Sampai saat ini, sudah ribuan kaum Muslimin di Gaza Palestina dibantai secara keji oleh zionis Yahudi. Di media sosial berseliweran foto- foto dan vidio- vidio mengerikan ribuan korban yang berjatuhan. Termasuk foto-foto dan vidio-vidio anak-anak dan bayi-bayi yang amat menyayat hati. Banyak yang terluka parah, kepala pecah dan wajah berlumuran darah. Banyak yang kakinya putus dan tangannya lepas dari tubuhnya.Semua akibat bom-bom yang dijatuhkan secara membabi-buta dan tanpa henti oleh Zionis Yahudi di Gaza.
Agresi brutal dan keji Zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina semangkin menjadi-jadi. Lebih dari 8100 jiwa wafat dan lebih dari 20.242 orang terluka. Serangan entitas Yahudi kini merambah Tepi Barat yang telah merenggut korban luka 2.150 orang.
Sejauh ini para pemimpin Dunia Islam masih membatu.Mereka hanya menjadi macan podium dan macan kertas.Menggertak di mimbar dengan omong besar, tetapi tidak melakukan tindakan nyata menghentikan agresi kaum Zionis.
Kini, sejumlah negara termasuk beberapa negara di Eropa, mulai melakukan Aksi Bela Palestina. Sebab pembantaian yang dilakukan oleh mereka zionis laknatullah sangat keji dan keterlaluan. Sikap tak manusiawi itu menarik empati dari saudara muslim di seluruh dunia. Seorang dokter di rumah sakit Al-Ahli Al-Arabi/ RS Baptist yang baru saja di bombardir menyebutkan bahwa hal ini benar-benar genosida. Genosida adalah pembunuhan secara massal untuk memusnahkan suatu kelompok tertentu (dikutip dari Detik.com).
Pada bulan Oktober 2010 para uskup dari wilayah Timur Tengah berkumpul di Vatikan selama dua pekan.Mereka tidak hentinya membahas masalah Israel-Palestina dilihat dari sisi Alkitab. Kesimpulan mereka, Israel tidak dapat menggunakan konsep Alkitab mengenai" tanah yang di janjikan atau orang terpilih" untuk membenarkan pemukiman baru di Yerusalem atau membuat klaim teritorial (Republika.co.id,25/10/2010).
negara-negara muslim hanya mampu menyuarakan kecaman atau menyerukan agar peperangan dihentikan. Namun, tidak ada sama sekali bantuan militer dari negara-negara muslim untuk membantu saudara-saudara seiman yang tengah dibombardir di Palestina.
Tragedi Gaza hanyalah pengulangan belaka dari ratusan bahkan ribuan tragedi yang menimpa umat Islam di sejumlah negara di seluruh dunia.Tapi mengapa mereka tidak segera mengirimkan ratusan ribu tentaranya untuk menggempur pasukan Zionis Yahudi?
Inilah dampak buruk sikap Ashabiyyah dalam wujud nasionalisme.
Palestina secara tidak langsung adalah korban pertama dari buruknya nasionalisme( juga nation state) di dunia Islam.Sejak wilayahnya dicaplok oleh Yahudi tahun 1948 hingga kini, kaum Muslim Palestina nyaris berjuang sendirian. Para penguasa negara-negara Arab disekelilingnya seolah bergeming, diam saja.Enggan melakukan pembelaan.Padahal sudah tak terhitung darah Muslim Palestina ditumpahkan oleh Zionis Yahudi sejak 75 tahun lalu.
Kebanyakan para penguasa Muslim dan Arab adalah antek Barat, khususnya AS. Wajar jika mereka cenderung membiarkan bahkan mendukung kebijakan yg tuan-tuan mereka meski jelas-jelas dalam rangka membunuhi kaum Muslim diberbagai negeri Islam, khususnya di Palestina.sejauh ini mereka hanya pandai mengecam dan mengutuk.Sebagian lagi diam seribu bahasa. Ini karena banyak penguasa Arab, termasuk Turki, telah lama menjalin hubungan kerjasama bahkan hubungan diplomatik dengan ZionisYahudi, yang notabene salah satu alat Amerika di Timur Tengah.
Umat Butuh Khilafah
Konflik Palestina Israel merupakan permasalahan genting umat Islam yang harus segera diselesaikan. Kaum muslimin seluruh dunia wajib bersatu dalam menyikapi konflik tersebut. Beberapa langkah yang bisa diambil adalah sebagai berikut :
Pertama, harus ada kesamaan pandangan di tengah-tengah umat terkait akar konflik Palestina-Israel. Konflik Palestina telah berlangsung berabad-abad telah memakan banyak darah kaum muslimin. Masjid Al-Aqsa yang merupakan tempat suci umat Islam telah diklaim Israel sebagai tempat yang dijanjikan untuk mereka. Berbagai cara dilakukan Yahudi Israel untuk menduduki Palestina dan merebut Al-Aqsa dari kaum muslimin. Khalifah Sultan Abdul Hamid II dengan tegas menyebut konspirasi kaum Yahudi di Palestina merupakan sebuah kejahatan besar. Dan peperangan melawan mereka merupakan peperangan antara keimanan dan kekufuran.
Sampai di sini cukup kiranya umat membuka mata dan sadar bahwa konflik Palestina Israel adalah konflik umat Islam melawan kekufuran yang tak bisa ditawar lagi. Solusi kompromi berupa perjanjian damai dan pembentukan dua negara yang selama ini diperjuangkan hanya akan membuat muslim Palestina kembali dalam kubang penjajahan tak berkesudahan.
Kedua, Khilafah solusi tuntas konflik Palestina Israel. Selama Islam berkuasa, tanah Palestina haram dinodai kesuciannya. Para khalifah dengan sekuat daya upaya melindungi Palestina dari pendudukan kaum Yahudi. Adalah Theodore Herzl seorang tokoh pendiri Israel yang merasakan kepayahan melawan Khalifah saat hendak mendirikan negara Israel. Hingga akhirnya dia mengemis pada Inggris dengan segala deal politiknya, untuk menggulingkan kekhilafahan.
Terbukti saat Khilafah dirongrong, sakit dan akhirnya menemui ajalnya, kaum Yahudi dengan leluasa mendirikan negara Israel dan melakukan kezaliman terhadap muslim Palestina.
Gambaran di atas sejatinya cukup untuk membangunkan umat Islam untuk bergegas mengupayakan tegaknya kembali Khilafah, sebagai solusi konkret bagi penjajahan Palestina. Dengan kekuasaannya, Khilafah akan membebaskan Palestina dari penjajahan. Kekuatan iman akan mendorong semangat jihad para tentara Khilafah dalam mengusir penjajah Israel. Tak ada ketakutan sedikit pun dari pasukan Khilafah yang memiliki jiwa pemenang saat berjihad. Karena siapa pun yang pergi berjihad maka ia ada dalam dua pilihan yang membahagiakan: menang dalam keadaan hidup mulia, atau mati sebagai syuhada. Sikap mental seperti inilah yang sangat ditakuti para Yahudi Israel dari kaum muslim.
Taring Khilafah akan menaklukkan hegemoni kaum kafir yang berani menyakiti kaum muslim. Inilah satu satunya cara agar Palestina tak lagi membara, dan kembali ke pangkuan umat Islam.
Wallahu alam bishshowab.[]
Post a Comment