Penulis: Sri Rahmatul Aulia |
Kembali terjadi kekerasan dalam rumah tangga hingga mengakibatkan anak meninggal. Inilah kabar terbaru soal ibu bunuh anak di Subang, Jawa Barat. Muhammad Rauf (13), warga desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu (Kompas, 07/10/2023).
Rauf ditemukan di pinggir sungai dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Dari hasil penyelidikan Rauf ternyata dibunuh oleh ibu kandungnya N (43), paman S (24), serta kakeknya W (70). Kejadian ini sempat menggemparkan warga setempat karena tak ada yang menyangka pembunuhan ini dilakukan oleh keluarga tersebut.
Menurut berita, Rauf berasal dari keluarga broken home. Bapak dan ibunya sudah bercerai setahun yang lalu. Setelah perceraian, Rauf tinggal bersama ibunya. Tapi tak lama setelahnya, Rauf mulai jarang pulang bahkan untuk makan pun ia meminta atau mencuri di tempat warga.
Sedikit kronologinya, malam itu korban masuk ke dalam rumah melewati atap, terlihat oleh kakeknya (W) dan sempat ditegur. Karena mendapat teguran, korban pun memukul sang kakek. Tak terima dengan perlakuan cucunya, sang kakek memukul korban dengan gergaji. Kemudian kakek korban memanggil ibu korban (N). Di saat bersamaan korban berusaha kabur melarikan diri, tetapi dihadang oleh sang ibu dan membanting anaknya sendiri yang dalam kondisi terluka di dipan dan ditindih. Ibu korban lalu menelpon paman korban (S). setelah paman korban datang lalu dia mengikat tubuh korban dan dibuang di saluran irigasi secara hidup-hidup. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata sang ibu tega menghabisi anaknya lantaran kesal terhadap anaknya yang diketahui ingin memiliki ponsel dan beberapa kali mengambil ponsel milik ibunya.
Kejadian ini menarik perhatian sejumlah pihak, salah satunya oleh psikolog. Psikolog dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi Miryam Sigarlaki memaparkan ada berbagai faktor yang berperan dalam kasus KDRT ini, mulai dari kondisi ibu yang stress karena perceraian, ditambah faktor ekonomi yang tidak tercukupi, masalah keluarga yang memengaruhi emosi sang ibu hingga moral dan iman, dan bisa jadi adanya kelainan dari pelaku yang berupa gangguan jiwa (JPNN, 06/10/2023).
Keluarga memegang peran penting dalam kehidupan dan perkembangan masyarakat. Keluarga sebagai unit kecil dalam masyarakat memiliki delapan fungsi yakni: agama, cinta kasih sayang, perlindungan, sosial dan budaya, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Delapan fungsi tersebut dapat berjalan dengan lancar jika terjadi sinergi antara seluruh anggota keluarga, baik orang tua maupun anak.
Tetapi dalam berita tersebut, delapan fungsi keluarga yang seharusnya berjalan dengan baik mengalami gangguan. Salah satu faktor utama adalah perceraian orang tua, yang berdampak pada berbagai aspek dalam keluarga. Pertama, fungsi reproduksi dan sosialisasi keluarga terganggu, dengan ibu yang kesal terhadap anaknya (Rauf) karena konflik terkait kepemilikan ponsel, yang mengindikasikan kekurangan dalam mengajarkan nilai-nilai moral. Kedua, fungsi perlindungan keluarga gagal total, dengan ibu dan paman terlibat dalam tindakan kekerasan yang mengakibatkan kematian anak.
Selanjutnya, perceraian mungkin juga mengganggu distribusi peran dan fungsi dalam keluarga. Dalam kasus ini, peran orang tua sebagai figur otoritas tampaknya telah terganggu karena konflik dan perceraian. Anak (Rauf) mulai menunjukkan perilaku yang tidak terpuji seperti mencuri makanan dari warga sekitar, menunjukkan kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga, yang merupakan fungsi keluarga ke-6. Sosialisasi anak juga terganggu, dengan perilaku anak yang menunjukkan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial, seperti perilaku mencuri.
Terakhir, aspek agama dan dukungan emosional juga absen dalam kasus ini, dengan kekerasan dan akhirnya kematian anak sebagai akibatnya. Dalam keseluruhan, situasi ini mencerminkan bagaimana ketidaksempurnaan dalam delapan fungsi keluarga dapat memiliki konsekuensi serius pada perkembangan anak dan keharmonisan keluarga
Sekularisme kapitalisme hari ini berperan besar dalam mengakibatkan berbagai masalah bahkan sampai merusak fungsi keluarga. Sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan menyebabkan rusaknya fungsi agama. Keluarga yang jauh dari agama membuat mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak benar karena memang mereka tidak paham mana yang benar dan salah. Mereka juga menghalalkan berbagai cara demi dapat memuaskan naluri baqa’ mereka, salah satunya mencuri yang dilakukan oleh si korban. Jika ada masalah, mereka akan menyelesaikannya dengan impulsif, emosi tak terkontrol, bahkan hanya mengikuti hawa nafsu semata. Kalau fungsi ini sudah rusak maka fungsi yang lainnya pun bisa ikut rusak.
Islam aturan sempurna yang sesuai dengan fitrah manusia dan menjamin terwujudnya berbagai hal penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, ketentraman jiwa, dan terjaganya iman dan takwa kepada Allah. Keluarga adalah tempat pertama seseorang mendapatkan pendidikan. Kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh peran orang tua. Proses pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya menjadi kunci utama kualitas seseorang. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjadikan Islam sebagai landasan hidup yang akan menuntun kaum muslim menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan begitu, seseorang pasti takut untuk melakukan hal-hal yang melanggar syariat.
Selain itu , negara juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Salah satu peran negara yaitu dengan menerapkan aturan Islam kaffah. Negara menjamin terbukanya lapangan pekerjaan yang luas bagi kepala keluarga, kesehatan dan pendidikan yang gratis. Dengan begitu fokus seorang ibu adalah mendidik anaknya sebagai pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Selain membentuk pola pikir dan sikap islam, negara juga akan menguatkan pemahaman tentang hukum-hukum keluarga. Sehingga setiap individu dalam keluarga memiliki komitmen untuk melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan Islam untuknya. Jadi hanya Islam yang memberikan penjagaan terhadap fungsi keluarga. Dan hanya khilafah lah yang mampu mewujudkan itu semua.
Post a Comment