Oleh Ana Ummu Rayfa
Aktivis Muslimah
Setelah kekeringan panjang akibat dampak El Nino, saat ini Indonesia khususnya daerah Kabupaten Bandung sudah mulai memasuki musim penghujan. BMKG memprediksi musim hujan mulai datang secara tidak merata pada beberapa wilayah dan akan mencapai puncaknya pada Januari dan Februari 2024. (media online detik)
Curah hujan yang tinggi saat ini tentu membawa dampak bagi masyarakat Kabupaten Bandung yang karakteristik wilayahnya berada pada dataran rendah dan pegunungan tinggi. Potensi bencana yang terjadi adalah banjir, longsor, dan banjir bandang. Masyarakat Kabupaten Bandung sendiri sepertinya sudah akrab dengan banjir. Setiap memasuki musim penghujan, beberapa wilayah yang berada pada dataran rendah harus selalu bersiap untuk menerima kedatangan banjir ini, seperti Dayeuhkolot, Baleendah, Bojong Soang, dan Majalaya. Jangkauan wilayah yang terdampak banjir setiap tahunnya makin meluas dengan ketinggian air yang semakin meningkat. Banjir membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat, terutama dalam bidang ekonomi. Banjir yang kerap datang mengakibatkan terputusnya jalur transportasi, yang tentu saja memutuskan aktivitas masyarakat, juga mengakibatkan menumpuknya kendaraan pada ruas-ruas jalan alternatif.
Kepala BPBD Kabupaten Bandung, Cakra Amiyana mengatakan bahwa pihaknya telah menggelar apel siaga untuk antisipasi dan mitigasi bencana. Selain itu pihaknya juga mengkonsolidasikan di internal lingkungan Pemda Bandung dan jajaran dari Provinsi. Menurutnya, nanti masyarakat siap untuk melaksanakan mitigasi maupun penanggulangan bencana pada saat musim hujan. Di samping itu juga, untuk mendukung program ini, pemerintah sudah mengajukan penambahan anggaran dalam rangka persiapan mitigasi bencana. (media online jabarekspress)
Masalah banjir adalah masalah yang kompleks. Bila ditelaah, curah hujan dan cuaca bukanlah satu-satunya penyebab banjir. Faktor terbesar penyebab banjir adalah aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang tanpa batas dalam mengeksploitasi alam membuat keseimbangan alam menjadi tidak stabil. Dari sinilah terjadi perubahan cuaca ekstrem. Kemudian, keserakahan manusia dalam pembangunan kerap tidak mengindahkan kelestarian lingkungan. Untuk pertumbuhan ekonomi, banyak lahan hijau berubah menjadi beton yang berdiri di atasnya gedung perkantoran dan perumahan, sehingga, hilanglah resapan air. Hilangnya tanah resapan air ini ditambah buruknya kesadaran masyarakat akan kebersihan saluran air menjadi komposisi sempurna sehingga mau tidak mau banjir pun datang menghadang aktivitas masyarakat.
Upaya yang dilakukan selama ini oleh pemerintah Kabupaten Bandung belum bisa menyelesaikan masalah banjir yang telah berlangsung lama dan berulang-ulang, karena upaya yang dilakukan hanya dipermukaan saja, tidak menyentuh pada akar masalah. Upaya mitigasi bencana hanya sekedar mengurangi resiko atau dampak yang ditimbulkan, seperti korban jiwa dan kerugian ekonomi. Bantuan sosial yang diberikan pemerintah pada korban banjir tidak memberikan efek yang signifikan, malah menimbulkan masalah baru akibat pembagian bantuan yang tidak merata. Alhasil, masyarakat akhirnya harus berdamai dengan bencana banjir yang terus berulang dan berupaya mencari solusi sendiri secara individu.
Lalu apakah Islam memiliki solusi efektif dalam mengatasi hal ini? Seperti yang telah dibahas di awal bahwa salah satu akar penyebab banjir adalah aktivitas manusia yang merusak keseimbangan alam. Hal ini telah tercantum dalam QS. Ar Rum ayat 41 yang berbunyi, "Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan akibat dari perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar."
Berdasarkan ayat ini, maka negara dalam Islam tentu tidak akan mengizinkan eksploitasi lahan untuk memenuhi kepentingan sekelompok orang demi meraih pertumbuhan ekonomi. Negara dalam Islam akan senantiasa memperhatikan keseimbangan alam dalam pertumbuhan ekonominya. Selain itu, negara akan membangun saluran-saluran air dan melakukan pengerukan lumpur-lumpur pada saluran air secara berkala agar saat terjadi curah hujan tinggi, pembuangan air tidak akan terhambat sehingga dapat terhindar dari banjir. Hal ini dibuktikan dengan adanya bendungan-bendungan pada masa kejayaan Islam untuk mencegah banjir dan keperluan irigasi. Akidah kuat masyarakat yang dijaga oleh negara akan menumbuhkan kesadaran pada diri masyarakat untuk senantiasa menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Tekhnologi kian hari kian maju. Namun, Islam yang mengedepankan semangat pembangunan ramah lingkungan tentu menjadi akar penting dalam mengurai masalah banjir.Prinsip ini tidak akan ditemukan dalam sistem kapitalis saat ini yang menilai segala sesuatu hanya dari keuntungan materi semata. Islam yang memiliki solusi dalam setiap persoalan kehidupan dapat dirasakan bila aturan yang diturunkan Allah Swt. dalam Al-Quran dapat diterapkan oleh individu, masyarakat, dan negara. Oleh karena itu, hanya sistem Islam yang mampu menghentikan masalah banjir ini sampai ke akar-akarnya.
Wallahualam bissawab
Post a Comment