Oleh Ana Ummu Rayfa
Aktivis Muslimah
Masyarakat saat ini masih disulitkan dengan harga beras yang tergolong cukup tinggi. Sebagai bahan pokok masyarakat Indonesia, harga beras yang sejak setahun terakhir terus mengalami kenaikan, tampaknya belum terlihat adanya penurunan. Dikatakan oleh Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Bandung, Dicky Anugrah, beras medium saat ini berada di kisaran harga Rp13.300/kg, sedangkan beras premium berada di kisaran harga Rp14.000/kg. Masyarakat Kabupaten Bandung lebih menyukai beras medium, padahal perbedaan harganya hanya sedikit saja dibanding beras premium. ayobandung.com
Di tengah harga beras yang makin memanas, viral di media sosial, sebuah video yang mengungkap penemuan beras plastik di karung Bulog Bantuan Kemensos. Seperti dilansir dari media online m.bisnis, dalam video tersebut dijelaskan bahwa kejadian tersebut berlangsung di Purwakarta, Jawa Barat. Dalam video juga diperlihatkan biji berwarna putih yang ditemukan dalam beras yang telah dibagikan ke sejumlah warga tersebut. Selain itu juga, beredar pula di media sosial video seorang ibu yang membeli beras dari Bulog di Kelurahan Berngam, Binjai. Ibu tersebut dalam videonya membandingkan hasil penanakan beras bulog dengan beras yang berasal dari kilang padi. Hasilnya beras bulog yang nasinya dibentuk bola, ketika dilempar memantul, sedangkan bulatan nasi dari kilangan padi, menempel di lantai. Ibu tersebut dan para netizen lantas mengindikasikan bahwa beras dari Bulog tersebut dicampur dengan beras plastik. (media online liputan6)
Lebih lanjut diungkapkan oleh Dicky Nugraha sebagai Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu pihaknya melakukan monitoring untuk menyikapi isu tentang beras plastik ini. Dicky mengatakan pihaknya terjun langsung ke lapangan untuk memeriksa pedagang beras. Tetapi, sampai sejauh ini beras plastik yang meresahkan masyarakat tidak ditemukan.
Terkait berita penemuan beras plastik ini, Wakil Ketua Halal Centre Universitas Gajah Mada Nanung Danar Dono, angkat suara. Ia menyebutkan bahwa informasi ini tidak berdasar, karena mustahil beras dari plastik bisa mengembang atau berubah wujud menjadi nasi saat dikukus. Menurutnya, beras plastik akan berubah menjadi plastik panas yang mengkerut saat dipanaskan, bukan mengembang seperti nasi pada umumnya. Jika orang seperti dalam video yang melemparkan bulatan nasi dan memantul, itu mengindikasikan bahwa kandungan karbohidrat non pati-nya tinggi. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa berita tentang beras plastik yang beredar adalah hoax atau palsu belaka.
Di tengah era digital saat ini, pengguna internet atau media sosial terus bertambah. Di Indonesia sendiri, media sosial telah menghampiri setiap orang di semua kalangan, karena memberi kemudahan dalam menjalani kehidupan. Namun, di sisi lain media sosial juga membawa dampak negatif. Sebagian oknum tertentu memanfaatkan internet untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya, dengan menyebarkan konten-konten negatif yang meresahkan masyarakat. Hal ini juga disambut oleh rendahnya literasi digital masyarakat, sehingga dengan mudahnya mempercayai bahkan menyebarkan kembali konten atau berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga menjadi viral di media sosial dan mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Ini semua terjadi karena penerapan salah satu bagian dari sistem demokrasi yaitu kebebasan berpendapat dan berekspresi. Masyarakat saat ini sangat mudah membuat konten dan mengunggahnya ke media sosial tanpa penyaringan. Majunya teknologi yang tidak disertai dengan pengawasan dari negara membuat media sosial saat ini menjadi liar. UU ITE yang dibuat oleh pemerintah tidak menjadikan media sosial bebas dari berita hoax. Nyatanya, negara akan bertindak jika ada laporan dari salah satu pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain di media sosial.
Oleh karena itu, Islam dengan aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, tentu memiliki solusi atas hal ini. Individu dalam Islam senantiasa memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga akan selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya, termasuk mengunggah dan menyebarkan konten di media sosial. Dalam Islam, dikenal tabayyun, yaitu meneliti atau memverifikasi setiap informasi yang diperoleh, sehingga tidak tergesa-gesa dalam mempercayai dan menyebarkannya kembali. Seperti yang tercantum dalam QS. Al Hujurat Ayat 6 yang menjelaskan bahwa "Jika seorang fasik datang membawa berita, maka telitilah berita tersebut agar tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan yang akhirnya akan kita sesali."
Negara dalam sistem Islam juga akan menyaring media sosial dan menjaga dari masuknya tsaqofah atau pemahaman asing yang akan merusak akidah umat. Negara juga akan memastikan stok bahan pangan termasuk beras dapat mencukupi kebutuhan dan bisa didapatkan dengan harga murah. Masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya akan ditanggung oleh negara. Sehingga, tidak akan ada celah bagi orang yang tidak bertanggungjawab untuk mengambil keuntungan dari kesulitan masyarakat. Oleh karena itu, saatnya beralih kepada sistem Islam, aturan kehidupan yang bersumber dari Sang Pencipta, Allah Swt. Sehingga permasalahan gonjang-ganjing masalah beras akan teratasi.
Wallahualam bissawab
Post a Comment