Sekularisme Merusak Fungsi Keluarga


Oleh: Yanti, S.Pd

(Freelance Writer)


Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mulai dari kebutuhan, keinginannya, hingga pendidikan yang layak. Beragam cara pun dilakukan orang tua agar anak-anaknya bisa tumbuh menjadi orang yang memiliki budi pekerti luhur dan berguna bagi orang lain. Salah satunya dengan memberikan contoh dan tindakan yang baik. Selain dengan memberikan teladan, orang tua juga senantiasa memberikan nasihat yang membangun. Kasih sayang orang tua sepanjang masa terlebih seorang ibu. Namun saat ini banyak ibu yang tega menyiksa bahkan membunuh anaknya. Lalu di manakah kasih sayangnya kepada anaknya? 


Sebagaimana Muhamad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu.


Muhamad Rauf ditemukan di pinggir sungai dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Dari hasil penyelidikan, Rauf dibunuh oleh ibunya sendiri, Nurhani (40) dibantu oleh sang paman S (24) serta kakeknya, W (70). Usai dianiaya, Rauf dibuang oleh ibunya ke saluran irigasi dalam kondisi hidup.


Kepada polisi, Nurhani mengatakan anaknya masih bicara walaupun tubuhnya penuh luka setelah dianiaya. Kata terakhir yang diucapkan korban, ialah ‘Ma sakit Ma, Ma saya ngantuk Ma, capek Ma’. Namun ucapan Rauf tak digubris ibunya, hingga akhirnya anak yang diboncengnya dibuang di aliran irigasi dan ditemukan tewas oleh warga (Kompas, 08/10/2023).


Kasus pembunuhan anak oleh ibu kandung di Kabupaten Subang disoroti sejumlah pihak, salah satunya oleh psikolog. Psikolog dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi Miryam Sigarlaki memaparkan, dari beberapa informasi yang diterimanya, terdapat sejumlah persoalan yang diduga menjadi pemicu tindakan kejahatan tersebut.


Miryam menuturkan bahwa menurut berita, anak ini adalah korban perceraian orang tuanya, salah satu yang bisa menyebabkan ibunya seperti ini bisa saja salah satunya dampak dari perceraian, apakah masalah emosional atau lainnya. Kondisi tersebut katanya, bisa saja membuat orang tuanya stres sejak lama dan menjadi pemicu kemarahan terhadap anaknya (Jpnn, 06/10/2023).


Kembali terjadinya kekerasan dalam rumah tangga hingga mengakibatkan seorang anak meninggal. Hal ini bukan kali pertama terjadi, dan selalu saja anak yang menjadi korban dari perbuatan orang tuanya. Rasa kesal, marah dan kecewa pada pasangan membuatnya tega untuk menyakiti bahkan menghabisi darah dagingnya sendiri, karena beranggapan anak tak beda jauh dari bapaknya. Anak menjadi pelampiasan amarah. Akibatnya anak menjadi korban kekerasan. 


Tentunya ada berbagai faktor yang menjadi penyebab dalam kasus KDRT, mulai dari faktor ekonomi, emosi hingga moral dan iman. Semua ini memang mungkin saja terjadi pada seorang ibu yang mengalami beban berat pasca perceraiannya. Namun yang tak habis pikir adalah bagaimana mungkin seorang ibu tega untuk membunuh, dengan naluri keibuan yang melekat padanya.


Namun hal ini mungkin saja terjadi karena kita hidup dalam sistem sekularisme kapitalisme. Di mana hal ini berperan besar dalam mengakibatkan berbagai masalah dalam segala lini kehidupan, bahkan sampai merusak fungsi keluarga dalam hal ini seorang ibu. Dibuatnya seorang ibu itu lelah, punya banyak beban dan tanggung jawab sehingga mengabaikan tugas utamanya, yaitu ummu warrobatul bait atau mendidik generasi. Hal ini pun karena tidak adanya kerjasama dari suami yang juga menjadi korban dari sistem kehidupan. 


Berbeda jauh dengan sistem Islam yang mempunyai aturan paripurna yang sesuai dengan fitrah manusia dan menjamin terwujudnya berbagai hal penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, ketenteraman jiwa, terjaganya iman dan takwa kepada Allah Swt. 


Dalam Islam ketika orang tua bercerai, maka anak akan mengikuti ayahnya, meski anak boleh memilih untuk tinggal dengan ibunya. Ayah lebih berhak atas anaknya, jika anak tersebut masih dalam kondisi menyusui, maka ayah tersebut harus memberi upah kepada ibunya. Mengapa Islam sangat memikirkan kaum wanita? Karena menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Karena itu dia sangat dimuliakan dan negara juga sangat melindungi kaum wanita. 


Dengan demikian, dalam sistem saat ini tidak mudah mewujudkan keluarga yang harmonis, karena tidak adanya sinergi peran keluarga, masyarakat dan negara. Karenanya, umat ini hanya bisa berharap pada aturan-Nya yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang diridai oleh Allah. Wallahu a’lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post