(Pemerhati Lingkungan dan Generasi)
Tak habis-habisnya, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) kembali terjadi di Bumi Batiwakkal. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat mengatakan, ada lebih dari 80 titik api di Berau. Setiap hari, personel gabungan melakukan pemadaman di berbagai titik yang ada di Berau. Saat ini terbanyak mulai dari daerah Labanan ke arah Kelay.
Petugas dari TNI-Polri, Manggala Agni, BPBD Berau, hingga masyarakat, berupaya memotong jalur api. Karena tidak sedikit, api mulai menjalar ke rumah-rumah warga. Hal ini dikhawatirkan, akan menimbulkan kebakaran di kawasan rumah warga.
Disinggung mengenai penyebab Karhutla, Nofian dengan tegas mengatakan, hampir 90 persen disebabkan oleh tangan jahil, baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Ditambah cuaca panas dan hembusan angin kering, membawa api sampai ke titik gersang. Ditambah lagi, Berau mayoritas lahan gambut, kering, dan mudah terbakar. Ia mengaku, hingga kini petugas terus berjibaku melawan karhutla yang terjadi di beberapa kecamatan. Hingga akhir Agustus 2023 ini, sudah 182 hektare lahan yang terbakar.
Instansi terkait juga tak henti mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran hutan atau lahan dan juga meminta lebih berhati-hati dalam membuang puntung rokok maupun membakar sampah agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan. Apalagi musim kemarau yang kini melanda seluruh tanah air telah menyebabkan peningkatan suhu udara di Indonesia. Bahkan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur tercatat sebagai daerah dengan suhu terpanas peringkat kedua secara nasional.
Ditambah lagi dengan perkiraan akan terjadi Elnino. Dimana, Elnino ini akan membuat suhu semakin terasa panas bahkan 80 persen Elnino akan terjadi di Indonesia, termasuk di Berau yang berdampak pada kemarau panjang dan karhutla.
Bukan Kali Pertama
Kebakaran hutan dan lahan menjadi momok yang patut diwaspadai ketika masuk di musim kemarau. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia disetiap tahunnya selalu mengalami kebakaran hutan dan lahan. Ketika menengok sejarah, kebakaran hutan 1997 merupakan kebakaran terbesar yang terjadi di Indonesia. Serangkaian kebakaran tersebut berlangsung hingga tahun 1998 yang juga merupakan kebakaran terbesar selama dua abad terakhir.
Dari sederet penyebab terjadinya karhutla, salah satu yang paling memperngaruhi adalah meningkatnya suhu bumi. Hal ini merupakan dampak dari rusaknya keseimbangan alam. Berkurangnya hutan di seluruh dunia akibat deforestasi (penggundulan hutan) baik itu untuk lahan pertambangan, kawasan perkebunan, kebutuhan tempat tinggal dan banyaknya permintaan bahan baku dari hutan menjadi alasan adanya aktivitas pembukaan lahan baru. Dengan adanya deforestasi maka berkuranglah paru-paru dunia yang jelas berdampak pada naiknya suhu bumi.
Selain itu bertambahnya CO2 juga banyak mempengaruhi perubahan suhu bumi. Aktivitas industrialisasi dengan menggunakan mesin yang tentunya memakai bahan bakar fosil menyebabkan lepasnya CO2 diudara. Belum lagi polusi udara yang ditimbulkan dari mobil dan motor. Bahkan hal inilah yang disinyalir sebagai sumber utama gas CO2 di atmosfer.
Selama satu abad terakhir, manusia terus menerus menebang hutan, membakar bahan bakar fosil, menyebabkan masuknya CO2 dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer melebihi kecepatan bumi menguraikannya. Level CO2 di atmosfer saat ini lebih tinggi daripada ribuan tahun yang lalu. Tekanan yang teramat besar terhadap lingkungan. Semua hal ini telah membawa perubahan lingkungan secara global hingga meningkatkan suhu bumi dan merusak keseimbangan alam.
Semua ini merupakan buah dari sistem kapitalis yang hanya melirik pada materi dan manfaat. Maka segala sesuatu yang mendatangkan pada materi dan manfaat akan dilakukan meski harus mengorbankan kepentingan masyarakat secara luas. Deforestasi, eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran, ketidak bijakan dalam pengelolaan limbah industri dan perorangan serta kapitalisasi air bersih oleh sejumlah pihak menambah daftar panjang perilaku buruk akibat penerapan gaya hidup kapitalis ini.
Dalam Islam hal-hal yang berdampak buruk pada masyarakat dalam hal ini pembakaran lahan, deforestasi, ekploitasi SDA berlebihan oleh para oknum ( kapital) akan di tindakan tegas lewat sanksi yang akan diberikan sesuai dengan keputusan khalifah. Hal ini karena asas daripada penerapan Islam adalah demi kesejahteraan dan kemaslahatan umat.
Karhutla hanya lah satu dari sekian dampak yang ditimbulkan oleh keserakahn para kapital yang hanya mementingkan keuntungan materi tanpa memperhatikan lingkungan dan masyarakat. Maka dari sini kita tidak perlu heran jika bencana alam silih berganti menghantam bumi baik itu gempa bumi, banjir hingga kebakaran hutan dan lahan. Allah SWT berfirman
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan ( maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar)” (TQS. Ar Ruum;41). Wallahu a'lam bishawab
Post a Comment