Oleh Ummu Syifa
Aktivis Muslimah
Menjadi negara yang maju dan sejahtera rakyatnya merupakan harapan yang selalu ingin diwujudkan oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Saat ini segala macam upaya dan program akan dilakukan demi mewujudkan kemajuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu yang sedang digalakan adalah pembangunan keluarga yang diwujudkan melalui kehidupan yang sehat dan berkualitas.
Program pembangunan keluarga diharapkan mampu untuk menjadi pondasi yang utama untuk kemajuan bangsa menuju Indonesia emas 2045 karena dari dalam keluargalah segala masalah yang menghambat kemajuan dapat dihilangkan. Kepala Badan Kependudukan Keluarga berencana Nasional (BKKBN) DR dr Hasto Wardoyo, SpOG(K), menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia, bagaimana dalam keluarga harus silih asah, asih dan asuh. Asah dalam mendidik agama yang baik, asih tentang mengasihi dengan sebaik-baiknya dan asuh dengan imunisasi menjadi perlindungan, agar tahun 2030 terlampaui dengan baik seperti tidak ada lagi kelaparan, tidak ada kemiskinan ekstrim, sudah bebas stunting dan angka pendidikan harus bagus. (republika.co.id, 28/10/2023)
Namun, Indonesia tidak akan mampu menjadi negara maju jika masih berlandaskan kapitalisme, karena akan selalu berada dalam posisi tidak mandiri, terjajah dan tergantung kepada negara lain. Untuk menjadi negara maju dibutuhkan visi dan misi ideologis menjadi negara adidaya dengan segala sesuatunya berdikari sendiri tidak ada campur tangan bangsa lain seperti dalam hal kebijakan politik, ekonomi, teknologi, sosial, budaya, dan lain-lain sehingga mampu mewujudkan kemandirian dalam hal apapun.
Sangat aneh, jika negara melimpahkan tanggung jawab menjadi negara maju tersebut kepada keluarga. Keluarga adalah struktur organisasi terkecil yang perlu diriayah atau diurusi, diselesaikan permasalahannya oleh negara dalam hal kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dan kelangsungan kehidupannya. Jika saat ini banyak keluarga yang tidak berhasil dalam kehidupannya seperti angka kemiskinan ekstrim meningkat, tingkat perceraian tinggi, stunting tinggi dan kelaparan merajalela, itu tidak lain adalah buah dari penerapan sistem kapitalis yang abai terhadap nasib dan kepentingan rakyat. Sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalis ini yang terbukti lalai dan abai di dalam mengurusi rakyatnya.
Berbeda dengan Islam. Islam menjadikan negara memiliki visi dan misi menjadi negara adidaya. Islam dengan kesempurnaan aturannya mampu mewujudkan negara yang mandiri, tidak tergantung pada bangsa lain dan mampu menyejahterakan rakyatnya. Negara dalam Islam bertanggung jawab terhadap rakyatnya dalam segala urusan seperti kebutuhan pokok orang per orang, hak memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan lain lain. Kepemimpinan dalam Islam akan dilakukan dengan penuh amanah, karena siapapun pemimpinnya sangat paham bahwa setiap kebijakannya akan diminta pertanggungjawaban kelak di yaumil akhir oleh Allah Swt. Tidak heran jika ketika Islam diterapkan pernah berjaya dan menjadi negara adidaya sampai kurang lebih 14 abad lamanya.
Sudah saatnya kita kembali kepada Islam. Hanya Islam yang mampu menuntun manusia kepada kemuliaaan dan kedigdayaan peradaban. Penerapan Islam secara kafah akan menghantarkan suatu negara menjadi negara yang maju dan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Post a Comment