Hari Santri, Pentingnya Mengembalikan Spirit Resolusi Jihad

 


Oleh Vina Meilany

Pendidik Generasi dan Aktivis Muslimah


Dalam menyelesaikan berbagai problematika umat Islam, sangat penting mengembalikan spirit pada hari santri. dikutip dari media online tirto, Surabaya (Minggu, 22/10/23)-Presiden Joko Widodo menyinggung perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina yang menyebabkan krisis multisektor. Pertanyaan itu diungkapkan kepala negara saat menghadiri Apel Hari Santri 2023 di Tugu Pahlawan.


"Sesuai dengan konteks saat ini kita harus terus pegang teguh semangat hari santri, di mana ada krisis ekonomi akibat perang, krisis pangan akibat perang, krisis energi akibat perang. Baik yang sebelumnya di Ukraina, sekarang perang di Palestina dan Israel," kata Bapak Jokowi.


Setiap tanggal 22 Oktober pemerintah telah menetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Latar belakang peringatan ini ialah mengenang resolusi jihad yang disampikan oleh Kiai Haji Hasyim Asy'ari selaku Rais Akbar Nahdlatul Ulama pada masa kemerdekaan Indonesia, hal ini pula yang disampaikan pemerintah pada apel pada hari santri.


KH Hasyim Asy'ari pernah memberikan fatwa bahwa melawan penjajah itu wajib, melawan penjajah itu adalah fardhu ain dan meninggal melawan musuh itu hukumnya mati syahid. Fatwa tersebut sangat menggugah jiwa para santri untuk berjuang demi kepentingan bangsa, negara dan umat. Perintah jihad inilah yang menjadi motivasi para santri dan ulama dalam mempertahankan tanah air. Namun, motivasi tersebut dibajak dan mengalami penurunan akibat penerapan sistem sekulerisme.


Kehidupan sekulerisme adalah kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan. Yang menjadikan manusia diatur oleh kepentingan-kepentingan manusia dan materi, bukan diatur oleh syariat. Alhasil lahirlah ideologi kapitalisme yang bersifat materi, potensi santri dibajak hanya untuk mencetak para wirausahawan, bukan mencetak santri faqih fiddin yang sadar akan permasalahan umat.


Tak hanya itu kaum santri hanya mencukupkan belajar agama di pesantren saja, keilmuan mereka seolah-olah hanya berlaku di pesantren. Namun ketika keluar dari pesantren, mereka mengetahui hukum syariat namun tidak menghukumi masalah umat dengannya. 


Sebagaimana yang disampaikan pemerintah ketika apel hari santri sangat relevan mengembalikan kembali spirit resolusi jihad dalam makna yang sebenarnya seperti awalnya. Agar potensi besar tersebut menjadi terarah dan menjadi kekuatan besar bagi bangsa, tentulah cara pandang kehidupan yang dipakai harus shahih yakni cara pandang kehidupan Islam. Islam mendorong setiap muslim terlebih para santri untuk berperan dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam. 


Secara fakta kaum muslimin mengalami kehinaan dan kenestapaan yang tak terkira. Padahal kaum muslimin hidup di negeri yang kaya akan sumber daya alam, namum mereka hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, karena kekayaan tersebut dikuasai oleh pihak asing.


Sementara itu kaum muslim Palestina mengalami kedzaliman yang luar biasa akibat perbuatan Israel laknatullah yang didukung oleh Amerika dan Eropa. Sejatinya persoalan itu bisa terselesaikan dengan tuntas ketika Islam dijadikan sebagai asas kehidupan di dalam naungan Islam.


Kaum muslimin yang berada dalam naungan Islam akan memiliki negara yang meriayah kebutuhan mereka. Sehingga kebutuhan hidup mereka akan terjamin seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan lainnya. Dengan Daulah Islam kaum muslimin memiliki junnah (perisai) yang akan membela Palestina dan melawan Zionis Israel laktatullah dan para negara sekutunya.


Namun keberadaan Daulah Islam saat ini belum ada. Inilah akar masalah yang bersifat penting dan mendesak. Karenanya kaum muslimin terlebih para santri seharusnya memperjuangkan sistem kehidupan Islam. Perjuangan yang dilakukan haruslah sesuai dengan metode yang pernah diajarkan Rasulullah saw, yakni melalui thariqah umat untuk mewujudkan kembali kehidupan Islam.


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post