Stok Beras Aman, Tapi Kok Tetap Mahal?

Oleh : Ranti Hartati (Muslimah Peduli Umat)


Nusantaranews.net- Rabu, 11 Oktober 2023 Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal memastikan bahwa Bulog siap menerima tambahan kuota penugasan impor beras 1,5 juta ton dari pemerintah. Iqbal menyebut, fokus saat ini mempertahankan stabilitas harga beras di masyarakat. Terjadinya kenaikan beras ini dengan alasan ada beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri, seperti bencana El Nino dan juga situasi dalam negeri yang menjelang musim tanam, hingga saat ini pihaknya sudah menggelontorkan beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia dengan jumlah total sebanyak 818 ribu ton dan kegiatan ini juga terus berlanjut digelontorkan sampai harga stabil. Dengan alasan itu sepertinya pemerintah tidak memiliki perencanaan yang matang. El Nino merupakan fenomena alam yang sudah bisa diprediksi sejak sebelumnya. Dengan demikian, semestinya sejak tahun lalu pemerintah bisa melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan stok beras dari dalam negeri. Pemerintah bisa memberi insentif pada petani agar produksi beras lokal meningkat. Misalnya dengan memberikan bantuan benih, pupuk, dan sarana produksi pertanian (saprotan) lainnya. Bukan justru memperbanyak impor yang pada akhirnya akan merugikan petani.(Tirto.id/ 11/10/23)


Kebijakan impor memang akan menambah stok beras nasional dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, impor bisa merugikan petani. Impor beras pada saat panen raya akan mengakibatkan harga gabah jatuh sehingga petani rugi. Ketika menanam padi, petani sudah menghabiskan biaya yang besar untuk membeli benih, pupuk, pestisida, dan sebagainya. Juga untuk membayar biaya tenaga kerja, pengairan, dan sebagainya. Namun, ketika panen, ternyata harga gabah anjlok. Kondisi ini kerap kali terjadi. Dengan demikian, tampak bahwa impor beras tidak menjadi solusi bagi persoalan mahalnya harga beras di Indonesia. Tampak pula bahwa kebijakan impor tidak berpihak pada rakyat. Petani dirugikan oleh impor karena membuat pendapatan petani makin ciut. Sedangkan masyarakat juga tidak diuntungkan oleh impor karena harga beras tetap mahal dan terus naik dari tahun ke tahun. Di sisi lain dengan harga beras yang selalu naik dan semakin mahal di setiap harinya masyarakat pun dipusingkan dengan berbarengan bahan-bahan lain yang harganya sama menjulang naik seperti bawang merah, bawang putih, jagung, hingga garam dll pun ikut naik. Inilah bukti gagalnya sistem kapitalisme dalam menjamin pemenuhan kebutuhan rakyat.


Berbeda halnya di dalam Islam, terdapat prinsip keadilan dalam harga, penetapan harga yang adil dan tidak merugikan konsumen maupun produsen dianjurkan. Dalam transaksi jual beli, praktik penimbunan barang untuk menaikkan harga dilarang. Ini berarti bahwa pemain pasar harus mengikuti prinsip-prinsip etika dalam bisnis dan tidak menciptakan kekacauan harga. Islam juga mendorong pertanian yang berkelanjutan. Praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dapat membantu menjaga pasokan pangan yang stabil. Islam mengajarkan tanggung jawab manusia sebagai khalifah (pengurus) di bumi, termasuk menjaga sumber daya alam untuk generasi di masa depan. Di dalam sebuah kitabnya, Imam an-Nawawi menyebutkan, bahwa pekerjaan sebagai petani sangat dihargai dan dimuliakan karena memberikan manfaat yang sangat banyak bagi kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut karena manfaat bercocok tanam tidak hanya terbatas untuk manusia, akan tetapi juga berguna bagi makhluk hidup lainnya. 


Allah Swt. dalam  QS. Al-An'am ayat 99 menggambarkan bagaimana padi dihasilkan melalui proses siklus penciptaan yang mengesankan, "Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau.Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak.”


Wallahu A'lam Bishawab


Post a Comment

Previous Post Next Post