Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT) mengusulkan agar pemerintah mengontrol semua tempat ibadah yang ada di Indonesia agar tidal menjadi sarang radikalisme.
Usulan itu di sampaikan Rycko amelza dahniel selaku kepala BNPT.
Anggota DPR RI ,Syarifuddin mengungkapkan dalam Raker DPR RI komisi III dengan BNPT bahwa di Balikpapan ada salah satu Masjid BUMN yang terletak di Lapangan Merdeka yaitu Masjid Istiqomah di mana di katakan bahwa setiap hari 5 kali dalam sehari melakukan kritikan terhadap pemerintah.
Syarifuddun awalnya mengulas bahwa adanya karyawan BUMN yaitu PT KAI di mana di katakan bahwa karyawan tersebut terpapar paham radikalisme.
Usulan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT), Beliau menghendaki agar semua tempat ibadah berada di bawa kontrol pemerintah. Lanjut di katakan bahwa ini merupakan langka mundur dari demokrasi yang sedang di perjuangkan bersama pasca - Demokrasi 1998.
Rycko mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan study banding ke beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia serta negara negara yang jauh seperti Oman, Arab saudi, Serta negara di Afrika yaitu Maroko. Menurut mereka konten yang di sampaikan saat tausyiah sudah sesuai dan di bawa kontrol pemerintah.
Dari situlah mereka mengusulkan agar mekanisme kontrol yang sama di berlakukan pula di indonesia secara keseluruhan.
Sekularisme menggaungkan Isu Radikalisme
Masalah yang di hadapi saat ini menurut gomar adalah kurang tegasnya pemerintah dalam menghadapi berbagai ujaran kebencian yang menyebabkan terjadinya budaya kekerasan dalam masyarakat. Bahkan pelaku intoleran ini sering luput dari jeratan hukum oleh negara.
Ketimbang membqerlakukan usulan Kepala BNPT, Gomar lebih meminta keseriusan pemerintah melakukan tindak tegas atas ujaran kebencian, aksi intoleran dan kekerasan imbuhnya.
Dari sekian fakta di atas, hal tersebut di gunakan sebagai bahan kebijakan untuk mengontrol tempat ibadah dalam mewaspadai radilakalisme atau terorisme. Wacana radikalisme kembali di goreng, siapa pun tidak boleh berbicara politik di dalam masjid.
Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan menjadi sangat miris ketika kita melihat kenyataan bahwa dengan mayoritas muslim terbesar tapi saat ini kita menjadi umat yang terdzolimi di negara sendiri. Dimana tempat ibadah dijadikan sebagai target pemantauan sebagai sarang terorisme dan radikalisme.
Paham radikalisme dan terorisme selalu dikaitkan dengan simbol simbol agama Islam. Seseorang dengan ketaatan yang penuh kepada agamanya di anggap sebagai bibit radikal dan berbahaya bagi negara ini. Berbeda ketika para generasi sibuk dengan dunia hedonis justru di anggap pemerintah sebagai sesuatu yang biasa saja. Padahal justru hal tersebut bisa memberikan kontribusi kerusakan bagi negeri ini.
Argumen argumen yang di lontarkan pemerintah mengenai paham radikalisme dan terorisme justru itulah yang membuat kegaduhan dan pertentangan dalam masyarakat dan yang menjadi korban pertama kali adalah umat Islam.
Sampai saat ini paham radikalisme tidak bisa mereka jelaskan lebih jelas tentang tolak ukurnya seperti apa. Karena bisa jadi hal tersebut di jadikan alat untuk menyingkirkan siapa pun yang tidak sejalan dengan mereka dan di jadikan target untuk membungkam termasuk para ulama dan orang - orang yang tidak berada di golongan mereka.
Islamofobia semakin menjangkiti umat islam di negara ini akibat masifnya narasi - narasi yang di lancarkan oleh para pengusung radikalisme di mana tujuan utama mereka bukanlah melindungi rakyatnya tapi justru membuat ketakutan tersendiri akan ajaran agama mereka sendiri.
Islam memberi perlindungan
Dalam Islam, Masjid adalah tempat orang beribadah dan melakukan kebaikan. Peran masjid sangat di butuhkan dalam hal pembinaan umat Islam.
Rasulullah ketika Hijrah ke madinah bersama para sahabat, yang pertama kali beliau bangun adalah masjid dan beliau menjadikan masjid sebagai tempat beribadah, berkumpul para sahabat bahkan sampai membicarakan urusan umat pada masa itu.
Jika kita membaca sejarah Rasulullah dimana generasi Islam pertama ditempa oleh Rasulullah di masjid Quba dan Masjid Nabawi. Rasululllah ketika itu melakukan pembinaan di mana masjid di jadikan sebagai tempat pendidikan, sarana berkumpul bersama para sahabat dan menyampaikan wahyu alquran, pusat pemerintahan serta menyampaikan risalahnya .
Dalam surah An - nur ayat ke 36 -37 berbunyi " Bertasbilah kepada Allah di masjid-masjid yang telah di perintahkan untuk di muliakan dan disebut namanya di dalamnya pada waktu pagi dan petang".
Jadi bagaimana mungkin para penggaung paham radikalisme masih menganggap bahwa masjid adalah sarana untuk mencetak generasi radikal.
Masjid di gunakan untuk menyampaikan risalahnya sampai pada masa Khulafaur Rasyidin, bani ummayah, abbasiah dan sesudahnya.
Jadi selayaknya kaum muslim harus bangkit melawan isu yang ingin menghancurkan umat islam. Mengembalikan pemahaman umat yang seharusnya. Sebagaimana dalam firman Allah SWA yang berbunyi "Mereka melakukan makar (tipu daya) dan Allah membalas makar ( tipu daya) mereka itu.Dan Allah adalah sebaik - baik pembalas makar ( tipu daya).( QS Ali imran : 54)
Islam adalah agama yang membawa solusi yang bukan hanya diakui kebenarannya tapi mampu memberi solusi atas semua bentuk permasalahan yang di hadapi manusia. Karena manusia posisinya sebagai seorang hamba maka sudah selayaknya memposisikan dirinya sebagai mahkluk yang punya segala keterbatasan dan Allah lah yang punya hak untuk membuat aturan. Wallahu A'lam bishowab.
Post a Comment