Oleh Eno Fadli
(Pemerhati Kebijakan Publik)
Rakyat Palestina semakin dibuat menderita, 75 tahun mereka menanggung kekejaman zionis Israel yang menyerang dengan serangan yang mematikan dan membabi-buta. Serangan bukan saja ditujukan kepada pejuang Palestina namun juga warga sipil, anak-anak, perempuan, para jurnalis dan juga tenaga medis. Mereka menghancurkan pemukiman penduduk, Rumah Sakit, masjid, gereja Ortodoks di Yerusalem pun tidak luput dari serangan mereka. Bahkan rombongan para pengungsi juga mendapat serangan yang sama.
Zionis Isr43l juga melakukan pengepungan terhadap Al-aqsa, mengotori kesuciannya dengan sepatu-sepatu mereka, mendatangkan sapi-sapi merah untuk dibakar dan ditinggalkan abunya sebagai sinyal untuk menghancurkan Al-Aqsa, menyakiti dan melakukan pemukulan terhadap kaum muslimin yang masuk ke sana.
Penderitaan rakyat Palestina pun semakin bertambah dengan dihancurkannya fasilitas air bersih, adanya pemadaman listrik, pemutusan hubungan internet bahkan adanya pemblokiran bantuan kemanusiaan yang datang untuk rakyat Palestina, sehingga dari waktu demi waktu rakyat Palestina semakin terjepit.
Peningkatan serangan yang dilakukan Israel yang secara signifikan terhadap warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur mendorong sayap militer Hamas melakukan serangan balasan yang disebut Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu (07/10/2023), operasi ini menewaskan di pihak Israel sedikitnya 1.300 jiwa dan 3.621 terluka, sebaliknya serangan yang dilakukan Israel kepada warga Palestina sampai tanggal 15 Oktober 2023 di jalur Gaza menewaskan 2.670 jiwa dan korban luka 9.600 orang, sementara di wilayah Tepi Barat menewaskan 56 jiwa dan 1.173 orang terluka (Databoks, 16/10/2023).
Peristiwa ini menyebabkan perhatian dunia kembali tertuju pada Palestina, beragam reaksi yang muncul baik dari negara Barat maupun Timur. Barat yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Yunani Belgia, Jerman, Spanyol dan beberapa negara Barat lainnya mengecam keras aksi penyerangan yang dilakukan Hamas terhadap Israel, dan menyebut serangan tersebut merupakan serangan terorisme. Namun kontras pernyataan Barat terhadap Israel bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri sehingga menyatakan dukungannya terhadap Israel.
Sementara di Timur seperti Indonesia, Malaysia, Turki, Qatar, Arab Saudi, mengecam dan mengutuk tindakan yang dilakukan Israel yang melakukan serangan yang membabi-buta dan mendesak agar konflik segera dihentikan melihat dari banyaknya korban jiwa yang ditimbulkan.
Berbagai perundingan dilakukan, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi dunia. Berbagai resolusi dikeluarkan PBB namun tidak berpengaruh apapun terhadap Zionis Israel, terlihat dari seringnya Israel melanggar perjanjian dan melanggar batas wilayah Palestina dengan mengambil secara paksa tanah warga Palestina dengan kekuatan militernya. Badan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) sejak tahun 2006 juga sudah mengeluarkan sebanyak 45 resolusi menentang tindakan Israel namun tidak satupun digubris, ini mengisyaratkan PBB tidak berdaya menangani konflik yang dialami Palestina.
Dengan melihat realita politik yang ada, mustahil mengakhiri penjajahan Israel lewat jalur politik dengan mengharapkan pihak lain untuk menolong, karena notabene yang terlibat dalam PBB negara Barat yang mendukung Yahudi penjajah. Persoalan Palestina bukan saja persoalan kemanusiaan namun merupakan persoalan kaum muslimin di mana kehormatan dan wilayah kaum muslimin dipertaruhkan. Tanah Palestina merupakan tanahnya kaum muslimin yang ingin diambil paksa oleh zionis Isr43l dan para pendukungnya dengan melakukan genosida kepada rakyat Palestina, sehingga sudah seharusnya umat Islam mendukung dan membela Palestina.
Dukungan yang dibutuhkan Palestina bukan hanya berupa makanan, air bersih dan obat-obatan serta kecaman terhadap zionis Isr43l namun Palestina juga membutuhkan kekuatan besar kaum muslimin yang melibatkan pasukan-pasukan kaum muslimin di seluruh dunia untuk membantu mujahidin Palestina dengan satu komando menghentikan kebiadaban Israel dan menghilangkan penderitaan yang dialami warga Palestina mengusir penjajah dari tanah-tanah kaum muslimin.
Oleh karena itu kaum muslimin butuh perisai yang dapat melindunginya, dan Khilafah akan menjadi perisai dan mempersatukan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Imam (khalifah) adalah perisai, dibelakangnya kaum Muslim berperang dan berlindung" (HR. al-Bukhari-Muslim).
Hanya dengan jihad dan kepemimpinan Islam lah penderitaan Palestina dapat diakhiri. Dengan eksistensinya menjadikan kaum muslimin memiliki perisai (junnah) yang dapat melindungi mereka, dan akan ada pembelaan atas harta, darah dan jiwa siapa saja yang berada di dalam naungannya. Kaum muslimin akan kembali menjadi umat terbaik seperti yang diharapkan Rasulullah saw.
Wallahu a’lam bishawab
Post a Comment