Beberapa waktu terakhir harga cabai di pasar tradisional di sejumlah daerah terpantau kian melonjak. Bahkan ada yang tembus sampai Rp. 100.000 per kilogram pada Kamis (13/11) ini. Pantauan CNNIndonesia di Pasar Cidodol Jakarta Selatan misalnya, harga cabai keriting merah dan cabai rawit merah naik dari Rp. 80.000 per kilogram menjadi Rp. 100.000 per kilogram. Cabai keriting hijau dan cabai rawit hijau pun melejit dari Rp. 50.000 per kilogram menjadi Rp.70.000 per kilogram. Para penjual cabai melaporkan kenaikan ini terjadi sejak 2-3 minggu lalu.
Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian, Prihasto Setyanto mengungkap penyebab harga cabai melonjak karena dampak dari El Nino, pengaruh kemarau panjang mengakibatkan produksi mengalami penurunan hampir disemua daerah, katanya kepada detikFinance saat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin (30/10/2023).
Merespons harga cabai yang terus melonjak itu, pemerintah melalui kementeri pertanian Andi Amran Sulaiman mendorong gerakan penanaman cabai melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau menanam cabai di sekitar pekarangan rumah (cnbcindonesia). Pertanyaannya adalah, apakah solusi ini bisa menyelesaikan masalah melonjaknya harga cabai nasional?
Sebenarnya tak hanya cabai. Harga gula putih, beras, dan telur pun terpantau naik. Naiknya harga cabai atau sembako lainnya adalah masalah klasik yang hampir selalu berulang di setiap tahunnya. Dan masyarakat seolah bisa menebak hal ini, apalagi jika berkaitan dengan momen-momen tertentu misalnya, mereka sudah bisa memprediksi. Sedangkan solusi yang diberikan negara belum mampu mengatasi sepenuhnya melonjaknya harga cabai ataupun harga sembako lainnya yang sedang melonjak.
Indonesia negara dengan penganut demokrasi dengan sistem ekonominya yang kapitalis sekuler membuat negera dengan penganut mayoritas muslim terbesar didunia ini mengacuhkan atau bahkan memisahkan aturan-aturan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara hanya berperan sebagai regulator atau hanya sebatas masalah distribusi saja, bukan sebagai penanggung jawab penuh atas seluruh hak-hak rakyatnya.
Padahal jika mau berkaca, islam adalah agama yang Allah turunkan dengan sempurna yang mengatur masalah manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan sesame manusi lainnya dalam berkehidupan bermasyarakat. Jadi aturan islam meliputi segala aspek kehidapan berbangsa dan bernegara.
Dalam islam, pemimpin negara bertanggung jawab penuh dan menjamin semua kebutuhan dasar rakyatnya.
«الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ».
“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]
Tak hanya meliputi masalah sandang, pangan, dan papan(tempat tinggal) saja. Tetapi juga masalah kesehatan, pendidikan, keamanan, dan semua hak-hak dasar manusia. Termasuk harga cabai ataupun sembako yang melonjak kini, negara harus bertanggung jawab penuh, dalam menstabilkan harga, memastikan adanya pasokan ketersediaan yang cukup, dan mendistribusikannya secara merata, sehingga teciptalah harga yang murah sehingga rakyat bisa dengan mudah memperolehnya.
Dalam pelaksaannya negara juga terus memantau agar semuanya sesuai dengan aturan-aturan yang sudah Allah dan RasulNya tetapkan dalam bermuamalah. Negara akan melarang praktik-praktik kecurangan, penimbunan dan monopoli pasar. Selalu melakukan pengawasan, menegakkan hukum-hukum Allah dan menindak tegas atas orang yang menyalahinya. Sehingga tidak ada mafia-mafia atau kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat.
Negara dengan gambaran konsep tanggung jawab penuh atas hak-hak rakyatnya ini hanya ada dalam aturan Islam, mustahil jika berharap hal seperti ini ada pada negara yang mengusung demokrasi kapitalis sekuler. Maka untuk merealisasikannya dibutuhkan aturan islam yang diterapkan secara menyeluruh di semua aspek kehidupan. Negara yang menganut sistem islam dan menerapkannya di seluruh aspek kehidupan ini disebut negara khilafah, dengan khalifah sebagai kepala negaranya. Dan hal inilah yang harus kita perjuangkan bersama. Sebagaimana seruan Allah,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208)
Post a Comment