TPS Liar Kian Menjalar, Sampah Masih Menjadi Masalah

 



Oleh Ana Ummu Rayfa 

Aktivis Muslimah


Sampah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Sampah adalah sisa atau hasil dari kegiatan manusia yang sudah tidak lagi dapat digunakan. Selama manusia masih hidup dan beraktivitas, maka selama itu pula sampah akan dihasilkan. Makin bertambahnya penduduk suatu daerah, maka makin bertambah pula sampah yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penanganan yang tepat agar sampah tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.


Penanganan sampah di Kabupaten Bandung sedang menjadi sorotan publik. Saat ini, di sejumlah titik di Kabupaten Bandung bermunculan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar. TPS liar ini muncul sebagai akibat dari terlambatnya armada pengangkutan sampah. Mirisnya, TPS liar ini banyak menghiasi jalan-jalan protokol di Kabupaten Bandung, seperti TPS liar di Kampung Cipeer Desa Cingcin Kecamatan Soreang. (media online jabarekspress). Ada juga area Pasar Sehat Cileunyi yang disulitkan dengan sampah yang menggunung. Gunungan sampah juga terpantau di Pasar Gedebage, Pasar Ujungberung, di Jalan Raya Rumah Sakit, di Cibiru dan Ujungberung.


Fenomena ini tentu mengundang berbagai keluhan dari masyarakat. Banyak masyarakat terganggu dengan banyaknya gunungan sampah di tempat-tempat yang bukan peruntukannya. Sampah yang menumpuk dalam waktu lama tentu menimbulkan bau tidak sedap. Selain mengganggu warga, bau sampah busuk ini juga berdampak buruk pada warga yang berjualan makanan di sekitarnya. Selain itu, adanya TPS liar ini membawa dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Mengapa masalah sampah ini tak kunjung usai?


Kian bertambahnya volume sampah sebagai akibat dari pola hidup konsumerisme. Masyarakat dalam sistem kapitalis saat ini sulit memilah antara kebutuhan dan keinginan. Mudahnya membeli barang dengan belanja online saat ini adalah salah satu sebabnya. Menjamurnya berbagai kuliner viral dengan kemasan menarik yang justru menjadi sampah yang sulit terurai, seperti sterofoam, wadah plastik, botol plastik, dsb juga menjadi sebab bertambahnya masalah sampah . Pembuangan sampah sendiri memiliki alur yang sudah ditetapkan. Dari rumah tangga, sampah akan dikumpulkan, lalu diangkat dan dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Di sini sampah akan dipilah dan sampah yang sudah tidak dapat di daur ulang akan ditimbun atau diurug di TPA. Inilah yang menjadi salah satu sebab masalah sampah di Kabupaten Bandung. Terbakarnya TPA Sarimukti menjadi faktor utama bermunculannya TPS liar di Kabupaten Bandung, karena Kabupaten Bandung sendiri selama ini mengandalkan TPA Sarimukti sebagai pembuangan akhir.


Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan bahwa masalah penanganan sampah bukan hanya tugas pemerintah tapi juga seluruh masyarakat. Dadang juga mengatakan bahwa semua orang adalah sumber sampah, tetapi juga sumber solusi. (media online m.bisnis). Pernyataan ini tentu tidak sepatutnya keluar dari orang yang seharusnya bertanggung jawab dalam pengurusan seluruh kebutuhan masyarakat, tak terkecuali soal sampah. Pemerintah terkesan cuci tangan dengan kewajibannya, padahal untuk setiap aspek termasuk sampah sudah ada dana yang dianggarkan untuk pelaksanaannya. Oleh karena itu, tak heran bila masyarakat turun tangan sendiri untuk mencari solusi, seperti sekelompok pemuda asal Bandung yang menamai dirinya Pandawara, yang bergerak dan berfokus pada permasalahan sampah dan kebersihan lingkungan. Kelompok Pandawara ini belakangan viral karena aksinya yang ingin membersihkan Pantai Loji Sukabumi tetapi sempat ditolak oleh Kepala Desa setempat. (media online kompasiana)


Masalah lingkungan bukanlah masalah yang bisa diselesaikan sendiri. Dibutuhkan kesadaran masyarakat dan juga negara yang memfasilitasi. Inilah cerminan negara kapitalis, beda halnya dengan Islam. Sistem Islam mendorong individu untuk senantiasa memperhatikan lingkungan. Rasulullah saw. ketika perang memerintahkan para sahabat agar tidak menebang pohon dan merusak lingkungan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Ar Rum ayat 41 yang menyebutkan bahwa telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Oleh karena itu, individu dalam Islam tidak akan melakukan hal-hal yang akan berpotensi merusak lingkungan. 


Negara juga berperan penting dalam menyediakan petugas dan armada pengangkutan, hingga ke tempat-tempat pembuangan akhir yang tentu dananya diambil dari baitul mal sehingga tidak membebani rakyat. Pemerintahan dalam Islam diisi oleh orang-orang yang bertakwa yang akan berfokus pada pengurusan rakyat, termasuk masalah sampah. Pemimpin dalam Islam tidak akan cuci tangan dalam masalah apapun yang terjadi pada rakyatnya, karena didasari oleh rasa takut kepada Allah Swt. dan kesadaran bahwa segala sesuatu, termasuk kekuasaan, akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat.


Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post