butuh bantuan itu semuanya secara praktis dan jangka pendek.
Kalau mendalami akar masalahnya. Israel adalah penjajah yang ditaruh di Palestina. Israel itu dilahirkan oleh negara Inggris yang merupakan negara adidaya pada saat itu. Setelah Perang Dunia II, Israel dirawat oleh Amerika sebagai negara superpower saat ini melalui Deklarasi Balfour, Israel dipersilakan masuk oleh komunitas global ke tanah kaum muslimin Palestina.
Hal ini terjadi dimulai kepemimpinan Islam hilang, khilafah yang selama 1300 tahun menjaga tanah-tanah kaum muslim telah hancur hingga saat ini. Khilafah diruntuhkan oleh Yahudi antek Inggris, Mustafa Kemal laknatullah. Tangan Mustafa Kemal berlumuran darah kaum muslimin karena menghapus institusi khilafah melalui intrik-intrik liciknya. Sehingga hal ini membuat negara-negara kapitalisme berlagak pongah dengan Palestina.
Pada tahun 1944, Kementerian Luar Negeri Amerika mengatakan bahwa Timur tengah merupakan sumberdaya kekuatan strategis. Sehingga adanya Israel di Palestina diatur dan dipelihara untuk kepentingan Amerika. Kemudian negeri-negeri muslim lainnya hanya sekadar mengecam dan tidak mengirimkan bantuan militernya karena harus patuh dengan Amerika. Jadi konflik Palestina ini agenda busuk kapitalisme negara Amerika.
Saudara muslim di Palestina butuh lebih dari sekadar bantuan praktis. Warga Palestina membutuhkan pertolongan militer untuk melawan tentara Israel, seperti tentara panglima Shalahuddin Al Ayyubi. Tentara yang membebaskan Palestina. Tentara seperti ini hanya ada dalam sistem kepemimpinan Islam yaitu khilafah. Sebuah negara yang memiliki power mengalahkan kekuatan Amerika di dunia internasional. Khilafah akan menjadi perisai bagi kaum muslimin.
Rasulullah saw. bersabda bahwa, "Sesungguhnya pemimpin itu adalah perisai, mereka berperang dari belakangnya, dan merasa kuat dengannya. Jika pemimpin itu memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah; dan ia berlaku adil, maka bagi mereka pahala. Tetapi jika mereka memerintahkan selainnya (bukan hal yang baik), maka mereka mendapatkan dosa dari perintah itu." (HR Bukhari, Sahih Bukhari, Jilid 3, halaman1080). Ketika Khilafah tegak akan langsung mengirim pasukannya untuk menolong kaum muslimin Palestina dari penjajahan Israel, karena Israel telah banyak menumpahkan darah kaum muslimin.
Sehingga sebagai generasi muda atau disebut dengan istilah Gen Z harus mengembalikan kejayaan Islam itu kembali ada di tengah kaum muslimin dengan senantiasa mengkaji Islam kaffah, bersama dengan kelompok dakwah ideologis yang metode dakwahnya mengikuti dakwah Rasulullah saw., kemudian bedakwah kepada masyarakat untuk kembalinya kehidupan Islam tersebut.
Wallahualam bissawab
Post a Comment