Polemik rencana impor beras ramai diperbincangkan. Rencana pre-emptive pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras dengan impor beras menjadi peluru yang meletupkan ledakan di sana-sini.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan China siap membantu Indonesia memenuhi kebutuhan beras di masa paceklik El Nino. Budi mengatakan Negeri Tirai Bambu tersebut sudah berkomitmen untuk menggelontorkan 1 juta ton beras demi membantu Indonesia. Tawaran bantuan itu sudah disampaikan Presiden China Xi Jinping ke Jokowi. Tawaran dari China itu merupakan angin segar bagi Indonesia yang tengah berupaya memperkuat cadangan berasnya.(CNN indonesia)
Indonesia Ketergantungan Impor
Indonesia adalah negeri agraris dengan potensi sumber daya produksi beras yang tinggi, masyarakat yang tinggal di pedesaan banyak, dan wilayahnya subur.
Menyikapi impor beras yang dilakukan Indonesia, ekonom dari Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Fahrur Ulum, M.E.I. mengatakan, Indonesia sudah menjadi negara net importer beras. Secara fakta, Indonesia sudah masuk dalam net importer dalam persoalan beras. Artinya, bukan impor sebagai suplemen, tetapi impor sebagai sebuah kebutuhan yang nyata. Ditengah kondisi Indonesia sebagai negeri agraris dengan potensi sumber daya produksi beras yang tinggi, masyarakat yang tinggal di pedesaan banyak, dan wilayahnya subur.
Persoalannya ini tidak sekedar transaksional, karena beras merupakan kebutuhan pokok. Harus ada upaya lebih maksimal dengan mengerahkan semua komponen bangsa, komponen masyarakat, para ahli di bidang pertanian dan sebagainya untuk duduk bersama membicarakan agar dalam jangka panjang tidak menjadi ketergantungan.
Secara koordinasi yang tidak solid dari semua elemen untuk menciptakan ketahanan pangan. Karena ketika dineraca defisit beras terjadi pada akhir 2023 ini. Itu artinya, ada persoalan kinerja satu atau dua tahun sebelumnya yang tidak mengantisipasi dengan baik. Kebijakan impor tentulah memiliki bahaya, baik jangka pendek, apalagi jangka panjang yang sangat merugikan.
“Dalam jangka pendek, petani yang dirugikan. Mereka sudah menyiapkan pertanian, bibit mahal, pupuk mahal, tenaga kerja juga mahal, air sulit. Ketika panen harganya tidak bisa menutup biaya produksi karena harga beras turun gara-gara impor.
Dalam jangka panjang tidak hanya petani yang dirugikan, tetapi hampir semua konsumen di Indonesia juga dirugikan. Ia beralasan, impor itu mengurangi anggaran belanja negara yang otomatis nanti harus ditambah lagi anggaran belanjanya. Dimana Penambahannya tentu dari pajak, penambahan utang , yang itu harus ditanggung oleh seluruh rakyat Indonesia.
Solusi Islam
Sejatinya, pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Sabda Rasulullah saw.,
مَنْ أصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا في سربِهِ، مُعَافَىً في جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا
“Siapa di antara kalian yang berada pada waktu pagi dalam keadaan aman di tempat tinggalnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan seluruh dunia ini telah diberikan kepadanya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Negara sebagai institusi politik yang bertugas melakukan pengurusan urusan rakyat (riayah syu’unil ummah) wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pangan bagi rakyatnya. Islam mewajibkan penguasa (khalifah) untuk memastikan tiap-tiap individu rakyat bisa tercukupi kebutuhan pangannya secara layak. Khilafah tidak hanya wajib memastikan stok pangan aman, tetapi juga memastikan rakyat bisa memperolehnya dengan harga yang terjangkau.
Di dalam kitab Al-Nizham al-Iqtishadi disebutkan bahwa Khilafah harus mewujudkan swasembada penuh dalam komoditas yang penting bagi rakyat. Beras, gandum, jagung, kedelai, dan daging merupakan sebagian komoditas penting tersebut. Oleh karenanya, Khilafah akan mengoptimalkan pertanian dan membangun industri di dalam negeri sehingga kebutuhan pangan bisa tercukupi secara mandiri, tanpa impor sedikit pun.
Terkait swasembada beras, Khilafah tidak hanya menargetkan tercukupinya kebutuhan dalam negeri, tetapi juga ketahanan pangan pada masa depan untuk mengantisipasi paceklik seperti El Nino dan sekaligus terwujudnya stabilitas harga.
Beberapa langkah Islam untuk mewujudkannya adalah sebagai berikut.
1. Ekstensifikasi lahan dengan membuka lahan baru dan menghidupkan lahan tidur atau mati.
2. Intensifikasi pertanian dengan metode pertanian terbaru.
3. Optimalisasi produksi dengan penggunaan benih terbaik, alat pertanian tercanggih, dan pupuk terbaik.
4. Membangun infrastruktur untuk mendukung pertanian, misalnya terkait penyediaan air irigasi.
5. Membangun industri yang mengolah hasil pertanian.
6. Memberi bantuan bagi petani baik berupa lahan, benih, alat produksi, maupun edukasi teknik pertanian.
7. Melarang dan mencegah asing turut campur dalam pengaturan pangan dalam negeri.
Dengan mekanisme tersebut, permasalahan gonjang-ganjing beras akan teratasi, bahkan Khilafah bisa memberikan bantuan pangan pada negara yang sedang membutuhkan sebagaimana dulu Khilafah Utsmaniyah membantu Irlandia.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment